Iklan
Iklan

Hoaks dr Lois Owien Makan Korban

- Advertisement -
Hoaks seputar Corona atau COVID-19 yang disampaikan oleh dr Lois Owien diduga telah menjadi pemicu seorang pria di Tegal wafat saat positif Corona. Terkait kasus ini polisi bakal turun tangan mengecek hal itu.

“Nanti dicek kebenarannya,” ujar Kadiv Humas Polri, Irjen Argo Yuwono, Senin (19/7/2021).

Selain itu, Kabareskrim Polri Komjen Agus Andrianto menyayangkan masih ada warga yang percaya pada hoaks seputar Corona. Dia meminta warga lebih bijak melihat fakta pasien meninggal karena infeksi Corona.

“Sudah banyak yang menjadi korban meninggal karena COVID, kok masih percaya hoaks,” kata Agus.

Agus mengatakan nasib manusia tak akan berubah tanpa usaha. Menurutnya, salah satu usaha yang bisa dilakukan untuk mengatasi pandemi Corona adalah mengikuti vaksinasi.

“Allah tidak akan merubah nasib setiap kaum, dengan apa yang kita kerjakan. Mau vaksin, ya kalau terpapar virus Corona-nya tidak terlalu parah karena punya daya tangkal, yang nggak mau ya macam-macam risiko illahiyah-nya,” ungkapnya.

Agus menyebut pemerintah sudah menyiapkan vaksin COVID-19 secara gratis. Dia berharap masyarakat ikut membantu mewujudkan herd immunity.

“Pemerintah sudah siapkan fasilitas vaksin kepada masyarakat dengan gratis berkelanjutan, pilihannya kan kepada masyarakat sendiri. Yang punya komorbid tentu dengan pertimbangan dokter bisa diberikan atau tidak, harapannya yang lain berpartisipasi untuk mencapai imunitas komunal,” ujar Agus.

Sebelumnya, informasi hoaks terkait COVID-19 masih terus beredar di masyarakat. Salah satunya soal bahaya interaksi obat yang disebarkan oleh dr Lois Owien.

Masih ada masyarakat yang mempercayai informasi hoax yang beredar. Seorang warga Depok bernama Helmi Indra menceritakan kisah ayahnya yang meninggal setelah termakan isu terkait Corona dari dr Lois.

Helmi awalnya menceritakan ayahnya termasuk orang yang termasuk percaya pada beberapa hoax terkait Corona. Salah satunya terkait hoaks vaksin Corona haram.

“Ayah saya termakan hoax vaksin itu haram. Padahal waktu itu saya sudah share berita soal MUI yang menyatakan vaksin itu halal. Waktu itu vaksinnya Sinovac. Padahal Bapak juga punya penyakit komorbid,” kata Helmi saat dihubungi, dikutip dari detik.com, Sabtu (17/7).

Ayahnya yang tinggal di Tegal itu pun menolak divaksinasi. Hingga akhirnya, pada 6 Juli, sang ayah terinfeksi Corona.

Helmi mengatakan ayahnya terinfeksi Corona disertai gejala pusing dan lemah. Sebelumnya, adiknya juga disebut telah lebih dulu dinyatakan positif COVID-19.

Helmi menuturkan ayahnya saat itu juga tidak mau mengkonsumsi obat. Sebab, ayahnya saat itu ikut terpengaruh oleh paparan dr Lois Owien, yang mengatakan interaksi obatlah yang justru membuat orang meninggal dunia.

Ayahnya saat itu disebut hanya mau mengkonsumsi obat pereda nyeri. Helmi pun mengaku sempat berdebat untuk meminta ayahnya meminum obat.

“Sayangnya, minggu-minggu itu lagi ramainya podcast-nya dokter Lois soal interaksi obat itu yang bikin banyak kematian yang ada tentang COVID-19. Nah, ayah saya percaya itu. Nggak mau minum obat banyak-banyak. Maunya obat pereda nyeri saja, takut napas hilang. Saya sempat berdebat waktu nyuruh minum obat ke ayah,” ujarnya.

Tak lama setelah itu, sang ayah meninggal pada usia 60 tahun. Barangkali hoax seputar Corona bagi sebagian orang adalah lelucon. Namun, bagi Helmi, yang sudah kehilangan ayahnya, hoax seputar Corona dampaknya begitu luar biasa. Dia bahkan masih aktif berbantahan dengan sejumlah penyebar hoax di WAG.

Source: detik

Trending Topic

Subscribe
Notify of

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Iklan

Iklan

Hot News

Game

PENTING UNTUK DIBACA