Iklan
Iklan

Penghina Islam Salman Rushdie Alami Kebutaan dan Satu Tangannya Lumpuh

- Advertisement -
Salman Rushdie penulis novel Ayat-Ayat Setan, salah satu matanya kini mengalami kebutaan. Selain itu, salah satu tangannya lumpuh setelah ditikam di atas panggung acara sastra di barat New York, Amerika Serikat, pada Agustus 2022.

Agennya, yaitu Andrew Wylie, dalam wawancara dengan surat kabar Spanyol El Pais mengatakan, Salman Rushdie mengalami luka dalam.

“Dia mengalami tiga luka serius di lehernya. Satu tangannya lumpuh karena saraf di lengannya terputus. Dan dia memiliki sekitar 15 luka lagi di dada,” ujar Wylie, dikutip dari Reuters.

Namun, Wylie tidak mengungkapkan apakah pria berusia 75 tahun itu masih di rumah sakit.

Salman Rushdie ditikam di leher dan dada tepat sebelum penulis novel Ayat-Ayat Setan tersebut memberikan kuliah di Chautauqua Institution lebih dari dua bulan.

Penusuknya adalah pria asal New Jersey, Amerika Serikat, berusia 24 tahun bernama Hadi Matar.

Salman Rushdie langsung dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami luka parah dalam serangan itu, termasuk kerusakan saraf di lengannya, luka di hati, dan kemungkinan kehilangan satu mata, kata Wylie saat itu.

Serangan itu terjadi 33 tahun setelah Ayatollah Ruhollah Khomeini, pemimpin tertinggi Iran saat itu, mengeluarkan fatwa membunuh Salman Rushdie beberapa bulan setelah Ayat-Ayat Setan diterbitkan.

Salman Rushdie lahir di India dari keluarga Kashmir. Setelah menulis Ayat-Ayat Setan, ia sembilan tahun bersembunyi di bawah perlindungan polisi Inggris.

Meski pemerintah proreformasi Iran dari Presiden Mohammad Khatami tidak mengungkit fatwa pada akhir 1990-an tersebut, tetapi fatwa itu tidak pernah dicabut.

Hadi Matar penusuk Salman Rushdie mengaku tidak bersalah atas percobaan pembunuhan tingkat dua dan tuduhan penyerangan. Dia ditahan tanpa jaminan di penjara barat New York.

Bagi umat Muslim, novel The Satanic Verses penuh dengan SARA sampai tidak boleh beredar di India. Novelnya pun menyulut kerusuhan di Pakistan dan beberapa negara mayoritas Islam lainnya di dunia.

Novel yang menceritakan tokoh utama yang bernama Mahound (yang kemungkinan besar merujuk pada Muhammad) diceritakan secara kilas balik paralel dengan dua tokoh utama lainnya Gibreel Farishta dan Saladin Chamcha. Sebagian ceritanya terinspirasi dari kisah hidup Muhammad.

Salman Rushdie dianggap tidak menghormati Nabi Muhammad karena berani menggambarkan Nabi ke-25 itu secara blak-blakan.

Novelis yang lahir di India dari keluarga muslim itu menyebabkan kerusuhan massal. Di Mumbai, 45 orang tewas akibat kerusuhan buku.

Akibat kerusuhan tersebut, berbagai pihak yang mencoba menerbitkan dan menerjemahkan juga mendapat ancaman pembunuhan.

Pada 1991, seorang penerjemah Jepang, Hitoshi Igarashi, dari buku The Satanic Verses ditikam sampai mati. Seorang penerjemah Italia, Ettore Capriolo, selamat dari serangan pisau ketika berada di apartemen di Milan.

Di Turki, penerjemah The Satanic Verses, Aziz Nesin berhasil kabur dari upaya pembakaran hotel saat meninggal. Tapi 33 tamu lainnya yang sedang menginap tewas dalam kebakaran, kemungkinan besar peristiwa tersebut karena ia menginap di sana. Pada 1993, penerbit buku asal Norwegia ditembak tiga kali dan selamat.

Buku itu dilarang di Iran, negara tempat mendiang pemimpin Ayatollah Agung Ruhollah Khomeini mengeluarkan fatwa 1989, atau dekrit yang menyerukan kematian Salman Rushdie. Khomeini meninggal di tahun yang sama.

Trending Topic

Subscribe
Notify of

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Iklan

Iklan

Hot News

Game

PENTING UNTUK DIBACA