Menjual video mengintip celana dalam wanita seorang pria di Bandung bernama Akbar M Permana (51), mengaku dapat untung Rp 100 juta.
Awalnya pelaku mengaku hanya sekedar hobi membuat video mengintip celana dalam wanita dengan menggunakan kamera ponsel. Namun, akhirnya menjadi ladang penghasilan bagi pria di Bandung ini.
Kini Akbar M Permana sudah ditangkap dan ditetapkan jadi tersangka, dalam kasus pornografi. Namun, saat konferensi pers, di Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jumat (6/1/2023) pelaku terlihat santai, meski mengku menyesal tapi tak terlihat wajah penyesalannya.
Ketika melakukan aksinya merekam bagian dalam rok wanita pelaku mengaku sering ketahuan korbannya.
“Ketahuan sering,” ujar Akbar M Permana, saat diinterogasi oleh Kapolresta Bandung, Kombes Pol Kusworo Wibowo, di Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jumat (6/1/2022).
Namun, dia mengatakan, ketika ketahuan dirinya tak diapa-apakan oleh korban, karena sudah terbiasa.
“Kalau ketahuan, dengan berpura-pura pak,” ujar Akbar.
Akbar mengungkapkan, ia langsung meminta maaf kepada korban dan berpura-pura ada barang yang jatuh.
Ia mengaku, melakukan perbuatan tak senonoh itu, awalnya hobi, dan hasil videonya untuk konsumsi pribadinya.
“Pertamanya hobi, gak ada niatan untuk dijual apa apa, tadinya hanya begitu saja, gak berani malah,” ujar Akbar.
Namun saat memperlihatkan video wanita kepada temannya, kata Akbar, temannya memojokan, dan menantangnya untuk merekam bawah roknya.
“Dipojok-pojokin gitu, coba ke bawah berani gak lu. Ada tantangan, ya waktu itu iseng kecampur deg-degan dicoba,” tuturnya.
Akbar mengaku, untuk melakukan aksinya mencari lokasi di warung karena warung berdesak-desakan.
“Saya coba ternyata berhasil dengan cepat,” katanya.
Dari saran temannya juga, ia mengaku, untuk menjual hasilnya itu.
“Saya coba dan praktekkan saya juga gak tau biayanya, jadi ya dicoba dijual Rp 50 ribu dulu,” ujar Akbar.
Mulai dari sana, hingga sebelum ditangkan polisi, selama sekitar 1 tahun ia berhasil meraih keuntungan mencapai Rp 100 juta lebih, dari video ngintip yang dibuatnya.
Akbar mengaku, mengetahui apa yang ia lakukan melanggar hukum, namun ia terus melakukannya lantaran kebutuhan.
“Terus dilakukan lantaran kebutuhan ekonomi,” ujarnya.
