Politikus Partai Gelora, Fahri Hamzah, menilai bahwa KPK era Firli Bahuri tidak akan banyak melakukan operasi tangkap tangan (OTT). Fahri menyebut KPK bakal lebih berorientasi kepada audit.
“Kalau kita penginnya sensasi lagi, tangkap sana, tangkap sini, kemungkinan sudah nggak banyak lagi, nggak banyak lagi, karena orientasinya dari ngintip ke audit. Sebenarnya itu yang benar,” ujar Fahri Hamzah dikutip dari detikcom, Jumat (11/6/2021).
Fahri Hamzah mengkritik kinerja KPK yang selama ini disebut mengintip amplop ketimbang melihat audit. Menurutnya, audit merupakan alat yang tepat untuk menemukan adanya indikasi korupsi.
“Kalau mau memberantas korupsi jangan ngintip amplop, amplop kecil, Bos. Intip audit. Audit itulah alat untuk menemukan korupsi yang benar, karena auditor negara ini sensitif dengan penyimpangan. Ibarat pipa (ada) lubang dikit tahu. Auditor kita kelas dunia lho, dia audit PBB lho,” kata Fahri hamzah.
“Ini yang namanya BPK jangankan diajak kerja sama sama KPK, malah dimusuhin. Sampai sekarang tuh, BPK masih tunggu sinyal apakah kita bisa kerja sama atau nggak,” jelasnya.
Fahri juga melihat belum ada niat KPK untuk bekerja sama dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Terkait alasan KPK belum menggandeng BPK, Fahri punya dugaan tersendiri.
“Alasannya mereka nggak tahu caranya karena BPK tidak ada kontribusi pada OTT. Misalnya, ada OTT, ada terima amplop, proyeknya untung, akhirnya KPK nggak berani minta audit BPK, karena proyeknya untung, lho kok saya tangkap, orang untung. Kalau kita bicara dari konstruksi hukum, kita ambilnya dari ujung. Negara rugi dulu baru kita lihat di sini pasti ada kejahatan, orang ini pasti main uang, negara rugi. Kalau negara untung, ngapain persoalkan orang,” ujarnya.
Fahri menilai polemik TWK ini sebagai ucapan selamat tinggal kepada orang-orang lama di KPK. Waketum Partai Gelora itu berharap tidak ada lagi sensasi-sensasi di tubuh KPK.
“Jadi kalau saya seperti surat, saya katakan ini waktunya mengucapkan selamat tinggal lah kepada yang lama. Biarin ini generasi baru lebih banyak, anak muda yang idealis, lebih jago, yang ngerti itu kasus. Sudah selesai lah sensasi-sensasi itu,” pungkasnya.