Puan Maharani Prihatin Siswa di Sulsel Bertaruh Nyawa ke Sekolah Pakai Rakit.
Ketua DPR RI Puan Maharani prihatin dengan keadaan di sejumlah SD di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel). Akibat banjir, siswa SD di Luwu harus berangkat sekolah menggunakan rakit.
Puan mendorong pemerintah pusat turun langsung ke daerah mengevaluasi infrastruktur agar siswa bisa menjangkau sekolah. Ia mengingatkan, kurangnya perhatian pemerintah dapat berimbas pada hal yang lebih buruk.
“Salah satu faktor kunci yang mempengaruhi aksesibilitas pendidikan adalah infrastruktur yang memadai. Sayangnya, banyak daerah di Indonesia, terutama yang terletak di daerah terpencil, masih menghadapi tantangan serius dalam hal infrastruktur. Perjuangan siswa-siswa di Kabupaten Luwu itu sungguh luar biasa. Mereka bertaruh nyawa demi mendapatkan pendidikan,” kata Puan Maharani dikutip dari kumparan, Selasa (13/6).
“Kenyataan ini sekaligus menjadi ironi untuk kita semua. Di saat pembangunan besar-besaran terjadi di ibukota dan kota-kota besar lain, masih ada anak-anak kita yang harus berangkat sekolah dengan sarana yang sangat memprihatinkan,” lanjut Puan Maharani.
Mantan Menko PMK itu pun mengimbau pemerintah daerah dan pihak sekolah memberikan dispensasi serta alternatif sistem belajar untuk sementara. Puan mengingatkan jembatan ambruk bukan kesalahan siswa.
“Paling tidak sekolah bisa memberikan materi pelajaran yang memungkinkan para siswa tersebut mempelajari secara mandiri di rumah 2 atau 3 kali seminggu agar tidak perlu tiap hari mereka ke sekolah untuk sementara waktu,” ungkap dia.
“Atau bisa juga dengan menerapkan sistem pembelajaran online seperti yang dilakukan saat pandemi COVID-19 melanda. Pemerintah harus bisa menghadirkan solusi yang tidak merugikan siswa belajar,” imbuh Puan.
Puan melanjutkan, pemerintah harus melakukan evaluasi berkala terhadap kelayakan infrastruktur di daerah-daerah. Puan juga meminta penerapan program pembangunan daerah memperhatikan urgensi yang ada.
“Masih banyak siswa sekolah di daerah-daerah yang harus melewati kawasan sepi, daerah perladangan dan perbukitan dengan medan jalan yang cukup sulit setiap hari untuk menjangkau sekolah,” tuturnya.
“Pemerintah perlu menyusun kebijakan yang mendukung pengembangan infrastruktur pendidikan, alokasi anggaran yang memadai, serta mengoptimalkan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam menangani masalah ini,” tegas dia.
Puan menekankan, anak-anak di daerah memiliki hak yang sama untuk mendapatkan akses pendidikan, kesehatan, dan perlindungan seperti anak-anak di perkotaan.
“Perjuangan anak-anak di daerah tidak boleh disia-siakan atau diabaikan. Sudah menjadi tugas negara memastikan semua anak negeri memperoleh pendidikan dan fasilitas pendukungnya dengan optimal,” ujarnya.
“Ketersediaan infrastruktur dan fasilitas yang layak sangat penting dalam mendukung perkembangan dan kesejahteraan anak-anak”, sambung Puan Maharani.
Menurutnya, investasi dalam pembangunan infrastruktur dan fasilitas yang memadai di daerah adalah investasi jangka panjang untuk masa depan generasi penerus bangsa. Ia mengingatkan, anak-anak tersebut yang akan memajukan negara secara keseluruhan.
“Pemerintah harus memastikan bahwa sekolah-sekolah di daerah terpencil memiliki guru yang berkualitas, sarana belajar yang memadai, dan program pendidikan yang merata sebagai investasi kita kepada penerus bangsa ini. Ingatlah, mereka adalah generasi penerus yang merupakan masa depan bangsa Indonesia,” tandas dia.
Sejumlah SD di Lawu terdampak banjir sehingga siswanya kesulitan untuk datang ke sekolah. Masyarakat terdampak, utamanya para pelajar SDN 668 Pompengan yang mesti berjuang naik “rakit” dari sebilah papan.
Di dalam kelas, para pelajar itu juga mesti menaikkan kaki ketika duduk di bangku.