Lawan Politik Anies Baswedan kini sibuk mempersiapkan strategi menjegal Gubernur DKI Jakarta itu untuk mendapatkan partai pengusung, agar Anies tidak bisa maju Pilpres 2024 mendatang.
Pengamat Kebijakan Publik Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat mengatakan Anies Baswedan berpotensi untuk menang. Banyak pihak yang meyakini Anies tak terkalahkan apabila maju sebagai salah satu Capres di 2024.
Keyakinan ini bukan hanya datang dari para pendukung Anies Baswedan, tapi juga dari mereka yang tidak suka dan tidak ingin Anies jadi presiden.
Menurutnya, inilah alasan kenapa Anies harus dijegal agar tidak maju dalam Pilpres 2024. Ia juga menyampaikan jika tidak potensial menang, untuk apa ada penjegalan kepada Anies.
“Kedua, kalau Anies jadi presiden, mereka anggap ini bahaya. Bahaya bagi siapa? Ya bagi kepentingan mereka. Bahkan bahaya bagi nasib masa depan mereka,” kata Achmad.
Ia menjelaskan saat Anies jadi Gubernur DKI saja, proyek reklamasi tidak berlanjut. Alexis tutup. Bisnis-bisnis ilegal di Jakarta tiarap. Mafia properti tak bisa bergerak leluasa.
“Setoran yang selama ini diterima para politisi banyak yang stop. Saham bir dijual. Anies jadi gubernur DKI, banyak pendapatan dan bisnis ilegal tak berjalan seperti sebelumnya. Ini bahaya!” ungkapnya.
Inilah mengapa banyak pihak yang all out menggagalkan Anies nyapres. Berapapun biayanya dan apapun taruhannya, mereka akan lakukan.
“Saya dengar ini dari sejumlah politisi kawakan dan pebisnis kakap. Kakap itu artinya punya uang triliunan. Harga mati Anies harus gagal,” ujarnya.
Sosok Anies Baswedan kini banyak diserang dan di black Campaign serta dicari-cari kesalahannya di media sosial oleh akun akun yang kerap disebut Buzzer RP.
“Prestasi nya membangun ibukota sama sekali tidak dianggap oleh akun akun buzzer bahkan berbagai kebijakan nya dikritisi. Banyak pihak yang menilai itu semua tak lepas dari semakin tingginya popularitas Anies Baswedan dan itu semua tentunya tidak diharapkan oleh kelompok-kelompok yang tidak menghendaki Anies Baswedan menjadi presiden RI.” jelasnya.
Sementara itu, terkait penjegalan terhadap Anies Baswedan agar tidak maju di Pilpres 2024, PKS memilih untuk tidak memusingkannya. Menurut Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera, tiap orang melakukan banyak hal kepada target dan tujuannya.
“Saya dengar (upaya penjegalan). Namun, saya tak akan fokus. Tiap orang melakukan banyak hal kepada target dan tujuannya. Biarkan saja,” kata Mardani, Sabtu (17/9/2022).
Menurutnya, yang penting kekinian PKS akan tetap fokus bekerja sesuai dengan tugas-tugasnya. Adanya penjegalan dianggap hal yang biasa dalam politik.
Mardani menambahkan, soal upaya penjegalan itu salah satunya yakni dengan adanya pemanggilan KPK terhadap Anies terkait kasus dugaan korupsi Formula E. Namun, ia tetap percaya terhadap kerja-kerja KPK.
“Ya sebagian mengatakan pemanggilan KPK itu suatu bentuknya sebagian. Namun, kalau buat saya, saya tunggu tindak lanjut dari teman-temah seperti apa di KPK kelanjutkan dari kasus ini,” ungkapnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Demokrat Benny K Harman mengaku mendapatkan informasi ada upaya penjegalan terhadap Anies Baswedan supaya tidak maju menjadi calon presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Ia bahkan menyebut pihak yang berupaya untuk menjegal itu berupa genderuwo.
“Saya hanya dengar saja. Ada genderuwo. Genderuwo ini adalah suara yang tidak jelas asal usulnya, yang tidak menghendaki Pak Anies menjadi calon presiden (Capres),” kata Benny, Jumat (16/9/2022).
Benny mengaku tidak tahu akan sosok genderuwo yang dimaksud. Akan tetapi, ia menekankan adanya tangan tak terlihat alias invisible hand di balik upaya penjegalan terhadap Anies. Benny tidak merinci bagaimana si genderuwo itu melakukan upaya untuk menjegal Anies.
Menurutnya, si genderuwo itu bisa melakukan berbagai cara termasuk melalui proses hukum. Lebih lanjut, Benny meyakini kalau upaya tersebut dilakukan sebelum bergulirnya penyelenggaraan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
“Pasti targetnya seperti itu,” ujarnya.