Tim kedokteran forensik sedang meneliti feses dari satu keluarga yang ditemukan tewas di Kalideres, Jakarta Barat. Penelitian itu dilakukan untuk mengetahui makanan apa saja yang telah dikonsumsi oleh keluarga tersebut.
“Kemarin berdasarkan keterangan dari kedokteran forensik kita menemukan feses. Nah feses ini kita harus teliti di laboratorium ini mengandung apa. Ini yang harus kita teliti lagi apakah arti daripada temuan autopsi itu,” terang Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi, Kamis (24/11).
Menurut Hengki, hasil temuan feses itu nantinya akan membuat teka-teki tewasnya satu keluarga tersebut semakin terungkap. Dan mungkin saja bisa mematahkan praduga yang selama ini diketahui publik.
Ketika disinggung terkait lamanya polisi untuk segera mengungkap kasus ini, Hengki mengatakan untuk menjawab terkait motif ini membutuhkan kehati-hatian sehingga perlu waktu untuk menjawabnya.
“Ini kan tim sedang bekerja, dari perhimpunan kedokteran forensik Indonesia saat ini sedang meneliti terkait dengan hasil autopsi yang kemarin. Kemudian dari asosiasi psikologi forensik juga sedang meneliti. Terkait motif dan sebab kematian itu masih di dalami hingga saat ini karena ini butuh waktu,” kata Hengki, dilansir dari kumparan.
“Artinya di sini kita butuh kehati-hatian, kita harus menanti. Jadi yakinlah bahwa kita tetap bekerja dan kita harus benar-benar hati-hati dalam melaksanakan ataupun mengungkap sebab motif dari pada peristiwa ini,” pungkasnya.
Orang Berpendidikan
Hengki menyebut anggota keluarga yang ditemukan tewas mengering di Kalideres, Jakarta Barat, merupakan orang yang berpendidikan.
Hal tersebut disampaikan Hengki setelah tim penyidik dari digital forensik melakukan pemeriksaan terhadap ponsel korban. Dari situ, diketahui isi pesan yang dikirim pelaku mencerminkan mereka merupakan orang yang cukup berpendidikan.
“Di dalam rumah itu ada dua HP dipakai masing-masing dua orang. Tetapi ada komunikasi yang intens antara satu HP ke HP yang lain. Ini intens dan satu arah dan tidak dibalas dan isinya adalah emosi negatif,” kata Hengki di Polda Metro Jaya, Kamis (24/11).
“Ini secara psikologis akan diteliti kira-kira apa latar belakang daripada korban-korban ini. Tapi yang jelas, ini kata-katanya sangat terlihat bahwa ini berpendidikan bahwa salah satu isinya ada Bahasa Inggris,” sambungnya.
Lebih jauh, Hengki mengatakan jika teka-teki akan tewasnya satu keluarga itu masih terus didalami polisi dengan melibatkan kedokteran forensik dan asosiasi psikologi forensik.
“Jadi ini bener-bener interkolaborasi profesi, kita scientific crime investigation. Akhirnya kita bersinergi untuk buat kesimpulan yang berjalan. Inilah teka-teki tali yakinlah bahwa kita saat ini masih bekerja untuk menuju kesimpulan,” pungkasnya.