spot_img
spot_img

Aksi Debt Collector Bikin Seorang Wanita di Medan Alami Trauma dan Stres

Indeks News — Aksi debt collector kembali memicu keresahan. Seorang wanita yang bekerja di sebuah kantor di Jalan Letda Sujono, Medan, mengalami trauma dan stres akibat didatangi tiga pria yang mengaku sebagai debt collector dari BFI Finance Juanda Medan.

Menurut keterangan Fawzi, suami korban, insiden terjadi pada Selasa sore, sekitar pukul 16.00 WIB. Saat itu, tiga pria datang ke kantor istrinya untuk menagih cicilan kredit mobil. Namun, korban sedang tidak berada di tempat kerja.

Fawzi menjelaskan, cicilan mobil sebenarnya sudah dibayar pada hari yang sama, sekitar pukul 12.00 WIB. Meski demikian, para debt collector tetap bersikeras mencari istrinya dan tidak percaya bahwa korban sedang tidak berada di kantor.

Karena mereka menolak pergi, rekan kerja korban menghubungi korban melalui telepon. Hal ini membuat korban merasa dipermalukan di hadapan seluruh rekan kerjanya, karena urusan utang piutang menjadi konsumsi publik di kantor.

Fawzi menilai tindakan debt collector itu telah merugikan secara psikologis dan sosial.

“Seolah-olah mobil yang kami kredit sudah kami gelapkan. Padahal unit masih ada, cicilan kami bayar sampai 12 Agustus. Kalau pun ada denda, kami siap bayar,” tegas Fawzi.

Ia juga mengkritik metode penagihan yang dianggap tidak menghargai hak konsumen. Menurutnya, debt collector seharusnya membawa dokumen resmi seperti identitas, sertifikat profesi dari lembaga sertifikasi sektor keuangan yang terdaftar di OJK, surat kuasa dari perusahaan pembiayaan, fotokopi sertifikat jaminan, dan bukti kelalaian debitur.

Fawzi berharap Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menindak tegas praktik penagihan yang merugikan konsumen.

Pihak BFI Finance Angkat Bicara

Upaya konfirmasi kepada Head Collector BFI Finance, Sarwono Sihombing, pada Rabu (13/8/2025) pagi, awalnya tidak mendapat respons. Pesan WhatsApp dan panggilan telepon yang dilakukan media beberapa kali tidak dijawab.

Sarwono membantah pihaknya mempermalukan debitur. Ia memaparkan tiga poin klarifikasi:

  • Korban tidak melakukan konfirmasi pembayaran cicilan kepada pihak penagih.
  • Korban sempat mengajak bertemu, tetapi nomor ponselnya tidak aktif saat dihubungi.
  • Menurut keterangan rekan kerja korban, suasana saat penagihan tidak tegang, bahkan sempat bercanda.

Sarwono mengakui bahwa cicilan Juli dibayar pada Selasa siang, tetapi cicilan Agustus belum dibayarkan.

“Anggota saya sudah berulang kali mencoba menemui korban di rumah, tapi tidak berhasil. Maka dari itu mereka ke tempat kerja. Sikap anggota saya baik-baik saja. Rekaman kejadian pun kami simpan,” ujar Sarwono.

GoogleNews

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses