Kemunculan Alien Child di panggung hiburan khususnya musik memang cukup mengejutkan banyak pihak. Kemampuan musikal mereka tidak dianggap remeh, meski keduanya masih sangat belia.
Sebelum berganti nama menjadi Alien Child, duo Aya dan Lala dulunya dikenal sebagai duo BTMG alias duo penyanyi dari Batumadeg, nama sebuah desa di Pulau Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali, yang merupakan kampung halaman orangtua mereka.
“Awalnya kami menjadi duo namanya BTMDG yaitu akronim dari batumadeg, kampung halaman kami di Nusa Penida. Sejak 2017 kami mulai memproduksi sendiri, baik lirik, melodi, mixing mastering arasemen. Musik videopun kami garap sendiri, sehingga kami melakukan rebranding dengan nama Alien Child.”ungkap Aya Maranda dan Lala Maranda, Saat ditemui di Restoran Tirtasari, Kuta, Bali beberapa waktu lalu.
Nama Alien Child, maksudnya bukan alien dari luar angkasa. Dengan terbentuknya grup ini, mereka ingin membuat sebuah rumah teduh agar semua pendengar yang pernah merasa seperti alien atau tidak fit.
“Kami ingin membuat sebuah tempat yang aman untuk mereka pendengar kami alias aliens menjadi diri sendiri dan merasa nyaman menjadi diri sendiri.”katanya.
“Musik kami ada RNB, hiphop. EDM, Rap juga ada.Tapi kalau ditanya sekarang, ya kami bilang kami genre pop.”tambahnya
Bicara awal menekuni musik, Alien Child sejak kecil sudah menekuni dunia musik, Aya yang belajar alat musik biola dan Lala belajar nyanyi dengan sang ibu , Heny Janawati. Darah seni mengalir dari sang ibu dan sang kakek.
“Aya sudah belajar biola sejak usia 3 tahun atas kemauan sendiri. Laras sejak 6 tahun belajar menyanyi kepada ibu, kebetulan ibu seorang penyanyi opera dari Bali. Itu juga atas kemauan sendiri karena memang punya passion disana. Kakek kami juga seorang composer dari bali. Tidak sekadar bermusik tapi berkarya dan berseni budaya.”kata mereka.
“2013, ketika itu kami masih usia 12 dan 13 tahun waktu pindah dari Canada ke Indonesia kami mengalami culture shock. Kami sangat galau dan sedih. Akhirnya kami memutuskan untuk menjadikan musik sebagai tempat curhat, mulailah kami menciptakan lagu.”katanya.
Dalam penulisan lagu, Duo asal Nusa Penida ini menulis lagu berdua. Saat tahun 2013 waktu bikin feminism dan kritik sosial dan lingkungan juga. Kalau sekarang ini mereka lebih menulis lagu tentang pengalaman mereka sendiri, pengalaman perasaan maupun dari kejadian nyata.
“Kalau kami menuliskan lagu cinta, bukan berarti pacaran. Cinta disini bisa bermakna kepada teman, saudara, orangtua, dan untuk dunia ini menjadi satu karena cinta.”ujar mereka.
“Bagi kami cinta itu adalah komunikasi, tidak melulu orang oacaran atau menikah. Bisa dengan teman dan sesama manusia, kalau kita saling kasih, bisa diartikan sebagai cinta.
Sejaub sudah menciptakan berapa judul? Sudah lebih dari 30 lagu itu sebagai Alien Child. Kalau sebagai BTMDG sekitar 7 lagu.
Dalam membuat sebuah lagu, keduanya seimbang, masing – masing dari mereka saling melengkapi.
“Sebenarnya kami ini saling melengkapi. Kak Aya jago di teknologi, sedangkan saya lebih pada menulis lirik. Saya membuat lirik dan melodi, sedangkan kak aya untuk mastering, aransemen. Selanjutnya Lala sebagai sutradara di musik video kami.”tutup Aya dan Lala yang saat ini dalam persiapan pembuatan Anthem.(EH).