Bion Studios merupakan salah satu unit bisnis dari Visinema Group (Visinema) yang berfokus untuk memproduksi konten hyperlocal dan tren yang sedang berkembang di masyarakat guna menangkap ide-ide segar dan cerita yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.
“Bion Studios hadir untuk memberikan ruang bagi cerita-cerita yang relevan, namun mungkin belum terdengar dan memiliki potensi besar untuk menggugah hati penonton.”kata Herry Budiazhari Salim, selaku Group President & CEO of Visinema Studios saat konferensi pers di Lounge Plaza Senayan XXI, Jakarta, Selasa (10/9/2024).
“Kami menangkap cerita-cerita yang tumbuh dari budaya populer, tren yang sedang berkembang, dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Bion Studios dilahirkan untuk memberikan ruang bagi suara-suara yang mungkin belum terdengar, tapi punya potensi besar untuk menggugah hati penonton,” tambah Herry.
Setidaknya ada tiga film yang sedang diproduksi oleh Bion Studios dan akan tayang di 2025, yaitu, ‘Ambyar Mak Byar’, ‘Selepas Tahlil’, dan ‘Kami (Bukan) Sarjana Kertas’.
“Beberapa film yang kami produksi akan tayang di 2025, di antaranya Ambyar Mak Byar, Selepas Tahlil, dan Kami (Bukan) Sarjana Kertas. Setiap film ini membawa cerita yang sangat dekat dengan masyarakat dan mencerminkan tren yang sedang terjadi,” ujar Ajeng Parameswari, Chief of Business Stream & Bion Studios, mengungkapkan antusiasmenya terhadap beberapa proyek film tersebut.
Ia menambahkan bahwa film-film Bion Studios ini dirancang untuk menyajikan konten yang menghibur sekaligus relevan dengan audiens Indonesia yang beragam.
Happy Asmara dan Gilga Sahid terpilih menjadi bintang utama film ‘Ambyar Mak Byar’. Film yang disutradari oleh Puguh Admanja menjadi debut pertama pasangan yang menikah pada 2024 lalu.
Karena tidak punya pengalaman akting, Happy Asmara dan Gilga Sahid awalnya sempat ragu mengambil proyek ini. Namun keraguan itu sirna setelah diyakinkan oleh Puguh, sutradara film ‘Ambyar Mak Byar’.
“Kami awalnya sempat ragu, apalagi Gilga engga mau kalau engga ada aku. Ya udah akhirnya kita mau coba karena kita sama sama di proyek Bion Studios ini,” kata Happy Asmara.
Meski syuting baru berjalan beberapa hari, baik Happy Asmara maupun Gilga Sahid merasakan keseruan berada di lokasi syuting.
“Karena disini kan kita engga full akting ya tapi ada ngisi musiknya juga jadi itu cocok banget sama kita. Bahkan kita ada ciptain sebuah lagu buat film ini. Makanya fun banget karena disini ada musiknya, ada dramanya juga,” terang Happy Asmara lagi.
Gilga Sahid akhirnya mau menerima tawaran ini antara lain karena pemain dan krunya kebanyakan dari Jawa juga.
“Kita jadi kayak belajar akting bareng. Ini beneran pertama kali saya akting. Di video musik lagu lagu saya aja, engga pernah akting, saya selalu memakai model orang lain,” tambah Gilga Sahid.
Film ‘Ambar Mak Byar’ bercerita tentang seorang pemuda naif, Jeru (25) ingin memperjuangkan cintanya kepada Bethari (24) dengan cara meraih cita-citanya menjadi band terkenal bersama sahabatnya Rick (27), Aruna (26), Novian (29), dan Wahyu (27) yang tergabung dalam Konco Seneng. Namun keluarga Bethari yang tidak merestui hubungan keduanya tega menyabotase segala usaha yang dilakukan Konco Seneng.
Selain ‘Ambar Mak Byar’ ada juga Selepas Tahlil, sebuah film yang diangkat dari IP terkenal dari Lentera Malam dan diperankan oleh Aghniny Haque yang sebelumnya sudah sukses membintangi film-film horor, seperti KKN di Desa Penari, Pemandi Jenazah dan beberapa lainnya.
Film ini akan bercerita tentang salah satu kota di Surabaya, seorang anak ingin memakamkan jenazah ayahnya, namun pada malam selepas tahlil jenazah ayahnya bangkit, berjalan keluar rumah, dan menghilang di kegelapan. Pada malam yang sama,seorang warga di Lamongan melihat penampakan sosok mayat berjalan di ujung jalan desa; sebuah desa yang terkena kutukan: ia yang lahir di desa tersebut, jika meninggal di luar desa dan tidak segera dipulangkan akan kembali pulang dengan sendirinya.
“Berakting di Selepas Tahlil rasanya seperti pulang ke rumah, karena ini masih bagian dari Visinema. Selain itu saat mengetahui visi Bion Studios yang fokus ke pasar hyperlocal membuat saya semakin bersemangat untuk terlibat di film ini,” ungkap Aghniny Haque salah satu bintang di Selepas Tahlil.
Film lainnya adalah Kami (Bukan) Sarjana Kertas, sebuah adaptasi dari novel bestseller karya J.S. Khairen yang bercerita tentang tiga pemuda medioker ingin segera dan dengan mudah mendapatkan ijazah sarjana, yakni dengan cara masuk kuliah di Kampus UDEL, sebuah kampus swasta yang berbiaya murah namun tak jelas kualitasnya, tapi menemukan kenyataan bahwa seorang dosen perempuan muda bin nyentrik bertekad mengubah sistem pembelajaran sebagai penegasan bahwa Kampus UDEL bukanlah sekadar penghasil sarjana kertas. Selamat Datang di Industri Perfilman. (EH)