Kategori: SENI TRADISIONAL

  • ARTJOG 2024 – Motif: Ramalan Diwarnai Meet The Artist Dan Pertunjukan Empat Puluh Malam Dan Satunya Hujan

    ARTJOG 2024 – Motif: Ramalan Diwarnai Meet The Artist Dan Pertunjukan Empat Puluh Malam Dan Satunya Hujan

    ARTJOG, Festival pameran dan pasar seni rupa kontemporer tahunan kembali diselenggarakan di tahun 2024 dengan mengusung tema Motif: Ramalan yang berlangsung sejak 28 Juni hingga 1 September 2024 mendatang di Jogja National Museum.

    Setiap tahunnya, ARTJOG selalu berusaha menyediakan ruang bagi pertumbuhan dan perkembangan seni di Indonesia, bukan hanya dalam ranah seni rupa, tapi juga bentuk kesenian yang lain. Komitmen ARTJOG untuk menjadi ruang pertemuan antara seni, dalam hal ini seni pertunjukan, dengan masyarakat pada tahun ini diwujudkan melalui program performa•ARTJOG x Bakti Budaya Djarum Foundation.

    “Dari tahun ke tahun ARTJOG telah menjadi ajang bagi seniman rupa dan juga seniman panggung untuk menampilkan hasil karyanya ke hadapan para pengunjung yang juga memiliki kecintaan tinggi dengan seni. Sejak 2019, Bakti Budaya Djarum Foundation telah bekerja sama dengan ARTJOG untuk menyediakan ruang bagi seniman-seniman muda di Indonesia dalam upaya menciptakan ekosistem seni pertunjukan yang kreatif dan mandiri.” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

    ARTJOG
    Meet The Artist – (KIKA) Didik Nini Thowoq dan Elizabeth D. Inandiak

    “Melalui program performa•ARTJOG x Bakti Budaya Djarum Foundation yang dihadirkan tahun ini, membuka kesempatan bagi para pengunjung untuk berinteraksi langsung dengan para seniman, memahami proses kreatif, dan mendengar langsung cerita di balik karya-karya mereka. Rangkaian kegiatan ini diharapkan dapat menginspirasi dan memperkaya wawasan budaya penonton, sehingga dapat mendorong kreativitas para seniman muda dan memperkuat ekosistem seni di Indonesia,”tambahnya

    CEO dan Founder ARTJOG, Heri Pemad menyampaikan apresiasinya terhadap dukungan Bakti Budaya Djarum Foundation kepada ARTJOG selama ini. Menurutnya, hal ini merupakan langkah konkret dalam membangun infrastruktur seni dan budaya. “Sebuah peristiwa budaya ketika mendapatkan kesempatan dan semangat yang sama dari relasi, partner, atau dari siapapun rasanya seperti mendapatkan kawan satu frekuensi. Tentu kerja sama ini sangat membahagiakan di tengah kondisi kemandirian sekaligus keterbatasan dari teman-teman seniman dan penyelenggara event seni dan budaya. Dukungan ini juga menguatkan landasan kita; bahwa memajukan seni dan budaya adalah tanggung jawab bersama,” ungkap Heri Pemad.

    Kemitraan antara ARTJOG dan Bakti Budaya Djarum Foundation tahun ini juga hadir dalam presentasi karya instalasi mix-media hasil kolaborasi antara Nicholas Saputra, Happy Salma, (alm.) Gunawan Maryanto, dan Iwan Yusuf yang berjudul Empat Puluh Malam dan Satunya Hujan. Karya ini merupakan alih wahana dari buku tafsir dan terjemahan Serat Centhini yang dilakukan oleh Elizabeth D. Inandiak dan diterbitkan pada tahun 2002.

    ARTJOG
    Empat Puluh Malam dan Satunya Hujan5

    Nicholas Saputra, Happy Salma, Iwan Yusuf, Elizabeth D. Inandiak, dan Didik Nini Thowok akan hadir dalam program Meet the Artist untuk mengungkap proses kreatif di balik karya Empat Puluh Malam dan Satunya Hujan serta mengkaji ulang makna Serat Centhini pada konteks hari ini. Acara ini akan diselenggarakan pada Kamis, 22 Agustus 2024 pukul 16.00 WIB.

    “Kegiatan sore ini adalah upaya kami untuk memperkenalkan lebih dalam sebuah karya penting dalam sastra Jawa dari abad ke-19. Secara visual, instalasi ranjang dan kelambu dihadirkan melalui kolaborasi dengan Iwan Yusuf. Melalui karya ini, kita diajak untuk memaknai isi dari percakapan antara Amongraga dan Tambangraras sebagaimana sebuah suluk dipresentasikan kembali di era kontemporer hari ini melalui karya Elizabeth D. Inandiak, seperti halnya memaknai sebuah ‘ramalan’ dari masa lalu. Semoga kegiatan ini bisa menambah wawasan para pengunjung,” ujar Nicholas Saputra.

    Kemudian di malam hari, sebuah pertunjukkan hasil interpretasi Didik Nini Thowok atas karya Empat Puluh Malam dan Satunya Hujan ditampilkan ke hadapan para pengunjung. Didik Nini Thowok bersama Elizabeth D. Inandiak (narator), Anon Suneko (komposer), dan Sarah Diorita (performer) memadukan pertunjukan wayang golek dan lantunan tembang dari beberapa pupuh di dalam kisah tersebut dalam seni tari yang ekspresif untuk mengajak penonton melihat kembali kisah Amongraga dan Tambangraras di sepanjang malam-malam itu secara interpretatif dan kontemplatif.

    ARTJOG
    Meet The Artist – (KIKA) Nicholas Saputra dan Iwan Yusuf

    Sementara itu, Rianto, penari dan koreografer yang kini berbasis di Jepang, akan menampilkan sebuah pertunjukan tari bertajuk Sastra Jiwangga – Perjalanan Tubuh Jawa. Rianto, dalam setiap penampilannya, selalu berusaha mengungkap relasi antara tubuh religius, sosial, politik, dan tradisional.

    Kali ini bersama iringan instrumen perkusi Cahwati Sugiarto, seorang musisi dan penari asal Solo, dia mencoba menelusuri kembali akar kata yang mendasari Lengger, yaitu menyadari dan mengingat (elinga ngger). Pertunjukan Sastra Jiwangga – Perjalanan Tubuh Jawa akan dua kali dipentaskan di Panggung ARTJOG pada Sabtu dan Minggu, 24 dan 25 Agustus 2024 pukul 20.00 WIB.

    ARTJOG

    Kolaborasi ARTJOG dan Bakti Budaya Djarum Foundation dalam menghadirkan beragam bentuk kesenian di ARTJOG 2024 tentunya bertujuan untuk memberikan pengalaman baru bagi pengunjung ARTJOG. Harapannya hal ini dapat semakin meniadakan jarak antara seni dengan masyarakat. ARTJOG 2024 – Motif: Ramalan masih dapat dikunjungi sampai 1 September 2024. Informasi mengenai agenda program dan jadwal pertunjukan lainnya dapat diakses melalui situs web www.artjog.id.

  • Aksi Wali Kota Padang Main Sipak Rago dengan Siswa SMP N 8 Kota Padang

    Aksi Wali Kota Padang Main Sipak Rago dengan Siswa SMP N 8 Kota Padang

    Wali Kota Padang, Hendri Septa, main sipak rago dengan siswa SMP. Keseruan bermain salah satu olahraga tradisional Minangkabau itu terekam di SMP N 8 Padang.

    Aksi Wali Kota Padang main sipak rago terjadi saat Ia menghadiri proses pembelajaran mata pelajaran (Mapel) muatan lokal Keminangkabauan di SMP N 8 Kota Padang, Selasa (16/1).

    Selain memberi contoh yang baik, aksi ini juga sebagai bentuk menyemarakkan mata pelajaran Keminangkabauan yang sedang digalakkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Padang melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di setiap sekolah mulai dari PAUD, SD, dan SMP se-Kota Padang.

    Dalam sambutannya, Hendri Septa berharap program yang dicanangkan oleh Pemkot Padang dan juga Bundo Kanduang sejak 19 September 2023 lalu, dapat menyadarkan generasi muda untuk terus melestarikan keindahan warisan budaya nenek moyang Minangkabau.

    “Supaya anak-anak Bapak tahu dengan warisan dari nenek moyang, warisan dari para leluhur kita (Minangkabau). Supaya anak-anak Bapak nanti ketika kami, Bundo tidak ada lagi, anak-anak yang melanjutkannya,” ungkap Hendri Septa di depan siswa SMP N 8 Kota Padang.

    Tari Piriang
    Penampilan Tari Piriang oleh siswi SMP N 8 Kota Padang, Selasa (16/1). (Foto: Fiqra Fuaddy/Indeks News)

    Tak hanya sipak rago, berbagai penampilan seni budaya Minangkabau juga di tampilkan oleh para siswa, seperti Tari Cewang, Tari Piriang, Silek, hingga menyanyikan lagu-lagu minang.

    Mapel muatan lokal Keminangkabauan diberlakukan setiap hari Selasa, baik itu di luar maupun dalam kelas. Program ini juga melibatkan para niniak mamak (tokoh adat) dalam mengimplementasikan proses belajar mengajar.

  • Laman AMI ETHNIC Diluncurkan Lindungi Pelaku dan Alat Musik Tradisional pada Era Digital

    Laman AMI ETHNIC Diluncurkan Lindungi Pelaku dan Alat Musik Tradisional pada Era Digital

    Laman AMI ETHNIC diluncurkan Guna melindungi pelaku dan alat musik tradisional Indonesia di era digital didukung Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

    Laman AMI ETHNIC yang digagas oleh Yayasan Anugerah Musik Indonesia (YAMI) ini merupakan portal informasi yang menyajikan berbagai hal tentang alat musik tradisional di Indonesia, baik itu jenisnya, sejarahnya, cara memainkannya, hingga tempat di mana masyarakat dapat membelinya.

    Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, mengungkapkan, kemunculan portal informasi AMI ETHNIC adalah penghargaan tinggi pemerintah dan komunitas bagi pelaku alat musik tradisional.

    AMI ETHNIC

    “Melalui portal AMI ETHNIC, para pemain dan produsen alat musik tradisional dapat lebih mengembangkan kualitasnya sehingga makin diminati masyarakat maupun negara lainnya. Harapannya para pelaku alat musik tradisional dapat ikut berdaya saing di pasar musik global era digital,” ujar Mahendra.

    Mahendra mengatakan, dengan semangat dan rasa cinta para pelaku tersebut, hingga kini kebesaran sejarah dan keunikan alat musik tradisional Indonesia masih terus dikagumi oleh bangsa-bangsa di dunia. Keragaman alat musik tradisional Indonesia, kata Mahendram, sejak masa lampau patut mendapatkan perhatian serius dan tempat istimewa.

    “Lestari dan disebarluaskannya alat musik tradisional akan memberi pengetahuan besar bagi generasi penerus mengenai kebesaran seni budaya leluhurnya. Terjaganya warisan alat musik tradisional ikut membuktikan pula bahwa sejak dulu seni musik telah menjadi bagian hidup nenek moyang sehingga membentuk ciri khas budaya di setiap daerah,” tutur Mahendra.

    AMI ETHNIC

    Mahendra juga menyebutkan, tautan portal informasi alat musik tradisional AMI ETHNIC nantinya bakal disebarkan ke website resmi Kedutaan Besar Indonesia yang berada di setiap negara di seluruh dunia.

    Upaya tersebut, kata Mahendra, alat musik tradisional dan seni musiknya adalah harmoni kebesaran budaya Indonesai dari masa lalu.

    “Hal ini harus terus bertahan dan dirawat oleh masyarakat Indonesia sampai saat ini sehingga perlu diketahui di mancanegara,” ucapnya.

    AMI ETHNIC

    Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum YAMI, Candra Darusman, mengatakan, pihaknya ingin mengenalkan para pemain dan produsen musik tradisonal ke publik hingga dapat sejajar dengan musisi industri.

    “AMI mengapresiasi sebesar-besarnya pemain dan produsen alat musik tradisional sebagai musisi non-industri sebab jasa dan kepedulian mereka pada seni budaya Indonesia yang tidak boleh dilupakan,” ucap Candra.

    Menurut Candra, ciri dan latar sejarah budaya alat musik tradisional amat layak disuguhkan sebagai informasi agar membangun kesadaran generasi ke depan untuk makin mempopulerkannya.

    Sebagai informasi, portal informasi alat musik tradisional ini dapat diakses melalui laman www.amiethnic.com

  • Taman Indonesia Kaya 2023 Gelar “Sastra Dalam Keroncong”

    Taman Indonesia Kaya 2023 Gelar “Sastra Dalam Keroncong”

    Taman Indonesia Kaya senantiasa menghadirkan beragam acara menarik bagi masyarakat kota Semarang di akhir pekan. Pekan ini menghadirkan acara Sastra Dalam Keroncong pada Sabtu (9/9/23) yang dimeriahkan oleh Komunitas Sastrawan Semarang antara lain NWU Gabriel Genesis, Slamet Unggul, Wahyu Nur Baskoro, Roely Slamet, Didit Jepee, Nawir, Fransiska Ambar, Maya Ofifah Kristanti dan juga Orkes Berkah Dalem.

    “Kegiatan kami di Taman Indonesia Kaya malam hari ini menjadi media bagi kami untuk menghibur masyarakat kota Semarang, terutama generasi muda untuk mengenal dan mengetahui lebih dalam lagi mengenai sastra. Tak hanya sastra, kami juga memadukan pembacaan syair dan juga puisi dengan diiringi alunan musik keroncong yang kental dengan kebudayaan Nusantara.”kata kata NWU Gabriel Genesis selaku perwakilan dari Komunitas Sastrawan Semarang.

    Taman Indonesia Kaya

    “Semoga selain dapat menghibur para pecinta sastra, penampilan kami di Taman Indonesia Kaya juga dapat membangkitkan semangat dan minat masyarakat untuk mempelajari dan mencintai sastra.”tambahnya.

    Selama kurang lebih 90 menit, panggung Taman Indonesia Kaya diramaikan dengan penampilan dari Komunitas Sastrawan Semarang yang diiringi dengan alunan musik keroncong dari Orkes Berkah Dalem yang terdiri dari 7 musisi dan juga 4 penyanyi. Sebanyak delapan penyair yang tergabung dalam Komunitas Sastrawan Semarang menghibur para penikmat seni yang memenuhi Taman Indonesia Kaya dengan puisi-puisi yang mereka ciptakan.

    Taman Indonesia Kaya

    Masing-masing penyair membacakan karya puisi yang mereka ciptakan sendiri dengan amat mendalam. NWU Gabriel Genesis membacakan Harapan Merah Putih, Slamet Unggul membacakan Aku dan Semarang serta Laki-laki Pembawa Buku, Wahyu Nur Baskoro membacakan Kau yang Kucinta dan Di Timur Matahari, Roely Slamet membacakan  Darah Tulang dan Bendera.

    Kemudian Didit Jepee membacakan Rendezvous Seberkas Pelangi dan Tegang, Nawir membacakan Generasi Muda Cinta Negeri, Fransiska Ambar membacakan Pagi yang Sejuk dan Maya Ofifah Kristanti membacakan Aku Masih Sangat Hafal Nyanyian. Tak hanya membawakan ciptaannya sendiri, para beberapa penyair  juga membawakan karya dari penyair lain.

    Taman Indonesia Kaya

    ”Pertunjukan ini merupakan salah satu upaya kami untuk mengakrabkan sastra kepada generasi muda dan memberikan inspirasi bagi mereka untuk mengembangkan minat dalam dunia sastra sehingga muncul para calon-calon sastrawan di masa yang akan datang. Dalam pementasan ini kami juga memadukan sastra Keroncong untuk mengenalkan jenis musik yang khas dengan kebudayaan  Indonesia ke hadapan generasi muda. Semoga pementasan ini dapat diterima dengan baik oleh para penikmat seni.”tutup Renitasari Adrian selaku Program Director www.indonesiakaya.com.

  • Sandyakala Smara Koleksi Terbaru Denny Wirawan X BB Djarum Foundation

    Sandyakala Smara Koleksi Terbaru Denny Wirawan X BB Djarum Foundation

    Sandyakala Smara koleksi terbaru Batik Kudus Denny Wirawan bersama Bakti Budaya Djarum Foundation. Pagelaran karya penuh cinta ini membawa kembali Batik Kudus kembali ke kota asalnya yang juga dikenal dengan nama Kota Kretek.

    Seluruh upaya bersama Denny Wirawan ini berhasil mendekatkan kembali Batik Kudus pada publik, dan juga turut membantu menggerakkan perekonomian beberapa kelompok pembatik di Kudus yang masih konsisten berproduksi dan melestarikan Batik Kudus lewat Sandyakala Smara.

    “Sandyakala Smara ini adalah bentuk dukungan tulus dalam melestarikan dan mengapresiasi kekayaan wastra budaya Indonesia, terutama Batik Kudus yang memukau dan menginspirasi kreativitas untuk terus mengeksplorasi serta memperkaya keindahan yang tak ternilai dari kain-kain Indonesia. Setelah 8 tahun perjalanan yang luar biasa, dengan bangga kami membawa Batik Kudus kembali ke akarnya, ke kota Kudus yang dikenal sebagai Kota Kretek, untuk perayaan penuh makna dan inspirasi,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

    Sandyakala Smara

    “Ini menggambarkan bahwa Kudus bukan hanya dikenal sebagai penghasil kretek, tetapi juga memiliki batik yang bernilai tinggi sekaligus menghargai perjalanan panjang dalam berkarya lewat kain dan pola yang telah memberikan warna baru bagi dunia mode Indonesia. Acara Sandyakala Smara ini juga dihadiri oleh sekitar 250 orang tamu undangan yang datang untuk mengenal dan menjelajahi budaya kota Kudus. Ini merupakan sebuah kesempatan untuk mengenalkan daya tarik Kota Kretek sehingga menjadi salah satu destinasi wisata yang mampu menggerakkan perekonomian masyarakat,”tambah Renitasari

    Sandyakala Smara Koleksi Batik Kudus 2023 – 2024 ini mengajak kita untuk merasakan kisah indah yang terinspirasi dari keelokan Kebaya dan Kain Batik Kudus. Mengambil ciri khas gaya ‘Kebaya Encim’ serta kain Batik Kudus sebagai padanannya di dekade 1930-an hingga 1950-an, Denny Wirawan menghadirkan kembali kecintaannya terhadap wastra Indonesia yang mengalir tak pernah usai.

    Memadukan mahakarya dari para artisan batik yang penuh keindahan dan filosofi, dalam helai-helai busana yang dibuat dengan cinta. Kolaborasi dengan para pembatik binaan Bakti Budaya Djarum Foundation dan para pembatik pesisir di Pekalongan,  serta kolaborasi dengan kolektor batik Agam Riyadi, juga turut memperkaya koleksi batik yang ditampilkan pada gelaran Sandyakala Smara.

    Sandyakala Smara

    “Mengolah Batik Kudus kembali menjadi bagian penting dari perjalanan kreatif saya sejak tahun 2015. Tahun ini telah sewindu keindahan Batik Kudus memberikan inspirasi yang membuat saya terus mengeksplorasi dan berkreasi. Koleksi Sandyakala Smara saya persembahkan sebagai bentuk dedikasi untuk menggali lebih dalam lagi potensi-potensi yang ada pada motif Batik Kudus yang belum tereksplorasi, setelah sebelumnya hadir koleksi Pasar Malam, Padma, dan Wedari,” ungkap desainer Denny Wirawan.

    Di Kota Kudus, popularitas batik yang sudah menjadi komoditas di tahun 1500an. Eksistensi Batik Kudus kian berkembang, utamanya pada tahun 1935 hingga dekade 1970-an. Batik yang diproduksi dengan penggarapan yang halus ini seringkali dikenakan oleh kalangan menengah ke atas. Pada perkembangannya, Batik Kudus mulai mengalami kemunduran pada tahun 1980-an. Kemunduran ini ditandai dengan semakin menurunnya jumlah pengrajin batik lantaran kemunculan batik printing dengan proses pembuatan yang lebih cepat dan harga yang lebih murah, sehingga membuat para pengrajin Batik Kudus mengalami gulung tikar karena tidak mampu beradaptasi.

    Sejak tahun 2010, Bakti Budaya Djarum Foundation melakukan program pembinaan kepada para pengrajin Batik Kudus dan menghidupkan kembali para pengrajin yang tadinya telah beralih profesi, serta memupuk generasi baru penerus kerajinan Batik Kudus. Di tahun 2015, Bakti Budaya Djarum Foundation mulai berkolaborasi dengan desainer Denny Wirawan untuk mengangkat Batik Kudus dengan sentuhan unik dan inovatif.

    Sandyakala Smara

    Denny Wirawan menyatakan, “Koleksi Sandyakala Smara tak hanya sekadar busana, namun juga sebuah perjalanan budaya dan kreativitas yang mempertemukan antara masa lalu dan saat ini dengan harmoni. Sebuah perwujudan serta penghormatan atas warisan keindahan wastra dengan pembaruan yang dikemas dalam estetika yang memukau.”

    Pagelaran busana ini diselenggarakan di bawah langit senja yang indah, mengambil lokasi di Rumah Adat Kudus Yasa Amrta. Acara ini bukan hanya sekadar pagelaran busana, tetapi juga merupakan sebuah peresmian bagi Rumah Adat Kudus Yasa Amrta yang diambil dari bahasa Sansekerta yang memiliki makna kemuliaan abadi. Rumah adat Kudus yang juga disebut Joglo Pencu merupakan rumah tradisional yang mempesona dengan gaya arsitektur yang begitu khas dan indah.

    Bangunan Joglo Pencu menampilkan dominasi ukiran-ukiran yang tak hanya bersifat dekoratif, melainkan juga sarat dengan makna filosofis yang mendalam. Dengan suasana senja yang memancarkan pesona sendiri, acara ini tidak hanya menghadirkan keindahan busana, tetapi juga menghormati warisan budaya dan seni arsitektur yang kaya di Kudus, menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi semua yang hadir.

    Sandyakala Smara

    “Sandyakala Smara ini adalah sebuah persembahan istimewa sekaligus menghargai perjalanan panjang dalam berkarya melalui kain dan pola yang telah memberikan warna baru bagi dunia mode Indonesia. Semoga keindahan Batik Kudus yang ditampilkan dengan latar belakang langit dan rumah adat Kudus memberikan pengalaman berbeda yang menggugah hati dan merayakan warisan budaya yang kaya di tengah kita,” tutup Renitasari.

    Acara seperti ini tidak dapat terselenggara tanpa dukungan dari berbagai pihak, antara lain Denny Wirawan, Epajewel, BCA Solitaire, Tiket.com, Padma Semarang, Oscar Daniel Makeup Artist & Team, serta Harper’s Bazaar Indonesia dan Herworld Indonesia selaku media partner. Semua pihak yang berkontribusi dengan tekad dan semangatnya masing-masing telah memainkan peran penting dalam menjadikan pagelaran busana Sandyakala Smara ini sebagai sebuah peristiwa luar biasa yang memukau.

  • Anak Muda Profesional di Rantau Merawat Kesenian Tradisi Randai Minangkabau

    Anak Muda Profesional di Rantau Merawat Kesenian Tradisi Randai Minangkabau

    Yayasan Sumbar Talenta Indonesia ( YSTI) , bersama sejumlah perantau asal Minangkabau, khususnya anak-anak muda bertalenta Minangkabau yang profesional di rantau akan mementaskan “Mahakarya Randai II – 2023 – The Story of Malin Kundang”  tgl 17 Juni di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

    Karya kolaborasi dua sutradara Jose Rizal Manua dan Joharsen ini merupakan karya seni yang bisa digunakan sebagai alat mengingat suatu peristiwa yang terjadi pada masa lalu sebagai pembelajaran di masa kini.

    Tema pertunjukan kali ini adalah ‘𝘗𝘦𝘯𝘵𝘢𝘴 𝘚𝘦𝘯𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘉𝘶𝘥𝘢𝘺𝘢 𝘔𝘪𝘯𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘣𝘢𝘶,’ sebagai upaya ‘𝑀𝑎𝑙𝑎𝑝𝑒ℎ 𝘳𝘪𝘯𝘥𝘶’ akan kesenian tradisional Minangkabau,” ujar Jose Rizal Manua yang sukses bersama Joharsen menampilkan mahakarya Randai pertama yang menceritakan tentang kisah perjuangan Syekh Burhanuddin Pariaman tahun 2020 di pusat perfileman Usmar Ismail.

    Anak Muda

    “Mahakarya Randai II – 2023 – The Story of Malin Kundang” menampilkan

    Randai yang khas karena merupakan kolaborasi pertunjukan dari berbagai unsur seni, antara lain, Silat Minangkabau, Tabuah Tasa dan musik tradisi saluang , dendang, tari dan teater( drama)

    “Di situlah keunikan Randai Malin Kundang, karena berisi paket lengkap seni tradisi. Karena itu undangan kita 90 persen sudah sold out, alhamdulillah” Tambah ketua YSTI, Andha Zulfirman didampingi pimpinan proyek pertunjukan Agus S.

    Anak Muda

    Kisah Malin Kundang sering diadaptasi di berbagai pementasan drama, baik di dalam maupun di luar negeri.  Meskipun begitu, cerita Malin Kundang selalu menarik disajikan sebagai pembelajaran bagi generasi selanjutnya. Apalagi kali ini dikemas dalam bentuk Randai.

    Dari daftar yang  sudah membeli tiket tampak akan hadir Seniman, budayawan, pejabat, birokrat, pengusaha dan pencinta seni-budaya Minangkabau. Bahkan dari Belanda dan Malaysia sudah membeli tiket menonton pertunjukan Randai tersebut.

  • Malaysia Klaim Reog Ponorogo Sebagai Salah Satu Warisan Budayanya ke UNESCO

    Malaysia Klaim Reog Ponorogo Sebagai Salah Satu Warisan Budayanya ke UNESCO

    Reog Ponorogo diajukan Malaysia menjadi salah satu warisan budayanya ke UNESCO. Pernyataan mengenai Malaysia akan mengusulkan Reog Ponorogo sebagai budaya negara tersebut diungkapkan oleh Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy.

    “Untuk Reog Ponorogo, Negara Malaysia rencananya mau ajukan juga, maka dari itu kita harus lebih dulu. Karena ini kan sudah menjadi budaya dan warisan kita,” kata Muhadjir, Rabu (6/4/2022) lalu.

    Muhadjir juga mengungkapkan, Indonesia telah mengusulkan Reog Ponorogo ke UNESCO per 18 Februari 2022 lalu.

    “Mudah-mudahan tidak ada kendala karena dalam persyaratan yang ditetapkan oleh UNESCO sudah sangat dipenuhi (kriterianya) oleh Reog,” ujar Muhadjir.

    Menanggapi hal tersebut, Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta menyatakan tak berencana untuk mendaftarkan kesenian Reog Ponorogo ke UNESCO.

    Wakil Duta Besar Malaysia di Jakarta Adlan Mohd Shaffieq menjelaskan, berdasarkan informasi awal yang ia terima dari Kuala Lumpur, negaranya tak ada niatan untuk mengajukan kebudayaan Ponorogo tersebut ke badan PBB untuk kebudayaan tersebut.

    “Saya sudah berdiskusi dengan pusat mengenai ini, berdasarkan informasi awal, Malaysia tidak berniat mengajukan Reog Ponorogo ke UNESCO sebagai milik kami,” kata Adlan dikutip dari Kompas.com, Selasa (12/4/2022).

    Ia juga menjelaskan, pemerintah Malaysia akan memberi penjelasan secara lebih lengkap dalam satu hingga dua hari ke depan.

    Selain itu, pihaknya juga mengungkapkan Malaysia dan Indonesia sendiri saat ini sedang mempertimbangkan untuk mengajukan bersama beberapa warisan budaya tak benda ke UNESCO.

    Warisan budaya tersebut termasuk di dalamnya kebaya, Tari Piring, tari Kuda Kepang, tradisi Adat Perpatih, dan Puisi Teromba.

    Adlan pun tak menyebut Reog terdapat di dalam daftar warisan budaya yang diajukan bersama tersebut.

    “Sudah terdapat diskusi yang cukup serius di tingkat working group. Saat ini Kementerian Luar Negeri RI telah mengirip diplomatic note tertanggal 2 Maret 2021 terkait kesepakatan Indonesia untuk mendaftarkan kelima warisan budaya di atas sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO,” pungkas Adlan.

  • Indonesia Menari 2021 Gandeng Didik Nini Thowok, Eko Supriyanto, dan Ufa Sofura.

    Indonesia Menari 2021 Gandeng Didik Nini Thowok, Eko Supriyanto, dan Ufa Sofura.

    Gelaran Indonesia Menari pada 2019 sukses dilaksanakan secara serempak di tujuh kota, yakni Jakarta, Bandung, Solo, Semarang, Medan, Makassar, dan Palembang dengan jumlah peserta mencapai 7.000 orang.

    Melihat tingginya antusiasme masyarakat di berbagai daerah untuk mengikuti kegiatan tersebut. Karena itu, setelah absen setahun kali ini ajang Indonesia Menari 2021 kembali digelar www.Indonesiakaya.com.

    Hadirnya gelaran Indonesia Menari mempunyai misi yang mengajak masyarakat Indonesia untuk lebih dekat dengan tarian tradisional Indonesia yang dikemas secara modern.

    Indonesia Menari
    Didik Nini Thowok / Foto : Istimewa

    “Selama penyelenggaraan Indonesia Menari, kami melihat besarnya antusias masyarakat di berbagai daerah untuk mengikuti kegiatan ini. Berangkat dari hal tersebut, kami menghadirkan kembali Indonesia Menari yang dapat diikuti secara individu dalam ruang digital untuk memenuhi dan melepas kerinduan masyarakat terhadap kegiatan yang biasanya rutin untuk diselenggarakan setiap tahun dan hanya di beberapa kota besar di Indonesia.”ujar Renitasari Adrian, Program Director Indonesia Kaya dalam jumpa media virtual pada Kamis (12/8/21).

    “Ini menjadi salah satu upaya kami melestarikan tari Indonesia yang beragam, mendekatkan budaya dengan generasi sekarang tapi membungkusnya dengan kemasan modern. Semoga Indonesia Menari secara virtual, semakin banyak penikmat seni dan pecinta tari baru dari berbagai, bahkan seluruh kota-kota lainnya di Indonesia yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini dari rumahnya masing-masing,”tambahnya

    Kali ini Indonesia Menari menggandeng Didik Nini Thowok, Eko Supriyanto, dan Ufa Sofura selaku penari profesional sekaligus tiga Juri utama dalam gelaran ini. Didik Nini Thowok CS akan memadukan 3 genre tarian, yaitu tradisional, kontemporer dan juga modern yang berdurasi 1 menit.

    Indonesia Menari
    Konferensi Pers Virtual Indonesia Menari 2021/ Foto : Istimewa

    “Menjadi koreografer dalam Indonesia Menari Virtual 2021 ini menjadi sebuah pengalaman yang sangat menyenangkan. Saya bersama Eko Supriyanto dan juga Ufa Sofura merupakan 3 koreografer dari generasi yang berbeda. Kami berupaya untuk menciptakan dan memadukan gerakan dalam genre tarian kami masing-masing.”kata Didik Nini Thowok.

    “Kami bertemu secara langsung di Jakarta pada awal 2021 dengan protokol kesehatan yang ketat untuk memadukan tiap koreografi yang kami ciptakan agar menjadi satu tarian yang tentunya Indah dan mudah untuk diikuti oleh siapa saja. Semoga perpaduan karya kami dapat menjadi tarian yang diminati oleh masyarakat.”tambah Didik

    Indonesia Kaya menargetkan sekitar 10.000 pendaftar dari berbagai kota di Indonesia yang akan menunjukkan kemampuan mereka untuk memperebutkan total hadiah ratusan juta rupiah.

    Indonesia Menari
    Eko Supriyanto dan Ufa Sofura / Foto : Istimewa

    Seperti tahun-tahun sebelumnya, Indonesia Menari kali ini juga terdiri dari 3 babak, yaitu babak penyisihan, semi final dan final. Penikmat seni yang tertarik untuk mengikuti Indonesia Menari dapat mengikuti rangkaian Indonesia Menari Virtual 2021 mulai 1 September 2021 hingga 10 Oktober 2021.

    Untuk lagunya sendiri, ada 5 lagu daerah yaitu Suwe Ora Jamu (Jawa Tengah), Apuse (Papua), Indung-Indung (Kalimantan Timur), Rambadia (Sumatera Utara) dan Pakarena (Sulawesi Selatan) yang akan diaransemen oleh Eka Gustiwana untuk mewarnai babak penyisihan Indonesia Menari Virtual 2021.

    Untuk lebih jelas mengenai syarat dan ketentuan untuk menjadi peserta Indonesia Menari ini bisa langsung ke website www.Indonesiakaya.com. (EH).