Iklan
Iklan

Dedengkot 9 Naga Kini Berinvestasi di IKN, Siapa Saja Mereka?

- Advertisement -
Salah satu dedengkot 9 Naga kini mulai berinvestasi di Ibu Kota Negara (IKN). Dia adalah Aguan, seorang konglemarat pendiri Agung Sedayu Grup. Nama lengkapnya, Aguan Sugianto atau Sugianto Kusuma.

Sosok Aguan dikenal sebagai salah satu dedengkot 9 naga dan kawan dekatnya Tomy Winata yang punya kekayaan Rp14 T.

Seperti diketahui, pemerintah terus tancap gas membangun di Ibu Kota Nusantara (IKN) yang berada di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara di Provinsi Kalimantan Timur.

Tak hanya menggaet investor internasional, pemerintah juga menggaet sejumlah investor lokal ternama di Indonesia dan ada nama Aguan di sana.

Aguan merupakan pengusaha sukses Indonesia sekaligus Bos Agung Sedayu Group dan Bank Artha Graha asal Palembang.

Pada 2018, Globe Asia mengestimasikan total jumlah kekayaan Aguan adalah US$ 970 juga atau sekitar Rp 14 triliun dihitung menggunakan kurs dolar AS saat ini.

Dia disebut-sebut sebagai dedengkot 9 naga (taipan etnis Tionghoa) di Jakarta.

Aguan dikenal sebagai ‘guru’ bagi beberapa pengusaha lainnya yang juga telah terkenal dan mengakar bisnisnya di Indonesia.

Di forum Kaskus, Aguan bahkan digelari Godfather dan sangat dekat dengan Tomy Winata, bos Grup Artha Graha.

Aguan juga berbesan dengan Eka Tjandranegara, pendiri dan pemilik Grup Mulia.

Putra Eka Tjandranegara, Ekman Tjandranegara menikah dengan Lareina Halim Kusuma yang merupakan putri dari Aguan.

Profil Sugianto Kusuma alias Aguan memang selalu dikaitkan dengan nama-nama pengusaha terkenal di Indonesia.

Aguan merupakan keturunan Tionghoa ini lahir di Palembang pada 1951, tepatnya di kawasan 14 Ilir.

Walau pun masih aktif berperan dalam bisnisnya, Aguan kini lebih banyak terjun ke dalam kegiatan kemanusiaan, di antaranya aktif dalam perkumpulan keagamaan sebuah yayasan Budha bernama Tzu Chi.

Di sini Aguan banyak menghabiskan waktu untuk membantu dan menolong masyarakat.

Aguan memprakarsai pembangunan rumah susun, saat itu pertama kali di Cengkareng sebanyak 1100 unit.

Masyarakat gratis menempati rumah tanpa dipungut biaya, mereka hanya diminta untuk membayar uang kebersihan sebesar Rp 90.000, setelah itu warga hanya tinggal merawat dan memelihara saja, dan tentunya tidak boleh dijual.

Selesai pembangunan di Cengkareng, Tzu Chi kembali melakukan pembangunan tahap dua di perkampungan nelayan Angke pada tahun 2006 sebanyak 600 rumah. dengan menelan biaya yang tidak sedikit sekitar Rp 80 miliar.

Tidak hanya itu, bantuan lain seperti kesehatan, operasi katarak, pemberian beras 50 ribu ton untuk 2,4 juta kepala keluarga seluruh Indonesia pada tahun 2004.

Mereka pun membangun sekolah-sekolah dengan biaya murah, rumah sakit dengan biaya murah yang berada di bawah naungan Budha Tzu Chi.

Pascabencana tsunami Aceh banyak warga yang kehilangan tempat tinggal, Tzu Chi pun bergegas untuk mendirikan rumah di wilayah tersebut diantaranya, di Meulaboh, Aceh Besar, dan Banda Aceh.

Di Palembang, Aguan melalui Yayasan Budha Tzu Chi, pada September 2015, menggelontorkan bantuan untuk memperbaiki 100 rumah warga yang kumuh di tanah kelahirannya kawasan 13/14 Ilir. Tiap rumah dapat alokasi Rp 40 juta.

Bantuan itu disampaikan pengusaha Palembang Hermanto Wijaya saat melakukan audiensi dengan Walikota Palembang Harnojoyo di rumah dinas Walikota Jalan Tasik.

Pada kesempatan tersebut turut hadir Rektor Universitas Bina Darma Prof Buchori Rachman.

Seperti Apa Sosok 9 Naga?

Keberadaan 9 Naga hanyalah istilah, bukan kelompok usaha atau organisasi. Namun, berbagai spekulasi bermunculan untuk menebak siapa saja sosok 9 Naga.

Jejak awal dari 9 Naga setidaknya dapat ditarik sejak masa Orde Baru. Pada masa itu 9 Naga atau dikenal juga ‘Gang of Nine’ sangat berkonotasi negatif dan seram.

Mengacu pada investigasi Tempo berjudul “Mafia Bisnis” Tommy Winata (2020, hlm 12), 9 Naga atau Gang of Nine merujuk pada sekelompok orang yang menguasai bisnis remang-remang: dari judi, obat bius, hingga penyelundupan.

Konon, mereka punya bekingan kuat yang membuat sepak terjangnya tak tersentuh untuk memuluskannya bermain di bisnis gelap.

Namun, tidak diketahui pasti siapa orang-orangnya. Masih mengacu pada investigasi Tempo (hlm. 94), pengusaha seperti Aguan, Haryadi Kumala, Iwan Cahyadi, Yorrys, Arief Cocong, Edi Porkas, Arie Sigit, Jony Kusuma, dan Tommy Winata disebut sebagai kelompok Gang of Nine.

Meski demikian, lagi-lagi itu hanyalah spekulasi publik. Beberapa di antara mereka pun sudah memberi bantahan.

Seiring berjalannya waktu, 9 Naga memiliki konotasi yang lebih netral, yakni sebutan untuk para pengusaha penguasa ekonomi Indonesia di masa Orde Baru.

Sebutan ini adalah hasil simbiosis mutualisme antara penguasa dan pengusaha. Sebutan ini bertahan hingga Orde Baru runtuh.

Tidak diketahui siapa sebenarnya sosok 9 naga ini. Berbagai nama pun bermunculan jika muncul di mesin pencari Google. Mulai dari Robert Budi Hartono, Rusdi Kirana, Sofjan Wanandi, Jacob Soetoyo, James Riady, Tommy Winata, Anthony Salim, dan Dato’ Sri Tahir.

Aktivis Sri Bintang Pamungkas dalam Ganti Rezim Ganti Sistim (2014) malah menyebut Aguan sebagai Naga Kedua dari 9 Naga.

Lagi-lagi, kembali ke pernyataan semula, tidak diketahui pasti siapa sosok 9 Naga. Terlepas dari itu, dugaan mereka menguasai ekonomi Indonesia sebetulnya juga tidak berlebihan.

Hal ini menjadi logis jika melihat pada besarnya gurita bisnis para pengusaha yang kerap disebut 9 naga itu. Bisnis-bisnis mereka menguasai pasar Indonesia yang membuat masyarakat bergantung secara ekonomi.

Seandainya 9 Naga mengacu pada nama-nama yang sudah disebutkan di atas, tidak terhitung berapa produk dari bisnis mereka yang digunakan masyarakat. Seperti Robert Budi Hartono dengan Sampoerna-nya atau Rusdi Kirana bersama Lion Air.

Tommy Winata sendiri pada 2011 pernah membantah anggapan dirinya masuk 9 Naga. Dia memang pengusaha yang selalu apes karena kerap dikaitkan kelompok itu. Hal ini terungkap berdasarkan arsip Detik (15 Maret 2011) ketika menyikapi dokumen Wikileaks yang menuduh dirinya dekat dengan Presiden SBY dan disebut sebagai 9 Naga.

“Saya bingung dengan istilah 9 Naga,” kata bos Artha Graha itu.

“Saya bingung dengan tudingan itu, saya terkesima. Itu imajinasi yang merugikan saya,” ia menuturkan.

Trending Topic

Subscribe
Notify of

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Iklan

Iklan

Hot News

Game

PENTING UNTUK DIBACA