Nadin Amizah tepat di Hari Ibu menggelar konser tunggal perdananya ‘Konser Selamat Ulang Tahun’. Dihadiri oleh 2.800 orang yang memenuhi Basket Hall, penonton turut serta menyambut rangkaian fragmen memori Nadin Amizah sejak kecil yang tersampaikan dengan sangat manis melalui pengadeganan-pengadeganan di atas panggung.
Konsep pengadeganan pada konser disajikan dengan nuansa pengalaman teatrikal membawa penonton yang tidak hanya dimanjakan oleh menampilan Nadin Amizah, tetapi juga seisi panggung, mulai dari set properti, tata cahaya, hingga koreografi yang menemani seluruh rangkaian ‘Konser Selamat Ulang Tahun’.
Konser dimulai dengan visualisasi memori Bunda Intan, Ibu kandung dari Nadin Amizah, pada ‘Intro’ sebagai pembuka yang magis dari ‘Konser Selamat Ulang Tahun’. Penampilan ‘Intro’ membawa penonton larut dalam detil-detil kecil pada alur cerita yang dibangun.
Dengan memperkenalkan karakter Nadin Amizah kecil, Bunda, keluarga kecilnya, hingga karakter si Ayah, yang ditampilkan menjadi sosok hitam sepanjang lagu, menuntun seluruh adegan berputar mundur menuju proses kelahiran seorang Ibu, yang juga menjadi pertanda bahwa ‘Konser Selamat Ulang Tahun’ resmi dibuka dengan turut mengajak seisi hall menyanyikan nyanyian Selamat Ulang Tahun bersama-sama dengan lantang.
Peralihan emosi riang hingga deru menjadi haru pada prolog konser dilanjutkan dengan disenandungkannya ‘Kanyaah’ yang juga membawa Nadin Amizah hadir di atas panggung dengan digendong oleh karakter Bunda dan dilanjutkannya dengan visualisasi lagu dari ‘Paman Tua’, yang menampilkan karakter baru dari Bapak, disambut hangat oleh para penonton. Dalam menyampaikan kisahnya selama konser, Nadin Amizah juga membangun interaksi dengan penonton melalui narasi yang ia sajikan. Interaksi yang terjadi membuat alur narasi semakin terasa kaya yang disertai dengan tepuk tangan oleh para penonton menuju lagu ‘Kereta Ini Melaju Terlalu Cepat’.
Tidak berhenti sampai di sana, antusiasme penonton semakin terasa dan terdengar sesaat ‘Beranjak Dewasa’ ditampilkan dengan balutan koreografi di atas panggung. Antusiasme penonton terasa tidak berujung sesaat Nadin Amizah membawa Bunda Intan ke atas panggung untuk kali pertamanya. Keduanya duduk di atas sofa saling berpelukan yang diiringi oleh nyanyian ‘Bertaut’ membuat seluruh penonton turut bernyanyi dan menangis secara bersamaan.
Selesai mengiringi ‘Bertaut’, interaksi panggung kembali dipecah dengan tarian ‘Taruh’. Nadin Amizah mengajak 19 orang penonton untuk menari bersama di atas panggung. Menunjukan kedekatan Nadin dengan para fans-nya membuat penonton terharu senang. Di akhir lagu para fans berpamitan dengan mencium pipi kiri-kanan Nadin sebagai tanda sayang. Melanjutkan penampilannya, Nadin Amizah menampilkan lagu selanjutnya dengan konsep yang berbeda. Memasuki panggung dengan membawa kamera perekam yang menangkap potret dirinya seolah-olah sedang bercermin, sebagaimana lagu ‘Cermin’ langsung ia senandungkan yang diikuti oleh para penonton.
Selesainya ‘Cermin’, sosok hitam tiba-tiba datang dari arah tribune penonton. Si Ayah memecah lautan penonton dengan berkata, “Permisi, itu anakku. Permisi, biarkan aku bertemu anakku, permisi’. Ayah, yang menjadi sosok hitam sejak awal konser dimulai, dihapuskannya hitam itu di atas panggung dengan iringan lagu ‘Mendarah’.
Penampilan dari Nadin Amizah dan Syarikat Idola Remaja membawakan ‘Sorak Sorai’ pun memecah hikmat para penonton yang diombang-ambing perasaannya selama konser berlangsung. Di akhir konser, pesawat terbang saling diterbangkan dari penonton dan dari panggung sebagai suatu pengharapan mimpi yang akan terbang tinggi di masa datang.
Selain menyajikan narasi dari memori masa kecil Nadin Amizah, ‘Konser Selamat Ulang Tahun’ juga menjadi penawar dalam penyajian format pengalaman konser yang berbeda. Dengan disajikannya ‘Konser Selamat Ulang Tahun’ di akhir tahun ini pula, besar harapan karya ini mampu terus menggerakan hati dan menjadi perpanjangan usia dari album perdana Nadin Amizah.