Indeks News — Dini hari yang hening Café Dukuh Indah yang berlokasi di Desa Namo Rube Julu, Kecamatan Kutalimbaru, mendadak pecah oleh derap langkah petugas. Selasa (12/8/2025) sekitar pukul 04.40 WIB, tim gabungan Direktorat Reserse Narkoba (Ditresnarkoba) Polda Sumut melakukan penggerebekan.
Di balik dentuman musik dan lampu warna-warni yang masih menyala di Cafe Dukuh Indah, aparat menemukan pemandangan mencengangkan. Sebanyak 35 orang langsung diamankan. Mereka terdiri dari 16 pengunjung—9 pria dan 7 wanita—serta 16 karyawan kafe, 12 pria dan 4 wanita. Tak berhenti di situ, ada pula 3 pengunjung lain yang kedapatan membawa pil ekstasi dan happy five.
Dari penggerebekan itu, polisi menyita barang bukti yang cukup banyak: 141 butir pil diduga ekstasi berbagai warna dan merek, 3 butir happy five, 24 unit ponsel, 4 mobil Avanza, serta 11 sepeda motor.
Hasil tes urine memperlihatkan fakta lebih memilukan. 27 orang positif mengandung metamfetamin dan amfetamin, sementara hanya 8 orang yang dinyatakan negatif. “Ini baru laporan awal. Proses penyelidikan dan pengembangan masih terus berlangsung,” tegas Direktur Ditresnarkoba Polda Sumut, Kombes Pol Jean Calvijn Simanjuntak, Jumat (15/8/2025).
Perobohan Cafe Dukuh Indah
Tak sampai sepekan setelah penggerebekan, nasib Cafe Dukuh Indah pun berakhir tragis. Pada Jumat (15/8/2025), tim gabungan Polisi, TNI, dan Satpol PP mengeksekusi keputusan pemerintah daerah: Cafe Dukuh Indah diratakan dengan tanah.
Alasan perobohan ini jelas. Selain terbukti menjadi tempat konsumsi narkoba, CDI juga diduga kuat sebagai lokasi transaksi barang haram tersebut. Gubernur Sumut, Bobby Nasution, menegaskan langkah itu diambil setelah bukti yang kuat terkumpul.
“Menurut laporan pihak Kepolisian, Cafe Dukuh Indah juga diduga kuat menjadi tempat transaksi narkoba. Oleh karena itu, Pemda dan Forkopimda sepakat untuk mengeksekusi tempat hiburan malam ini. Kami tidak mau bertindak tanpa dasar yang kuat,” ujarnya, Sabtu (16/8/2025).
Bobby mengungkapkan, CDI bukanlah tempat hiburan pertama yang dihancurkan. Sebelumnya, tim gabungan juga merobohkan Diskotek Marcopolo di Deli Serdang dan New Blue Star di Langkat.
Malam yang biasanya dipenuhi dentuman musik dan tawa pengunjung, kini berganti dengan suara berat alat berat yang menghancurkan bangunan. Sisa-sisa beton CDI menjadi saksi bisu bagaimana sebuah tempat hiburan malam yang sempat ramai, berubah jadi puing dalam hitungan jam.
Di balik setiap reruntuhan, ada kisah para pengunjung yang semula mencari hiburan, namun berakhir di ruang pemeriksaan dengan hasil tes urine positif narkoba. Ada pula karyawan yang harus ikut merasakan konsekuensi, meski hanya bekerja mencari nafkah.
Kasus ini menjadi potret kelam bagaimana narkoba terus menyusup ke ruang-ruang hiburan malam. Dan bagi aparat, penggerebekan sekaligus perobohan CDI adalah peringatan keras: setiap tempat yang menjadi sarang narkoba akan berakhir sama—dihancurkan.




