Indeks News – Kabupaten Sleman, Yogyakarta, digemparkan oleh peristiwa keracunan massal yang menimpa ratusan pelajar. Hingga Jumat malam (15/8/2025), Dinas Kesehatan Sleman mencatat 379 siswa mengalami gejala sakit usai menyantap menu program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Jumlah ini melonjak tajam dari data sebelumnya yang mencatat 212 siswa. Dari total 1.880 siswa penerima program, ratusan di antaranya merasakan gejala mual, pusing, hingga diare.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sleman, dr Khamidah Yuliati, menyebut mayoritas korban dapat ditangani di Puskesmas. Namun, ada yang membutuhkan perawatan lebih lanjut di rumah sakit.
- 19 siswa dirujuk dan rawat inap di RSUD Sleman
- 4 siswa dirujuk ke RSA UGM (3 rawat jalan, 1 rawat inap)
Seiring waktu, kondisi pasien mulai membaik. Pada Jumat (15/8), 18 pasien di RSUD Sleman sudah diperbolehkan pulang, menyisakan hanya 1 pasien yang masih opname. Pasien dari RSA UGM juga sudah dipulangkan.
“Kalau sudah diizinkan pulang oleh dokter berarti kondisinya membaik. InsyaAllah pulih sehat kembali,” ujar dr Khamidah, Sabtu (16/8/2025).
Keracunan massal ini berawal pada Rabu (13/8/2025) pagi. Sehari sebelumnya, para siswa dari SMP Muhammadiyah 1 Mlati, SMP Muhammadiyah 3 Mlati, SMP Pamungkas, dan SMP Negeri 3 Mlati menyantap menu MBG berupa rawon.
Tak lama setelahnya, ratusan siswa merasakan mual, pusing, hingga diare. Puskesmas Mlati 1 dan Mlati II menjadi tempat penanganan pertama sebelum beberapa siswa akhirnya dirujuk ke rumah sakit.
Pemerintah Menanggung Seluruh Biaya
Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, memastikan pemerintah memberikan perhatian penuh. Semua siswa yang terdampak mendapatkan perawatan medis terbaik, dengan biaya ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah melalui BPJS Kesehatan.
“Artinya masyarakat tidak dibebankan sedikit pun terkait biaya perawatan,” tegas Danang.
Kasus ini juga masuk ke ranah hukum. Polresta Sleman bergerak cepat dengan mengambil sampel makanan untuk diperiksa di Laboratorium Forensik Semarang. Polisi juga memeriksa dapur penyedia menu MBG.
Kapolresta Sleman, Kombes Pol Edy Setianto Erning Wibowo, mengatakan penyedia makanan bersikap kooperatif dalam proses penyelidikan.
Hingga kini, masyarakat masih menunggu hasil uji laboratorium untuk memastikan penyebab pasti keracunan. Peristiwa ini menjadi perhatian luas karena melibatkan ratusan siswa dan berkaitan dengan program pemerintah.
Di tengah kepanikan orang tua, kabar pulihnya sebagian besar siswa memberi sedikit kelegaan. Namun, kasus ini menyisakan pertanyaan besar: bagaimana makanan yang seharusnya menyehatkan justru berujung petaka?




