Indeks News – Suasana duka menyelimuti Kabupaten Yalimo, Papua Pegunungan. Dalam kerusuhan yang pecah sejak Selasa (16/9), seorang ayah bernama Nasir Daeng Mappa (44) bersama anaknya, Arsya Dafa (9), meregang nyawa secara tragis. Keduanya ditemukan tewas di dalam mobil yang dibakar massa.
“Korban sipil turut berjatuhan. Nasir Daeng Mappa dan anaknya, Arsya Dafa, meninggal dunia karena terbakar di dalam mobil,” ungkap Kepala Operasi Damai Cartenz, Brigjen Faizal Ramadhani, Kamis (18/9).
Tidak hanya Nasir dan Arsya, seorang anak lain bernama Atifa (10) juga menjadi korban. Lehernya terluka akibat sayatan benda tajam. Hingga kini, pihak berwenang belum dapat menjelaskan siapa pelaku penyayatan tersebut.
Tragedi juga menimpa seorang pelajar Papua, Sadrak Yohame. Ia meninggal dunia karena luka tembak. Namun, sama seperti kasus Atifa, belum ada kejelasan mengenai siapa yang melepaskan tembakan yang merenggut nyawa Sadrak.
Kerusuhan ini bermula dari sebuah peristiwa kecil di ruang kelas SMAN 1 Yalimo. Seorang siswa melontarkan ejekan bernuansa kebencian. Tak terima, sejumlah siswa lain memukulinya. Guru yang mencoba melerai pun ikut menjadi sasaran amarah.
Api amarah itu menyebar cepat. Dari dalam kelas, keributan melebar ke masyarakat sekitar. Massa terpancing dan menyerang hingga ke berbagai sudut Distrik Elelim. Situasi semakin tak terkendali.
Dalam sekejap, Yalimo berubah menjadi lautan api. Data sementara mencatat kerusuhan telah menyebabkan:
- 30 rumah-kios terbakar
- 6 rumah dinas musnah dilalap api
- 1 mes perwira Polres Yalimo terbakar
- 1 bangunan SMA dirusak
- 13 sepeda motor hangus terbakar
- 1 mobil Sat Reskrim Polres Yalimo rusak
- 18 warga mengalami luka-luka
- 5 personel TNI/Polri ikut terluka
Akibat ketakutan, sekitar 500 warga mengungsi ke Polres Yalimo demi mencari perlindungan.
Kematian Nasir Daeng Mappa dan putranya, Arsya, menorehkan luka mendalam bagi warga Yalimo. Bagaimana seorang ayah harus menemani anaknya di detik terakhir, terkunci dalam mobil yang terbakar, menjadi gambaran getir yang sulit terbayangkan.
Kerusuhan yang bermula dari sebuah ejekan kecil kini berakhir dengan kehilangan besar: nyawa, harta, dan rasa aman yang hancur seketika. Yalimo pun kini masih berjuang memulihkan diri dari luka yang belum kering.




