Indeks News – Suasana duka menyelimuti Desa Cinta Rakyat, Kabupaten Deli Serdang. Harapan seorang ayah untuk keluar dari kesulitan hidup justru berakhir dengan maut. Kwek Tjue (67), seorang warga yang tengah terlilit masalah ekonomi, tewas di tangan orang yang selama ini dikenalnya, Alfian (57), seorang dukun yang menawarkan jalan pintas lewat ritual penggandaan uang.
Kisah ini bermula pada Sabtu, 16 Agustus 2025. Menjelang malam, sekitar pukul 18.45 WIB, Kwek mendatangi rumah Alfian dengan menumpangi sepeda motor. Di boncengannya, ada sang anak perempuan yang setia menemaninya. Kwek Tjue datang dengan satu harapan: uangnya bisa berlipat ganda lewat ritual yang dijanjikan Alfian.
Namun, harapan itu berubah menjadi mimpi buruk.
Kwek Tjue Diminta Bawa Uang Rp 100 Juta
Kepala Polsek Medan Tembung, AKP Ras Maju, mengungkapkan bahwa Alfian awalnya meminta Kwek membawa uang Rp100 juta untuk digandakan. Jumlah itu kemudian “diturunkan” menjadi Rp20 juta, hingga akhirnya Kwek hanya mampu membawa Rp1,1 juta.
“Emosi gara-gara tak cocok uangnya,” ujar Alfian di hadapan polisi saat pemeriksaan pada Senin (25/8/2025).
Alfian sendiri mengakui bahwa dirinya sebenarnya tidak memiliki kemampuan menggandakan uang. Semua hanyalah kebohongan. “Bohong-bohong saja, Pak. Saya perlu uang itu untuk kebutuhan sehari-hari,” katanya lirih.
Ritual Palsu, Pembunuhan Nyata
Malam itu, Kwek diarahkan Alfian untuk mandi sebagai bagian dari ritual. Anak perempuannya ditinggal di rumah sang dukun, sementara ia dibawa pergi dengan sepeda motor.
Di perjalanan menuju Desa Tanjung Rejo, keduanya sempat membeli kelapa muda. Alfian meminta Kwek meminum air kelapa itu sebagai syarat ritual. Setibanya di lokasi, korban diminta duduk bersila, membakar dupa, dan membelakangi Alfian.
Dalam sekejap, suasana hening berubah mencekam. Dengan kejam, Alfian membacok leher Kwek hingga tewas di tempat. Jenazah Kwek dibiarkan tergeletak, seolah nyawanya tak lagi bernilai.
Tragedi tak berhenti di sana. Setelah membunuh Kwek, Alfian kembali ke rumah sendirian dengan membawa sepeda motor korban. Sang anak perempuan yang menunggu di rumah mulai cemas, berulang kali menanyakan keberadaan ayahnya.
Namun, jawaban Alfian penuh tipu daya. Ia mengatakan Kwek sedang membeli makanan. Lebih dari itu, Alfian bahkan berniat mengulangi aksinya pada anak korban dengan modus ritual serupa.
Beruntung, keberanian sang anak menyelamatkan nyawanya. Saat hendak diserang, ia melawan. Ia menendang kemaluan Alfian hingga pelaku pingsan. Dalam kesempatan itu, ia berlari menyelamatkan diri dan melapor kepada kepala dusun.
Meski sempat mengalami luka di wajah dan tubuh akibat dipukuli, dicekik, dan diinjak oleh Alfian, keberanian gadis itu menjadi kunci terungkapnya kasus ini.
Polisi Menangkap Sang Dukun
Setelah menerima laporan, polisi bergerak cepat. Jenazah Kwek ditemukan pada Sabtu (23/8/2025). Di hari yang sama, sekitar pukul 15.00 WIB, Alfian berhasil ditangkap di Desa Saentis.
Kini, dukun palsu itu mendekam di sel tahanan Polsek Medan Tembung. Proses hukum menantinya, sementara keluarga korban harus menanggung duka mendalam.
Kematian Kwek Tjue menjadi pelajaran pahit tentang bahaya mempercayai praktik-praktik dukun yang menjanjikan jalan pintas. Alih-alih mendapatkan solusi, nyawa justru melayang.
Kasus ini juga menyentuh sisi kemanusiaan: seorang anak yang menyaksikan langsung penipuan, kehilangan, sekaligus percobaan pembunuhan terhadap dirinya sendiri. Trauma itu mungkin akan membekas sepanjang hidupnya.




