Indeks News – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memicu gelombang kecaman internasional setelah menyatakan dirinya “sangat terhubung” dengan visi Israel Raya yang mencakup wilayah Palestina, sebagian Suriah, Mesir, dan Yordania.
Pernyataan itu diungkapkan Netanyahu dalam wawancara eksklusif dengan i24 News, Selasa (12/8/2025), saat diperlihatkan sebuah amulet bergambar peta “Tanah Perjanjian” oleh pewawancara Sharon Gal. Tanpa ragu, Netanyahu menegaskan dukungannya terhadap konsep ekspansi tersebut.
Konsep Israel Raya secara historis merujuk pada wilayah yang meliputi Israel saat ini, Tepi Barat, Yerusalem Timur, Gaza, Dataran Tinggi Golan, Semenanjung Sinai, hingga sebagian Yordania. Pandangan ini kerap dikaitkan dengan agenda ekspansionis yang memicu kekhawatiran di kawasan.
Kecaman dari Palestina dan Dunia Arab
Gerakan Mujahidin Palestina menilai pernyataan Netanyahu sebagai ancaman langsung bagi negara-negara Arab.
“Mesir, Suriah, Yordania, dan Lebanon adalah target jelas dari niat agresif Zionis,” ujar kelompok itu melalui pernyataan di Telegram. Mereka menyerukan respons tegas negara-negara Arab untuk menghentikan rencana yang disebut “kriminal” tersebut.
Pemerintah Arab Saudi turut mengecam langkah Israel memperluas operasi militernya di Jalur Gaza yang dinilai sebagai bentuk pembersihan etnis. Dalam pernyataan resmi, kabinet Saudi mengkritik komunitas internasional, khususnya Dewan Keamanan PBB, yang dianggap gagal menghentikan pelanggaran Israel.
“Keputusan ini mengancam perdamaian regional dan global serta membuka jalan bagi genosida dan pengungsian paksa,” tegasnya.
Rencana Rebut Kota Gaza Dikecam Dunia
Pekan lalu, Israel mengumumkan rencana merebut Kota Gaza, meski mendapat penolakan luas, termasuk dari negara-negara Arab dan Islam. Netanyahu menyatakan bahwa sekitar 70–75 persen wilayah Gaza kini berada di bawah kendali militer Israel, namun Kota Gaza dan Al Mawasi masih menjadi “benteng terakhir” Hamas.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menjadi salah satu pemimpin dunia yang paling vokal menentang langkah tersebut.
“Ini adalah bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya dan langkah menuju perang permanen,” kata Macron, Senin (11/8/2025). Ia menegaskan pentingnya gencatan senjata permanen dan pembentukan misi stabilisasi PBB di Jalur Gaza.
Macron menyatakan telah menginstruksikan timnya untuk segera berkoordinasi dengan mitra internasional guna mendorong Dewan Keamanan memberikan mandat pada misi tersebut.




