Indeks News – Kebakaran hebat mengguncang Kota Payakumbuh pada Selasa (26/08/2025) dini hari. Tepat pukul 05.00 WIB, listrik mendadak padam total. Suasana pagi yang biasanya tenang, berubah mencekam. Gelap gulita Kota Randang seketika diterangi cahaya api yang berkobar dari Pasar Bertingkat Blok Barat.
Api membakar deretan toko tekstil yang dipenuhi bahan mudah terbakar. Dalam hitungan menit, kobaran api membesar, melahap bangunan demi bangunan. Langit Kota Payakumbuh yang masih gelap berubah menjadi kuning kemerahan, seolah menandakan duka besar bagi warga.
Jagat maya warga Kota Randang pun langsung diramaikan kabar kebakaran ini. Foto dan video beredar luas, memperlihatkan api yang mengganas di pusat ekonomi kota. Banyak warga berbondong-bondong mendatangi lokasi, sebagian ingin melihat langsung, sebagian lagi diliputi rasa khawatir. Namun kerumunan warga justru membuat jalanan macet, menghambat laju mobil pemadam kebakaran.
Puluhan petugas damkar dari Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota bergegas berjibaku melawan si jago merah. Mereka berusaha melokalisir api agar tidak menjalar ke blok timur pasar yang dibatasi kanopi terkenal itu. Bahkan, mobil damkar dari Bukittinggi turut datang memberikan bantuan.
Di tengah kobaran api yang sulit dikendalikan, petugas kepolisian berupaya mengurai kemacetan. Mereka membuka jalan agar damkar bisa bergerak cepat. Wajah-wajah tegang petugas terlihat jelas, berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan ratusan petak toko dari amukan api.
Lebih dari satu jam api masih berkobar. Namun, berkat kerja keras tim gabungan, api akhirnya bisa dilokalisir. Angin yang tidak bertiup kencang menjadi penyelamat, sehingga api tidak cepat merambat ke deretan toko lain. Meski begitu, kerugian diperkirakan sangat besar karena ratusan toko sudah hangus terbakar.
Hingga berita ini diturunkan, sumber api belum diketahui. Namun bagi warga Payakumbuh, peristiwa ini akan menjadi hari yang sulit dilupakan. Pagi yang seharusnya dimulai dengan aktivitas pasar, justru berubah menjadi kepanikan, tangisan, dan keharuan melihat pusat ekonomi kota mereka dilalap si jago merah.




