Indeks News – Langkah Presiden Prabowo Subianto menurunkan status Kementerian BUMN menjadi badan di bawah BPI Danantara menandai pergeseran besar dalam tata kelola aset negara.
Selama dua dekade terakhir, Kementerian BUMN menjadi motor pengendali ratusan perusahaan pelat merah dengan total nilai aset ribuan triliun rupiah.
Dengan perubahan ini, kontrol politik berkurang karena badan biasanya lebih teknokratis dan birokratis dibanding kementerian. Namun, di sisi lain, posisi strategis yang dulu bisa menjadi panggung politik bagi menteri BUMN kini hilang.
Perpindahan Erick Thohir ke kursi Menpora dipandang sebagai penurunan pengaruh politiknya. Dari pengelolaan portofolio raksasa BUMN, ia kini memimpin kementerian dengan lingkup terbatas pada kepemudaan dan olahraga.
Sementara itu, BPI Danantara berpotensi menjadi pusat kendali investasi negara, mirip model “sovereign wealth fund” di sejumlah negara. Pertanyaannya, sejauh mana lembaga baru ini akan akuntabel, mengingat pengelolaan investasi publik sangat rawan dengan isu transparansi.
Masuknya revisi UU BUMN ke Prolegnas Prioritas 2026 memperlihatkan dukungan politik besar di Senayan untuk restrukturisasi kelembagaan ini.
Namun, dinamika pembahasan di DPR bakal menentukan apakah transformasi ini benar-benar memperkuat daya saing BUMN, atau justru mengurangi pengawasan publik.
Dampak Ekonomi dan Politik dari Transformasi Kementerian BUMN
1. Pasar Modal dan Investor Investor dalam negeri maupun asing akan mencermati perubahan tata kelola BUMN ini. Hilangnya kementerian dapat dipandang sebagai upaya mengurangi intervensi politik, sehingga pengelolaan lebih profesional. Namun, ada risiko ketidakpastian regulasi dalam masa transisi, terutama terkait aturan investasi, dividen, dan restrukturisasi BUMN.
2. Efisiensi dan Transparansi BUMN Dengan dikendalikan oleh BPI Danantara, diharapkan manajemen BUMN lebih ramping dan berorientasi investasi. Tapi, badan baru ini juga bisa menimbulkan kekhawatiran soal akuntabilitas karena tidak langsung berada di bawah pengawasan politik DPR melalui seorang menteri.
3. Politik Erick Thohir Erick kehilangan panggung ekonomi strategis. Posisinya di Menpora, walaupun penting dalam diplomasi olahraga dan bonus politik di kalangan pemuda, tetap lebih sempit dari kementerian ekonomi. Hal ini bisa dibaca sebagai langkah Presiden Prabowo untuk mengurangi pengaruh Erick dalam lingkaran ekonomi.
4. Relasi Eksekutif-Legislatif DPR sudah memasukkan revisi UU BUMN ke Prolegnas Prioritas 2026. Artinya, ada konsensus politik untuk mendukung transformasi ini. Namun, tarik-menarik kepentingan fraksi kemungkinan akan muncul, terutama terkait siapa yang akan lebih dominan mengontrol BPI Danantara.
5. Citra Pemerintahan Prabowo Secara politik, langkah ini menegaskan bahwa Presiden Prabowo ingin menampilkan diri sebagai pemimpin yang menertibkan birokrasi dan mendorong efisiensi.
Namun, keberhasilan langkah ini baru bisa diukur jika BUMN benar-benar lebih kompetitif dan tidak sekadar berganti nama kelembagaan.




