spot_img
spot_img

Garuda Indonesia Masih Berdarah: Rugi Rp 2,3 Triliun Pendapatan Turun dan Liabilitas Membengkak

Indek News, Jakarta – PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) kembali mencatatkan kerugian besar. Maskapai pelat merah ini membukukan rugi bersih sebesar US$ 142,8 juta atau setara Rp 2,3 triliun (kurs Rp 16.646 per dolar AS) sepanjang semester I-2025.

Angka tersebut lebih besar dibandingkan kerugian pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 1,6 triliun.

Pendapatan Turun, Liabilitas Tinggi,Berdasarkan laporan keuangan Garuda Indonesia (kode emiten: GIAA) di Bursa Efek Indonesia, Selasa (23/9/2025), pendapatan perseroan juga menurun dari Rp 26,6 triliun menjadi Rp 24,9 triliun pada Januari–Juni 2025.

Pendapatan tersebut ditopang oleh penerbangan berjadwal sebesar Rp 19,9 triliun, penerbangan tidak berjadwal Rp 3,4 triliun, dan pendapatan lain-lain Rp 2,6 triliun.

Garuda mencatatkan total liabilitas mencapai Rp 133,2 triliun, dengan ekuitas hanya Rp 23,3 miliar. Adapun total aset per 30 Juni 2025 sebesar Rp 108,2 triliun, turun dari Rp 109,9 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Di tengah tekanan kinerja, Garuda tetap menjalankan rencana ekspansi armada. Direktur Niaga Garuda Indonesia, Reza, menyatakan tahun ini ditargetkan penambahan tujuh pesawat baru.
“Ini merupakan penambahan pesawat terbanyak Garuda Indonesia pascapandemi,” ujarnya dalam rapat dengan Komisi VI DPR, Senin (22/9/2025).

Hingga September, Garuda telah menambah lima pesawat baru sehingga total armadanya kini mencapai 78 unit. Langkah ini menjadi bagian dari fokus strategis pemulihan kinerja pascapandemi Covid-19.

Pandemi Covid-19 meninggalkan dampak besar bagi industri penerbangan, termasuk Garuda. Pada 2021, seat load factor maskapai anjlok menjadi 31 persen, jauh lebih rendah dibanding 74 persen pada 2019.

Selain itu, keterbatasan rantai pasok suku cadang membuat banyak armada terpaksa berhenti beroperasi (grounded).

Saat ini, Garuda Indonesia menjalankan program pemulihan dengan tiga pilar utama: Evaluasi finansial dan komersial, melalui efisiensi biaya dan penerapan cost leadership untuk mendorong ekuitas positif.

Akselerasi pasca-PKPU, dengan transformasi menyeluruh guna memperbaiki kinerja keuangan dan operasional.

Ekspansi jaringan, mencakup penambahan dan perbaikan armada, memperluas kerja sama internasional, serta memperkuat ekosistem penerbangan melalui sinergi dengan Citilink, GMF Aero Asia, dan Injourney Group.

GoogleNews

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses