Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, Sumatera Barat mencatat sekitar 15 ton ikan jenis nila di Danau Maninjau mati massal akibat angin kencang melanda daerah itu beberapa hari lalu.
“Ini data yang kita peroleh dari petani keramba jaring apung di danau vulkanik itu,” kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto, didampingi Penyuluh Perikanan Asrul di Lubuk Basung, Rabu (3/2/2021).
“Ikan nila siap panen itu mati massal semenjak Selasa (2/2) pagi,” kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto.
Ia mengatakan 15 ton ikan itu tersebar di Nagari Bayua sebanyak 5 ton dan Nagari Koto Malintang 10 ton.
Ikan itu berasal dari puluhan keramba jaring apung milik puluhan petani.
“Setiap keramba jaring apung dengan jumlah kematian sekitar 100-200 kilogram dan kita sedang melakukan pendataan pemilik keramba jaring apung itu,” katanya.
Dengan kondisi itu, ikan menjadi pusing dan mengapung ke permukaan danau vulkanik itu setelah oksigen berkurang di dasar danau.
Setelah itu ikan mati massal dan bangkai ikan mengapung di dalam keramba jaring apung.
“Total kerugian petani akibat kematian itu sekitar Rp 300 juta dan kematian terjadi semenjak Selasa (2/2) sekitar 1 ton,” katanya.
Ermanto mengimbau nelayan untuk memanen ikan dan dipindahkan ke kolam air deras dalam mengantisipasi kerugian cukup besar.
Ini mengingat bahwa potensi kematian ikan itu masih besar, mengingat angin masih kencang melanda daerah itu.
Sementara Wali Nagari Koto Malintang, Naziruddin, menambahkan, kematian ikan 15 ton itu tersebar di tiap jorong.
Namun yang terbanyak di Talao, Jorong Rambai. “Bangkai ikan itu telah dikumpulkan petani ke dalam goni yang ditaruh di dalam keramba jaring apung,” katanya. (Kay)