Indeks news – Nama Dwi Hartono pernah harum sebagai sosok inspiratif. Seorang pemuda asal Lahat, Sumatera Selatan, yang lahir pada 6 Oktober 1985 ini dikenal luas sebagai Youtuber sekaligus pengusaha muda dengan segudang bisnis.
Namun, pada Agustus 2025, publik dikejutkan dengan kabar mengejutkan: Dwi ditangkap polisi karena diduga menjadi salah satu otak pembunuhan Kepala Cabang BRI Cempaka Putih, Muhammad Ilham Pradipta.
Awal Perjalanan Dwi Hartono dari Warnet ke Miliaran Rupiah
Sejak duduk di bangku kuliah pada 2006, Dwi sudah berani memulai usaha kecil-kecilan. Ia membuka warung internet, persewaan PS2, hingga warteg. Usahanya sempat bangkrut pada 2012, membuatnya terlilit utang hingga miliaran rupiah.
Namun, satu tahun kemudian, ia bangkit. Lewat kreativitas, Dwi menemukan jalan bisnis tanpa modal yang menghasilkan keuntungan fantastis: lebih dari Rp2 miliar.
Pada 2014, ia membeli properti senilai Rp5 miliar di usia 29 tahun. Sejak saat itu, bisnisnya terus merambah ke berbagai sektor: investasi, properti, perkebunan, kosmetik, e-commerce, hingga trading.
Sosok Dermawan: Beasiswa dan Bantuan Sosial
Meski sibuk membangun kerajaan bisnisnya, Dwi dikenal tidak melupakan kampung halaman. Pada 2015, ia mendirikan yayasan pendidikan, kesehatan, dan UMKM. Sejak 2016, ia rutin memberikan bantuan untuk desa Rimbo Bujang, termasuk mobil ambulans dan beasiswa pendidikan.
Namanya kian dikenal setelah memberikan dukungan kepada korban kasus perundungan di Cilacap. Ia menjanjikan beasiswa penuh hingga jenjang S2, meliputi biaya pendidikan dan kebutuhan hidup.
Aksinya mendapat dukungan dari pengacara Hotman Paris yang menilai langkah Dwi sebagai wujud nyata kepedulian terhadap pendidikan anak bangsa.
Hidup Mewah: Helikopter dan Rumah Megah
Kesuksesan Dwi membuatnya hidup mewah. Pada 2021, ia mengumumkan rencana membeli satu unit helikopter untuk mendukung aktivitas bisnis. Dalam salah satu video YouTube Roy Situmorang, terlihat Dwi bersama istrinya melakukan uji coba penerbangan helikopter tersebut.
Di Bogor, ia memiliki rumah mewah di Kompleks Kota Wisata, Gunung Putri. Rumah bernomor 8 menjadi tempat tinggalnya, sementara rumah nomor 9 dijadikan kantor bisnis dengan plang bertuliskan PT Guruku.
Titik Balik Kelam: Ditangkap Polisi
Namun, perjalanan gemilang itu runtuh pada 23 Agustus 2025. Dwi Hartono bersama tiga rekannya berinisial YJ dan AA ditangkap polisi di Solo, Jawa Tengah. Seorang pelaku lain, berinisial C, diamankan di Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara.
Kasus ini terkait penculikan dan pembunuhan Kepala Cabang BRI Cempaka Putih, Muhammad Ilham Pradipta. Korban diculik di parkiran kantor pusat PT Lotte Mart, Ciracas, Jakarta Timur, pada 20 Agustus 2025. Esoknya, ia ditemukan tewas dengan tangan dan kaki terikat serta mata dilakban.
Sebelumnya, polisi juga menangkap empat pria lain yang menjadi eksekutor lapangan. Mereka ditangkap di Johar Baru, Jakarta Pusat, dan di NTT ketika hendak melarikan diri.
Kini, rumah megah Dwi di Bogor tampak kosong. Wartawan yang datang hanya mendapati alas kaki di depan pintu tanpa ada penghuni. Seorang petugas keamanan kompleks mengaku rumah itu sudah lama tak ditempati.
Bagi banyak orang, kabar penangkapan Dwi Hartono terasa seperti mimpi buruk. Sosok yang dulu dielu-elukan karena kerja keras, semangat pantang menyerah, hingga kemurahan hati dalam pendidikan, kini harus berhadapan dengan tuduhan berat sebagai otak pembunuhan.
Teman dekatnya, Dwi Tanto, bahkan masih tak percaya. Ia terakhir bertemu Dwi beberapa hari sebelum penangkapan di kawasan BSD, Tangerang. “Saya kaget, makanya ingin memastikan sendiri,” ujarnya.
Kini, publik bertanya-tanya: bagaimana mungkin seorang pengusaha yang pernah menjadi teladan dalam kerja keras, kepedulian sosial, dan keberanian merantau, bisa terseret dalam kasus kriminal sebesar ini?
Jawabannya masih menunggu proses hukum. Namun, kisah Dwi Hartono menjadi cerminan nyata: perjalanan hidup bisa berubah drastis, dari puncak kesuksesan menuju jurang kegelapan hanya dalam sekejap.




