Indeks News – Warga Gaza menghadapi penderitaan yang semakin berat akibat konflik bersenjata yang berkepanjangan, blokade yang membatasi akses kebutuhan dasar, dan krisis kemanusiaan yang belum menemukan ujungnya. Dalam kondisi yang begitu ekstrem, banyak warga menyatakan bahwa mereka “lebih memilih kematian daripada terus hidup dalam penderitaan.”
Sejak eskalasi konflik terbaru, serangan udara dan darat terus menghantam wilayah padat penduduk. Rumah-rumah, sekolah, dan rumah sakit banyak yang hancur. Infrastruktur vital seperti listrik, air bersih, dan fasilitas kesehatan mengalami kerusakan parah, membuat warga sulit menjalani kehidupan sehari-hari.
Menurut laporan lembaga kemanusiaan, rumah sakit kehabisan obat-obatan, oksigen, dan peralatan medis. Pasien dengan penyakit kronis atau cedera perang kerap tidak mendapatkan perawatan memadai. Beberapa rumah sakit bahkan harus menggunakan alat-alat darurat atau improvisasi akibat kekurangan perlengkapan.
Warga Gaza krisis pangan dan air bersih semakin memperparah keadaan. Banyak keluarga hanya dapat makan sekali sehari, sementara akses ke air bersih terbatas. Blokade yang membatasi masuknya bantuan kemanusiaan membuat penderitaan warga Gaza semakin panjang dan menekan.
Kesaksian dari Lapangan
Kesaksian warga menggambarkan penderitaan yang nyata. Seorang ibu yang anaknya menderita asma berat menyebutkan bahwa melihat anaknya kesakitan tanpa obat membuatnya merasa “lebih baik mati daripada terus melihat anak menderita.”
Seorang ayah lainnya menceritakan bagaimana keluarganya kehilangan rumah akibat serangan udara mendadak. Mereka terpaksa mengungsi ke kamp sementara yang padat, dengan risiko serangan selanjutnya selalu mengintai.
“Setiap hari adalah ujian bertahan hidup. Kami tidak tahu besok akan ada atau tidak,” ujarnya.
Di tengah kondisi tersebut, trauma psikologis melanda hampir seluruh penduduk. Anak-anak tumbuh dengan suara ledakan dan kehancuran, sementara orang dewasa menghadapi tekanan mental akibat kehilangan anggota keluarga dan rumah. Banyak warga mengalami depresi, kecemasan, hingga gangguan mental akibat ketidakpastian hidup sehari-hari.
Tanggung Jawab Internasional
Pakar kemanusiaan menekankan pentingnya akses bantuan yang tak terbatas dan perlindungan terhadap fasilitas sipil.
“Setiap hari tanpa bantuan adalah penderitaan yang tak perlu. Dunia harus segera bergerak untuk memastikan warga Gaza bisa hidup dengan aman,” kata seorang perwakilan lembaga internasional.
Selain itu, gencatan senjata sementara dianggap penting agar bantuan kemanusiaan dapat bergerak dengan aman, mengurangi penderitaan warga sipil yang menjadi korban konflik. Upaya rekonstruksi rumah sakit, sekolah, dan fasilitas publik menjadi langkah jangka panjang yang harus segera dijalankan.
Harapan di Tengah Krisis
Meski berada di tengah penderitaan yang panjang, warga Gaza masih berharap akan adanya perubahan. Solidaritas internasional, bantuan kemanusiaan, dan tekanan diplomatik terhadap pihak-pihak yang terlibat konflik menjadi harapan agar kehidupan kembali normal.
Namun, kenyataan pahit tetap ada bagi banyak warga, hidup saat ini adalah penderitaan tanpa henti. Dalam kondisi ekstrem, keinginan untuk “berhenti menderita” menjadi gambaran nyata betapa parahnya krisis kemanusiaan di Gaza.




