Pengaruh Jokowi tengah diperebutkan dua kubu pada Pilpres 2024 mendatang. Berbagai manuver pun dilakukan seolah endorse yang diberikan Presiden Joko Widodo merupakan penentu bagi kemenangan salah satu kontestan.
Meski pun bukan ketua umum partai politik, namun pengaruh Jokowi sebagai kepala negara membuat banyak partai politik atau politikus ingin memanfaatkannya demi keuntungan pribadi. Bahkan, dua kubu kini mulai saling sikut demi mengambil simpati Jokowi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memang kader PDI Perjuangan (PDIP), namun dia tak punya peran formal dalam manuver politik di Indonesia jelang Pilpres 2024.
Meski begitu, Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan, menjelaskan bahwa Jokowi masih memiliki 3 kekuatan politik lainnya.
“Sampai saat ini, Jokowi minimal punya 3 kekuatan politik. Pertama, meski sudah akan berakhir masa jabatannya, Jokowi memiliki tingkat kepuasan publik yang cukup tinggi,” ujarnya, dikutip Minggu (20/8/2023).
Kedua, jelas Djayadi, sebagai presiden dalam sistem pemerintahan presidensial, Jokowi memegang peranan penting sebagai pengendali kebijakan. Dengan begitu, keputusannya pasti akan berpengaruh bagi capres yang kini menjabat sebagai gubernur atau menteri.
“Ketiga, presiden punya kekuatan dalam artian sampai sekarang masih memelihara hubungan organik dengan pemilihnya, baik dengan relawan maupun terjun langsung blusukan ke masyarakat,” tegasnya.
Dengan begitu, Jokowi dinilai paham bahwa dirinya pasti akan dimanfaatkan oleh orang di sekitarnya terutama jelang Pilpres 2024. Meski begitu, Djayadi menegaskan bahwa Jokowi tidak ingin kekuatannya disalahartikan.
Penjelasan itu Djayadi sampaikan saat membahas pidato Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR, DPR, DPD pada Rabu, 16 Agustus 2023, lalu. Saat itu, Jokowi dengan tegas membantah sebutan “Pak Lurah” yang diarahkan kepada dirinya.
“Sedang tren ini di kalangan politisi dan parpol, setiap ditanya capres dan cawapresnya jawabannya ‘belum ada arahan Pak Lurah’. Saya sempat mikir, siapa ini Pak Lurah. Sedikit-sedikit kok Pak Lurah, belakangan saya tahu, yang dimaksud Pak Lurah ternyata saya. Ya saya jawab saja, saya bukan Lurah, saya adalah Presiden Republik Indonesia,” ujar Jokowi.