Peneliti di Populi Center, Rafif Pamenang Imawan, mengungkapkan, ada lima faktor yang perlu diperhatikan oleh para caleg dengan modal cekak jika ingin terpilih. Pertama, kekuatan dukungan dari partai atau tokoh yang punya pengaruh kuat di dapilnya.
Dilansir kompas.id, sering kali, tokoh yang punya pengaruh kuat tersebut juga akan berkompetisi di pemilihan kepala daerah. Untuk itu, para caleg bisa ”membonceng” popularitas tokoh tersebut.
Kedua, memperbanyak sosialisasi melalui media sosial sekaligus interaksi langsung. Sosialisasi di media sosial penting mengingat pemilih terbesar di Pemilu 2024 berasal dari kalangan milenial dan generasi Z (kelahiran 1997-2012).
Sementara itu, interaksi langsung diperlukan untuk mendekati pemilih dari kalangan baby boomers.
”Jadi, caleg harus inovatif mendekati dengan dua cara yang berbeda, memanfaatkan medsos dan berinteraksi langsung untuk dua segmen yang berbeda. Kedekatan langsung dengan pemilih, hingga akhirnya pemilih mulai mengenal, itu penting,” ujar Rafif.
Faktor ketiga adalah modal sosial yang kuat. Salah satu caranya adalah caleg harus rajin membangun komunikasi dengan warga di dapilnya. Ini menjadi hal yang esensial karena akan membuka peluang bagi caleg modal cekak dan jejaring terbatas untuk memiliki mesin politik yang akan membantu menaikkan popularitas sekaligus elektabilitas.
”Sebab, bagaimana pun juga, kalau kita bicara soal politik, kita tidak bisa bicara satu individu saja. Ada mesin politik di situ. Masalahnya, mesinnya apakah dalam bentuk struktural formal partai, atau dalam bentuk relawan-relawan, atau modal-modal sosial yang dia bisa merangkai kelompok-kelompok strategis yang selama ini terpinggirkan. Semua sama kuatnya, tinggal bagaimana menjaga dan mengembangkannya,” kata Rafif.
Kemudian faktor keempat adalah sensitivitas terhadap isu. Setidaknya caleg mesti punya sensitivitas terhadap isu tertentu, entah mengenai pertanian, buruh, dan lain-lain. Menjadi lebih baik apabila isu yang dibawa tersebut sejalan dengan narasi besar partainya.
Faktor terakhir yang juga penting adalah pilihan partai. Caleg harus mampu melihat sejauh mana kekuatan partai di dapil tersebut. Biasanya, suatu dapil sudah menjadi ”kandang” dari partai tertentu dan karakteristik pemilih sudah terbentuk. Jika salah memilih partai, akan lebih sulit untuk mendapatkan satu kursi parlemen.
Rafif kembali menegaskan, lima faktor itu harus diperhatikan betul oleh para caleg. Sebab, saat ini, pemilu masih menggunakan sistem proporsional terbuka yang perolehan kursinya dihitung berdasarkan raihan suara terbanyak.