AstraZeneca Indonesia bekerjasama dengan Cancer Information and Support Center (CISC) dan Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) menegaskan kembali komitmennya.
Komitmen yang dilakukan oleh AstraZeneca Indonesia yaitu untuk membantu pasien dan wanita Indonesia dalam meningkatkan kesadaran untuk menghadapi kanker ovarium.
Dalam webinar edukasi kesehatan yang Digelar AstraZeneca Indonesia dilaksanakan kamis,13 januari 2021, disampaikan bahwa “Kampanye 10 Jari” yang diluncurkan pada Mei 2021 akan terus mengedukasi dan membantu lebih banyak masyarakat Indonesia dalam mengenali risiko dan gejala kanker ovarium.
Menurut Rizman Abudaeri, Direktur AstraZeneca Indonesia mengatakan Diagnosis sedini mungkin dan melakukan pengobatan yang tepat merupakan faktor penting dalam pengobatan kanker ovarium.
“Untuk itu, kami bekerja sama dengan CISC dan HOGI dalam upaya untuk membantu para pasien mendapatkan informasi mengenai diagnosis dini dan langkah-langkah dalam menghadapi kanker ovarium secara tepat. Kami berkomitmen untuk terus memberikan akses terhadap obat-obatan inovatif untuk kualitas hidup yang lebih baik bagi para pasien termasuk perawatan kanker ovarium di Indonesia.”kata Rizman
Tahun 2022, Shahnaz Haque, seorang selebriti dan penyintas kanker ovarium, diresmikan sebagai Duta Peduli Kanker Ovarium.
Berdasarkan data terakhir dari Global Burden of Cancer Study (Globocan), pada tahun 2020 Indonesia mencatat 14.896 kasus baru kanker ovarium. Hal tersebut membuat kanker ovarium menempati urutan lima teratas dari kanker yang khusus terjadi pada perempuan. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa satu dari 78 wanita berisiko menderita kanker ovarium dalam hidup mereka.
“Kanker ovarium merupakan salah satu kanker yang dikenal sebagai silent killer bagi kaum perempuan karena penyakit tersebut tidak menunjukkan gejala apapun di stadium awal.(3) Hanya 20% dari kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal. Jika ditemukan lebih dini, 94% pasien dapat hidup lebih dari 5 tahun setelah didiagnosis.(4) Untuk itu, penting bagi perempuan di Indonesia untuk mengetahui faktor risiko dan gejala kanker tersebut.”ujar Dr. dr. Brahmana Askandar, SpOG(K), K-Onk selaku Ketua HOGI.
Tak hanya itu, saya juga mengimbau para pasien yang telah terdiagnosis dengan kanker ovarium untuk tetap mengontrol kondisi mereka dengan menemui dokter secara rutin dan menemukan terapi yang tepat untuk menghadapi penyakit tersebut agar kualitas hidup mereka semakin baik.”tambahnya.
Shahnaz Haque menggambarkan perjalanannya sebagai survivor kanker ovarium dan berbicara tentang motivasinya untuk menjadi Duta Peduli Kanker Ovarium khususnya pada Kampanye 10 Jari ini.
“Sebagai penyintas kanker ovarium, saya menekankan pentingnya mengidentifikasi gejala awal kanker. Maka dari itu, saya sangat bersemangat dalam membagikan pengalaman saya pada masyarakat. Fokus saya saat ini ingin memperkenalkan enam faktor risiko dan empat tanda kanker ovarium, dan menginformasikan berbagai langkah-langkah yang tepat untuk dilakukan pasien yang terdiagnosis. Selain itu, saya juga mengimbau agar keluarga maupun masyarakat turut memberikan dukungan pada pasien secara berkelanjutan untuk melawan kanker ovarium dan bergabung dengan komunitas untuk menemukan pengobatan yang tepat,” ujar Shahnaz.
Angka “10” yang tercantum dalam “Kampanye 10 Jari” merupakan salah satu cara untuk mengedukasi masyarakat tentang enam faktor risiko dan empat tanda kanker ovarium.
Yang termasuk ke dalam enam faktor risiko tersebut adalah: (1) memiliki riwayat kista endometrium; (2) memiliki riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan/atau kanker payudara; (3) mutasi genetik (misalnya BRCA); (4) paritas rendah; (5) gaya hidup yang buruk; (6) dan pertambahan usia. Sedangkan empat tanda kanker ovarium adalah: (1) kembung; (2) nafsu makan berkurang; (3) sering buang air kecil; (4) dan nyeri panggul atau perut.
Setelah pasien didiagnosis menderita kanker ovarium, sangat penting bagi mereka untuk berkonsultasi dengan ahli medis dan menjalani terapi yang tepat.
Selain dukungan dari aspek medis, pasien kanker juga membutuhkan dukungan emosional dan mental dari orang-orang di sekitar mereka untuk memenangkan pertempuran melawan kanker.
“Kampanye 10 Jari” menganjurkan pentingnya kelompok pasien sebagai support system bagi para penyintas. Sebagai bagian dari perannya sebagai duta kampanye, Shahnaz Haque juga mengajak perempuan yang didiagnosis menderita kanker ovarium untuk menjangkau kelompok atau komunitas pasien, seperti CISC, yang juga merupakan penggagas utama “Kampanye 10 Jari”.
Aryanthi Baramuli Putri, Ketua Umum Cancer Information and Support Center (CISC) menjelasakan, “Melihat begitu banyak perempuan yang meninggal akibat kanker ovarium, saya percaya bahwa penting sekali bagi semua pemangku kepentingan untuk berkolaborasi secara berkesinambungan dalam upaya promotif, diagnosis, kuratif, rehabilitatif dan paliatif untuk pencegahan penanggulangan kanker yang lebih baik. Tak hanya itu, sebagai komunitas kanker yang sudah ada sejak 2003 di Indonesia, kami juga telah melihat bagaimana para penyintas kanker ovarium dapat bersatu, dan mendukung satu sama lain untuk saling menguatkan dalam melawan penyakit ini. Dengan adanya Kampanye 10 Jari ini, semoga ada lebih banyak lagi perempuan di Indonesia yang melakukan deteksi dini dan mengetahui faktor risiko kanker ovarium.”
Kampanye 10 Jari yang duluncurkan sejak Mei 2021 telah melakukan berbagai kegiatan edukasi kanker ovarium dan mencapai lebih dari 20.000 masyarakat Indonesia melalui sesi edukasi awam secara online dengan praktisi kesehatan dan kelompok pasien di media sosial.
Kampanye 10 Jari bertujuan untuk membantu perempuan melakukan deteksi dini dan memberdayakan penyintas kanker ovarium untuk menghadapi penyakit tersebut dengan pengobatan yang tepat. ( Kim )