Beberapa baliho raksasa dengan menampilkan wajah tokoh politik kini makin marak bertebaran di ruang publik. Pemasangan baliho secara masif itu dilakukan tokoh politik tersebut semata hanya untuk meningkatkan popularitas.
Namun, waktu pemasangan baliho raksasa di sejumlah tempat itu pada saat ini dianggap kurang tepat. Pemasangan baliho dengan menghabiskan biaya yang begitu besar di tengah pandemi justru menunjukkan politikus tidak peka dengan kondisi masyarakat.
Soal pesan-pesan kebangsaan yang tertulis dalam baliho raksasa sejumlah tokoh politik, justru mengundang hujatan dari masyarakat. Apalagi masyarakat tengah berupaya menyelamatkan diri mereka agar tak tertular virus Corona serta menyelamatkan keluarga mereka dari kelaparan.
Inilah sejumlah politikus memasang baliho raksasa di pinggir jalan. Di antaranya adalah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang juga Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai (DPP) Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Puan Maharani, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar.
Padahal, ajang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 masih tiga tahun lagi. Namun, baliho raksasa politisi Puan Maharani dan Airlangga Hartarto ramai dipasang di sejumlah jalan di Kota Malang, Jawa Timur.
Ada dua lokasi yang terpampang baliho raksasa dua tokoh nasional itu. Yakni, di jalan MT Haryono, Kota Malang, tepatnya di selatan Universitas Brawijaya. Yang menarik, kedua baliho itu selalu dipasang berdampingan. Tak hanya berdampingan, kedua baliho itu superbesar.
“Puan Maharani saat ini menjabat sebagai Ketua DPR serta merupakan politisi asal PDIP sekaligus putri dari Megawati Soekarno Putri,” ujar Presenter Metro TV Yohana Margaretha dalam program Primetime News, Rabu, 4 Agustus 2021.
Lokasi kedua baliho raksasa ini juga terlihat di Stasiun Kota Baru atau 200 meter sebelah timur komplek Balai Kota dan gedung DPRD Kota Malang.
Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily membenarkan bahwa baliho tersebut dipasang dalam rangka sosialisasi Ketum Airlangga kepada publik untuk Pemilu 2024.
Ia menjelaskan, sosialisasi itu merupakan tindak lanjut hasil Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Golkar pada Maret 2021.
“Sebetulnya sosialisasi Ketua Umum Partai Golkar kepada masyarakat ini merupakan hasil dari Rapimnas dan Rakernas Partai Golkar bulan Maret 2021 yang lalu,” kata Ace dikutip dari Kompas.com, Kamis (5/8/2021).
Ace juga mengungkapkan, dalam rapimnas dan rakernas tersebut, telah diperintahkan kepada setiap jajaran struktural partai dan anggota Fraksi Partai Golkar di berbagai tingkatan untuk melakukan sosialisasi.
Adapun, perintah pemasangan baliho Airlangga itu tercantum dalam Surat Perintah Partai Gokar Nomor: Sprin-23/DPP/GOLKAR/VII/2021 yang dikeluarkan pada 3 Juli.
“Rapimnas dan Rakernas itu disebutkan bahwa setiap jajaran struktural partai di berbagai tingkatan dan anggota Fraksi Partai Golkar di berbagai tingkatan berkewajiban untuk sosialisasikan Ketua Umum Partai Golkar kepada masyarakat,” ujar Ace.
Kemudian, Ace menerangkan bahwa sosialisasi itu tidak hanya dilakukan seluruh jajaran Partai Golkar melalui baliho. Namun, juga dilakukan dengan menggunakan berbagai kegiatan sosial lain seperti membantu masyarakat dalam penanganan pandemi.
Meski demikian, Ace mengklaim bahwa Partai Golkar tidak lantas hanya mementingkan Pilpres 2024 di tengah pandemi.
“Tentu dengan itu, Golkar tetap sensitif terhadap penderitaan rakyat di tengah pandemi. Misalnya, kegiatan sosial membantu masyarakat dalam penanganan pandemi,” ujar Ace.
“Partai Golkar dari sejak Februari 2021 memiliki program Yellow Clinic yang salah satu program utamanya membantu program vaksinasi bagi pengurus dan masyarakat secara luas,” imbuhnya.
Kemudian, menurut Ace, Airlangga menginstruksikan langsung kepada para kader Partai Golkar, terutama kepala daerah dan anggota DPRD kabupaten/kota dan provinsi untuk membuat kebijakan yang lebih memprioritaskan penanganan kesehatan.
Airlangga, lanjutnya, juga menginstruksikan kepala daerah hingga anggota DPRD kader Partai Golkar untuk membuat kebijakan yang memprioritaskan dampak sosial akibat Covid-19.
“Partai Golkar juga meminta kader-kader partai untuk mengadakan kegiatan bakti sosial berupa pembagian sembako, masker dan kegiatan lainnya di masyarakat,” jelas Ace.
Baliho raksasa itu terpampang jelas di setiap ruang publik di sejumlah daerah di Indonesia. Baliho itu juga ada yang bertuliskan secara terang-terangan membawa tema Pilpres 2024.
Publik pun merespons dengan berbagai hal atas pemasangan baliho-baliho tersebut. Ada yang mengekspresikan dengan kritik, ada pula yang membuat sebagai bahan untuk diparodikan dalam video menghibur.
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhad Indonesia Ujang Komarudin mendesak para elite partai politik menghentikan promosi dan sosialisasi terkait Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024 melalui baliho dan alat peraga lain di tengah pandemi Covid-19.
Menurut Ujang, pemasangan baliho politik tidak tepat dilakukan di tengah pandemi yang membuat masyarakat sedang kesulitan.
“Mestinya sosialisasi baliho tersebut, direm dulu. Disetop dulu. Rakyat sedang sulit, banyak yang enggak bisa makan dan rakyat juga tak butuh baliho,” kata Ujang dikutip dari Kompas.com, Kamis (5/8/2021).
Ujang menyarankan, agar dana-dana untuk memasang baliho raksasa tersebut lebih baik dialihkan untuk membantu masyarakat terdampak Covid-19.
Menurut dia, akan lebih elok jika saat ini para elite partai menggunakan waktunya untuk memprioritaskan masyarakat ketimbang mempromosikan diri untuk Pilpres.
“Artinya, dana-dana seperti itu untuk pasang baliho lebih baik digunakan dulu untuk membantu masyarakat yang terdampak Covid-19. Bantu rakyat dulu, baru sosialisasi. Rakyat mesti diprioritaskan dibandingkan dengan pemasangan baliho,” ungkap Ujang.
Namun, Ujang menilai bahwa memasang baliho tidak dilarang jika untuk meningkatkan popularitas menjelang Pilpres 2024. Tapi, hal tersebut perlu dipikirkan terkait waktu atau momentum pemasangannya.
“Kita tahu Ketum-ketum partai tersebut berkeinginan maju sebagai capres atau cawapres di Pilpres 2024 nanti. Jadi mereka sudah bergerak pasang baliho di mana-mana. Fenomena memperkenalkan diri sejak dini ke publik. Harapannya publik semakin familier dengan ketum-ketum partai tersebut,” tutur Ujang.