Politisi Fahri Hamzah yang kini menjadi Wakil Ketua Umum Partai Gelora kian gencar melancarkan serangan kepada kelompok oposisi pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di parlemen. Dari tagar OposisiPenakut hingga OposisiSekongkol digelorakan oleh pimpinan DPR periode 2014-2019 itu.
Padahal, salah satu oposisi adalah partai yang pernah mengantarkan Fahri Hamzah menjadi pimpinan DPR. Namun, kenangan ‘manis’ di PKS tidak pernah melunturkan gairah Fahri untuk menyerang.
Melalui situs pribadinya, Fahri Hamzah menuliskan ‘Oposisi Sekongkol, Rakyat yang Tawuran’. Isi tulisan tersebut mengkritik oposisi yang dia nilai lemah sekali di parlemen, sehingga membuat rakyat masih saja mengurusi politik meski pemilu usai. Rakyat disebut menjadi korban.
“Mengapa rakyat tidak istirahat urus politik dan fokus cari kehidupan? Karena yang diberi amanah lalai dan sibuk pencitraan. Rakyat harusnya berhenti berpolitik dan gesek-gesekan setelah pemilu dan nyoblos. Tapi kenapa terus terjadi sampai rakyat gak bisa hidup tenang?” tulis Fahri.
“Karena sistem perwakilan absen, kongresional yang tak dimengerti oleh parpol yang sudah duduk dapat fasilitas, gaji, dan sekaligus kekebalan,” tambahnya.
Fahri Hamzah menyebut rakyat seperti dirinya dan secara umum tidak harus bertengkar pasca pencoblosan. Karena seharusnya, kondisi perpolitikan Tanah Air kembali normal setelah masa kampanye.
“Biar mereka, terutama yang menyebut diri partai oposisi, yang bertengkar melawan eksekutif dan pendukungnya, bukan kita. Mereka enak berantem dapat duit, lah kita?” jelasnya.
Oposisi diminta lebih galak dan menunjukkan tajinya dengan segala fasilitas yang telah diberikan. Fahri bertanya-tanya di mana kerja oposisi saat ini.
“Tapi sayang, semua diam, menyebut diri oposisi tapi ngomel nggak karuan. Akhirnya kami dipaksa ikut pertengkaran,” katanya.
Sebelumnya, Fahri Hamzah sudah mengkritik oposisi. Dia pernah membuat tulisan seri dengan tagar OposisiPlangaPlongo dan OposisiPenakut.
Di parlemen, memang hanya tersisa dua oposisi, yakni PKS dan Partai Demokrat. Secara matematika, kekuatan oposisi di parlemen sangat lemah karena koalisi pemerintah kini beranggotakan 7 partai.
Partai Demokrat menganggap serangan Fahri Hamzah sebagai bentuk kerinduan. Demokrat menganggap Fahri Hamzah rindu era Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Kritik yang disampaikan Bang Fahri Hamzah menyiratkan kerinduan ketika kehidupan demokrasi kita terjaga dan berkualitas seperti pada Pemerintahan SBY. Pada masa itu 2004-2014, masyarakat politiknya sangat aktif dan dinamis, termasuk di DPR dalam menjalankan tugas-tugas kedewananannya,” ujar Ketua Bappilu Partai Demokrat, Kamhar Lakumani, Jumat (3/9/2021).
Koalisi pemerintah di parlemen era SBY diklaim memiliki rasa oposisi. Kondisi itu yang diyakini bagus untuk demokrasi.
“Jangankan dari oposisi, dari partai koalisi pemerintah namun cita rasa oposisi seperti Bang Fahri Hamzah dkk juga banyak, dihargai dan eksistensinya terjaga. Itu diperlukan untuk menjaga sehatnya demokrasi,” kata Kamhar.
“Begitulah Pak SBY sebagai demokrat sejati memandang dan menempatkan dinamika dalam koalisi pemerintah,” tambahnya.
Tak tinggal diam, PKS juga menyambut kritikan Fahri Hamzah. PKS menegaskan pihaknya akan terus mengawal pemerintah. “Monggo saja yang mau komen. Kita terus kawal pemerintah agar tidak korupsi,” kata Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera, Jumat (3/9).
“Agar tidak kualitas anggaran dapat optimal bagi rakyat. Kita tolak Perppu Corona, kita tolak omnibus law dan banyak lagi,” imbuhnya.