Pernyataan Ganjar Pranowo bahwa akan mengoreksi program Presiden Joko Widodo yang tak sejalan dengannya apabila nanti terpilih sebagai presiden pada Pilpres 2024.
Pernyataan Ganjar Pranowo ini dinilai makin menggambarkan visinya yang berpotensi tak sejalan dengan Jokowi.
Bakal calon presiden dari PDIP ini melontarkan pernyataan itu saat ditanya soal hasil survei lembaga Australia, Utting Research, yang menunjukkan hanya 18 persen responden ingin kandidat capres melanjutkan program pemerintahan Jokowi.
“Kalau ada yang tak benar kami hentikan, kecuali ada yang tak pas, kami koreksi,” ujar Ganjar Pranowo di Kuningan City, Jakarta, Sabtu (29/7) kemarin.
Terkait pernyataan ganjar Pranowo ini, pengamat politik Dedi Kurnia Syah menilai Ganjar akan makin dijauhi oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hal itu menurutnya merujuk pada pernyataan Ganjar yang tidak akan melanjutkan kebijakan dari pemerintahan sebelumnya.
Sebelumnya, Ganjar berujar akan mengoreksi pelbagai program dari Presiden Jokowi yang dirasanya kurang pas, jika terpilih sebagai Presiden Indonesia pada Pilpres 2024 mendatang.
“Dengan statement itu, justru Ganjar akan semakin dijauhi Jokowi,” ujar Dedi.
Adapun jika pernyataan Ganjar tersebut bagian manuver strategi komunikasi publik untuk menarik pemilih Anies dinilai berpotensi menimbulkan friksi terhadap konversi job approval rating Jokowi yang tinggi.
Persepsi pengoreksi kebijakan Jokowi dinilai bagian mirip dengan yang digaungkan Anies Baswedan dan justru merugikan Ganjar sebagai kandidat capres.
“Situasi itu membuat Ganjar mencoba bermanuver, tetapi dia terlambat, karena koalisi yang lebih awal dan lebih dipercaya akan lakukan evaluasi kebijakan Jokowi adalah Anies Baswedan. Sehingga Ganjar seolah kehilangan orientasi dalam memilah ceruk suara,” jelasnya.