Puan Maharani merupakan sosok yang banyak dipandang sebagai politisi yang berkecimpung karena melanjutkan trah keluarga. Bagaimana tidak, kakek dari Puan Maharani adalah Proklamator Republik Indonesia (RI), Soekarno, Ibunya Megawati adalah Presiden Kelima RI, dan ayahnya Taufiq Kiemas adalah seorang Ketua MPR.
Namun, bagi mereka yang melihat dan mengetahui sepak terjang Puan Maharani, menilai bahwa sosoknya adalah seorang pemimpin yang natural. Instingnya memang dibentuk dari trah, tetapi kedewasaan Puan terbentuk dari pengalamannya selama ini.
Politikus PDI Perjuangan Masinton Pasaribu menganggap bahwa Ketua DPR perempuan pertama RI ini memiliki tipe kepemimpinan yang alami dan natural. Memang Puan memiliki latar belakangkeluarga politisi, tetapi gaya yang dibawanya bukan karena trah, melainkan tampil dengan sisi politik yang apa adanya.
“(Mbak Puan ini) tidak dibuat-buat, tidak pencitraan, lebih natural,” kata Masinton ketika dihubungi melalui telepon, belum lama ini.
Masinton melanjutkan bahwa Puan juga merupakan pemimpin yang sudah terasah kemampuannya sejak kecil. “Mbak Puan ini juga beliau ‘kan selain putrinya Bu Mega dan almarhum Pak Taufiq Kiemas ya, beliau ‘kan juga pernah mengalami situasi-situasi sulit ketika Orde Baru pada saat itu merepresi dan membatasi langkah-langkah politik keluarga Bung Karno, keluarga Bu Mega,” kata Puan.
Masinton menambahkan bahwa Puan memiliki insting politik yang tajam dengan bekal pengalamannya tersebut. Puan bukanlah pemimpin yang tiba-tiba muncul.
“Dia orangnya lebih tenang dan lebih matang lah. Gaya politiknya sangat dewasa, tidak reaksional, langkah politiknya lebih matang. Ga dibikin-bikin. Kepemimpinan yang tampil apa adanya,” ujat Masinton.
Puan sendiri memang pernah mengatakan bahwa dirinya kerap kali mendampingi sang ibu dalam berbagai kejadian, terutama ketika PDI Perjuangan mengalami represi pada masa Orde Baru. Pada acara Konsolidasi Partai Banteng itu beberapa waktu lalu, Puan juga mengaku sepak terjangnya karena gembelengan sang Ayah.
Di samping itu, dia juga mengembangkan kemampuan politiknya sendiri sejak awal bergabung di dalam partai. Secara blak-blakan, Puan sendiri pernah mengatakan bahwa tidak ada karpet merah untuknya meski merupakan anak seorang Ketua Umum PDI Perjuangan.
“Mbak Puan ini dari mulai kecil sudah mengalami fase-fase, situasi politik, yang represif pada saat itu. Pada saat Orde Baru itu, beliau lebih insting dan naluri politiknya lebih matang,” kata Masinton.
Menurut Masinton, mantan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) itu juga merupakan seorang pemimpin yang terlihat tenang dan tidak gegabah. “Beliau selalu tenang, bukan tipikal pemimpin yang panik. Dan beliau karena PDI Perjuangan ‘kan concern-nya masyarakat kecil ya, beliau lebih responsif dan peka, mendengar suara-suara masyarakat di bawah,” tuturnya.
Perhatian dan kepekaan Puan pada suara rakyat juga tercerminkan pada jabatannya, mulai dari anggota DPR, Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR, Menko PMK, hingga sekarang Ketua DPR. Secara nyata kepeduliannya pada rakyat terlihat dari kritik yang belakangan Puan lemparkan untuk pemerintah.
“Mbak Puan sebagai Ketua DPR, DPR itu ‘kan menjadi mitranya pemerintah. Nah, selain mitra, fungsi DPR juga adalah menyuarakan, menyuarakan apa yang menjadi fenomena atau dinamika atau keresahan dari publik. Nah, jadi yang disampaikan oleh Mbak Puan itu masih tahap dan ranahnya sebagai Ketua DPR. Sebagai Parlemen,” kata Puan.
Masinton memandang bahwa sikap kritis itu memang diperlukan. Terlebih, kritik yang berangkat dari keresahan masyarakat. Misalnya saja, terkait kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang terlihat represif pada masyarakat dan tidak terlihat persuasif.
Masinton melanjutkan bahwa apa yang disuarakan Puan itu adalah bagian dari pelaksanaan tugasnya. “Sebagai Ketua DPR ya harus menyampaikan itu dong. Nah, di satu sisi mengkritisi di satu sisi memberi masukan pada pemerintah. Pemerintah ‘kan harus dibantu, nggak bisa mereka bekerja sendiri. Mana yang belum pas harus diberitahu, harus diingatkan,” ujar Masinton.
Diketahui, belakangan Puan memang aktif dalam memberi masukan pada pemerintahan Presiden Jokowi. Beberapa lontaran kritik Puan, di antaranya adalah perihal aturan makan 20 menit, pembagian bantuan sosial, hingga kebijakan terkait PPKM Level 4 lainnya.
“Itu bagian dari mendengar suara masyarakat. Kemudian, disampaikan ke pemerintah sebagai eksekutif, pelaksana,” ucap Masinton. (SPR)