Kemana Gibran melangkah? Mahkamah Konstitusi sudah membuka pintu selebar-lebarnya bagi putra Jokowi ini untuk ikut berkompetisi mendampingi Prabowo Subianto menjadi cawapres. Meskipun keputusan MK tersebut sarat dengan kritikan publik.
Bahkan, PDI Perjuangan sebagai partai tempat Gibran selama ini bernaung menghembuskan soal etika politik, apabila Gibran mengambil kesempatan untuk menjadi cawapres Prabowo Subianto.
Kemana Gibran melangkah? Memilih jadi juru kampanye Ganjar atau cawapres Prabowo? Keputusan yang saat ini tengah ditunggu publik.
Apalagi, dua pasangan capres-cawapres sudah resmi mendaftarkan diri ke KPU. Sementara, pasangan dari Prabowo Subianto hingga kini masih menjadi tanda tanya. Meskipun, sudah ada sinyal kuat bahwa Gibran Rakabuming Raka akan dideklarasikan sebagai cawapres Prabowo.
Namun, secara teknis, Gibran memang berada pada pilihan yang sulit saat ini. Sebab, putra pertama Presiden Jokowi itu masih berstatus kader PDIP. Tentu berbeda dengan Prabowo yang ada di Koalisi Indonesia Maju (KIM).
PDIP sempat memanggil Gibran ke DPP PDIP untuk sekadar ngobrol bersama dengan Sekjen Hasto Kristiyanto pada Rabu (18/10). Namun, pertemuan itu batal karena PDIP dan koalisi fokus pengumuman cawapres Ganjar, yakni Mahfud.
Saat ditanya soal penjadwalan ulang, Hasto menyebut, pertemuan nanti akan lebih santai bahkan dengan Ketua DPP PDIP Puan Maharani dan Ketua TPN Ganjar Presiden, Arsjad Rasjid.
“Ketika tadi saya memberi tahu Mba Puan dan juga Mas Arsjad Rasjid bahkan beliau berdua mengatakan ya nanti kita ngobrol-ngobrol bersama Mas Gibran bertiga, sehingga ini malah kita kembangkan,” ujar Hasto, Rabu (18/10).
Gibran juga akan ditawari masuk TPN Ganjar Presiden. Tapi, posisinya belum diungkap. Ini dinilai untuk menjaga agar Gibran tetap di PDIP.
Meski begitu, PDIP juga tampaknya tak begitu menggebu mempertahankan Gibran di PDIP. Apalagi, tawaran lainnya jadi cawapres Prabowo.
“Mas Gibran kan orang muda. Wajar dong diberikan sesuatu hal yang indah. Tinggal Mas Gibran yang memutuskan. Hidup adalah pilihan. Monggo,” ujar Ketua DPP PDIP Eriko Sotarduga, di Medcen TPN Ganjar, Jakarta Pusat, Rabu (18/10).
“Silakan saja. Kembali pada Mas Gibran. Nanti kalau ternyata terjadi yang berbeda, nanti kaget-kaget sendiri kita,” imbuhnya.
Ya, tawaran “kubu sebelah” memang tidak main-main. Gibran langsung jadi cawapres, tak harus merangkak dulu berlaga di Pilkada tingkat provinsi seperti bapaknya.
Setelah ada putusan MK, kans Gibran memang semakin besar buat jadi cawapres Prabowo. Alasan syarat tak memungkinkan sudah tak ada lagi.
Keberadaan Gibran jadi cawapres Prabowo memang tidak mudah. KIM sudah punya jagoan sendiri untuk mengisi posisi cawapres.
Golkar tetap mengajukan Ketum Airlangga Hartarto sebagai kandidat cawapres. PAN mengajukan Erick Thohir dan Muhadjir Effendy.
Partai Demokrat meski tak mengajukan calon–karena tahu diri jadi anggota paling baru–tapi meminta dipertimbangkan nama Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
Belakangan, muncul kabar Gibran akan bergabung dengan partai beringin. Bahkan, langsung menduduki posisi Wakil Ketua Umum. Karier kilat seperti adiknya Kaesang yang langsung jadi Ketum PSI.
Soal ini, Ketua Dewan Pakar Partai Golkar, Agung Laksono, sangat welcome bila Gibran memang memilih bergabung ke Partai Golkar. Dia merupakan representasi anak muda berprestasi yang akan menambah kekuatan anak muda di Golkar.
“Dengan posisinya sebagai Wali Kota Solo saat ini, tentunya kehadiran Gibran akan menunjukkan jati diri Golkar sebagai partai yang fokus pada kerja nyata para kadernya sebagai pemimpin bangsa,” kata Agung.
Lalu Kemana Gibran Melangkah?
Gibran menegaskan dirinya masih di PDIP. Saat ini juga dia masih berkantor di Balai Kota Solo seperti biasa. Bahkan, dia membantah bergabung ke Partai Golkar saat menghadiri Rapimnas Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) yang merupakan organisasi kepemudaan Golkar.
“Kapasitas apa saya datang (Rapimnas). Tidak. Iki lho (ini loh) aku neng kene (saya di Solo). Saya tidak ke mana-mana. Ya tulisen nggak bener,” ujar Gibran di kantor DPRD Solo, Kamis (19/10).