Sebuah analisis respons publik terhadap pernyataan kritik pemerintah yang keras dan tebuka kepada masyarakat mengungkapkan, bahwa publik tak percaya jika mereka akan tetap aman ketika menyampaikan kritik.
Analisis tersebut diungkap oleh lembaga pemantau media sosial, Drone Emprit, dalam cuitan di Twitter yang menangkap data beberapa jenis emosi publik atas pernyataan kritik pemerintah tersebut.
Founder Drone Emprit, Ismail Fahmi, mengatakan jenis emosi publik atas pernyataan kritik pemerintah paling banyak ialah terkait dimensi trust (kepercayaan).
“Mayoritas tidak percaya meraka akan aman ketika mengkritik,” kata Ismail, saat dikutip dari detikcom, Rabu (10/2/2021).
“Kedua fear, takut. Malah takut. Mereka masih merasa takut. Tidak bebas mengkritik,” ujarnya.
Tak hanya itu, juga tertangkap emosi ‘kesenangan’ atas pernyataan pemerintah ini. Namun, ‘kesenangan’ ini lebih cenderung kepada bentuk sarkasme.
“Yang ketiga joy, merasa senang. Mungkin agak sarkasme. Mereka mengatakan ‘terima kasih Jokowi, alhamdulillah’,” ungkapnya.
Presiden Jokowi sebelumnya sempat bicara soal kritik saat menerima laporan tahunan Ombudsman pada Senin (8/2/2021). Jokowi kala itu mendorong masyarakat lebih aktif melaporkan kritik dan potensi maladministrasi pelayanan publik.
“Semua pihak harus menjadi bagian dari proses untuk mewujudkan pelayanan publik yang lebih baik. Masyarakat harus lebih aktif menyampaikan kritik masukan ataupun potensi maladministrasi dan para penyelenggara pelayanan publik juga harus terus meningkatkan upaya perbaikan-perbaikan,” kata Jokowi.
Pihak Istana juga menekankan mengenai pentingnya kritik dan saran bagi pemerintah. Seskab Pramono Anung mengatakan kritik yang keras dan terbuka akan membuat pembangunan lebih terarah.