Mafia Tanah, ASN Ditangkap Polresta Bandar Lampung

Mafia Tanah, ASN
Jajaran Satreskrim Polresta Bandar Lampung menangkap mafia tanah yang melibatkan pegawai honorer dan aparatur sipil negara Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Tiga pelaku mafia tanah yang ditangkap yakni AN (34) tahun honorer dan JD (37) tahun ASN yang kini berdinas di BPN Mesuji. Sementara satu pelaku mafia tanah lainnya inisial US (41) tahun tahun, seorang wiraswasta di Bandar Lampung.

Kasus ini bermula laporan korban bernama Beti pada Oktober 2021, perkara pemalsuan akta otentik berupa kwitansi jual beli, sporadik, dan dua sertifikat,” ungkap Kasat Reskrim Polresta Bandar Lampung, Kompol Devi Sujana.

“Modusnya US ini, mengaku membeli tanah dari Balai Lelang seharga Rp 833 juta,” ucap Kompol Devi Sujana, Selasa (8/2).

Namun tersangka US, membeli piutang cassie fisik dua akta jual beli tanah, dari seseorang inisial RA kwitansinya hanya Rp 150 juta. Dalam perkaranya, RA ini mengaku oknum dari Balai Lelang, namun hingga kini masih buron.

“Kemudian US, mengakui sebidang tanah di Jalan Ir Sutami, tepatnya di depan PT. Aman Jaya, Campang Jaya, Sukabumi, Bandar Lampung. Kemudian dalam aksinya, US bekerjasama dengan honorer dan ASN BPN Bandar Lampung,” ujar Devi Sujana

Lalu dua oknum di BPN Bandar Lampung, menyatakan di tanah belum ada sertifikat, sehingga bisa dibuatkan berikutnya. Setelah itu US mencari cara untuk merubah sertifikat, dari seseorang insial E, menjadi nama US.

Namun karena pemilik sertifikat E protes, karena pengajuan dari 2019 – Juli 2021 belum keluar, lalu dirubah lagi namanya. Lalu diganti lagi nama L, dirubah lagi jadi nama US,” tutur Devi Sujana.

Ketiga pelaku ini punya peranan masing-masing, diantaranya US selain membuat kwitansi dan sporadik palsu, juga membuat sertifikat tanpa prosedur dengan membayar Rp 75 juta.

Honorer AN merubah sertifikat dari nama E jadi US, dan nama L dirubah US.

“Sementara peranan ASN JD ini, membantu US dan AN, untuk memuluskan merubah nama sertifikat tanah. Namun saat diinterogasi, JD tidak mengakuinya. Sementara korban dalam kasus ini, merugi hingga Rp 4 miliar,” kata Devi.

Dari hasil penangkapan ketiganya, diamankan barang bukti berupa dua sertifikat palsu, uang Rp 17 juta sisa pembayaran untuk merubah sertifikat, sertifikat asli korban, empat sporadik palsu milik US, dua Ponsel, dan selembar kwitansi.

Dalam kasus ini ketiganya dijerat Pasal 266 KUHP pemalsuan otentik, dan Pasal 263 KUHP pemalsuan dokumen terancam enam tahun penjara. (Kay)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.