Padepokan Gus Syamsudin di Desa Rejowinangun, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, didatangi puluhan warga setempat, Minggu (31/07/2022) sore.
Warga menuntut agar padepokan Gus Syamsudin yang sudah berdiri di tengah perkampungan selama tiga tahun itu, ditutup. Diduga hal ini terjadi buntut dari perseteruannya dengan Pesulap Merah sepekan lalu
Keberadaan padepokan Gus Syamsudin itu dianggap warga telah mencoreng nama baik desanya. Itu terutama sejak perseteruan Gus Syamsudin dengan Pesulap Merah, yang berujung saling tantang untuk adu kesaktian di media sosial.
Kedatangan warga cukup mengejutkan semua pihak karena selama ini tak ada tanda-tanda bahwa masyarakat bermasalah dengan padepokan Gus Syamsudin tersebut. Apalagi padepokan itu melayani pengobatan berbagai macam penyakit, terutama orang yang dianggap terkena guna-guna atau santet.
Karena berada di tengah kampungnya, sehingga warga datang hanya dengan berjalan kaki dan pakaian seadanya. Tetapi Gus Syamsudin tidak muncul meski berada di dalam padepokan. Bahkan warga tak bisa masuk karena padepokan berdinding tinggi dan berpintu gerbang megah itu tertutup rapat dan sepi.
Menurut warga, biasanya padepokan Gus Syamsudin itu ramai penghuni, selain keluarganya sendiri juga ada banyak cantriknya yang menetap. Karena pintu gerbang dari kayu Kalimantan setinggi 3 meter itu tertutup rapat, warga pun hanya beraksi di luar. “Ditutup, ditutup,” teriak warga.
Bahkan kejengkelan warga memuncak, sehingga bukan lagi meminta padepokan ditutup tetapi juga mulai mengolok Gus Syamsudin. Karena salah seorang warga ada yang berdandan ala Gus Syamsudin yaitu berbaju panjang, bersorban dan berambut panjang namun mengangkat baner kecil dengan tulisan melecehkan.
Sejumlah petugas kepolisian yang berjaga berusaha membujuk warga agar tidak melakukan tindakan berlebihan. Ternyata sebelum warga datang dan tersulut emosinya, petugas Polres Blitar diam-diam sudah membawa Gus Syamsudin ke Polsek Kademangan, yang berjarak 3 KM dari padepokan itu.
“Desa kami menjadi viral namun tercoreng karena ulah Gus Syamsudin, Semua netizen membully-nya akibat ulah perdukunan yang dianggap tak masuk akal,” teriak warga.
Meski tahu orang yang dicarinya sudah tidak ada namun emosi warga belum mereda karena tetap ingin agar padepokan itu ditutup. Sementara Kades Rejowingangun, Bagas Wigasto menyatakan, hanya bergantung keinginan warga.
“Kami ini sesuai dengan kesepakatan warga. Mulai Minggu petang, padepokan ini ditutup demi ketenangan warga,” ujar Bagas yang langsung disambut teriakan warga, “Horee ditutup!”
Setelah itu, warga menuruti ajakan Bagas untuk membubarkan diri. Sementara, Gus Syamsudin sudah tidak berada di Polsek Kademangan karena sudah dipulang. Namun tak ada yang tahu pulang ke mana. Sebab diduga ia tidak kembali ke padepokan karena terus diawasi warga.
“Benar (Gus Syamsudin) sudah kembali. Dan terkait masalah (penutupan padepokan), direncanakan kedua pihak (warga dan Gus Syamsudin) akan dipertemukan di Polres Blitar, untuk membahas solusi terbaik,” ujar Kapolsek Kademangan, AKP Edi Sumartono.