Pesawat Batik Air ID-6723 dengan rute penerbangan Kendari-Jakarta pada 25 Januari 2024 yang lalu mengalami insiden yang berpotensi mengancam keselamatan penerbangan.
Meskipun tidak ada korban jiwa terkait insiden yang dialami Pesawat Batik Air ini. Namun, Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT mengungkap insiden pilot dan kopilot pesawat Batik Air yang tertidur saat penerbangan tersebut sangat berbahaya bagi keselamatan pesawat serta penumpang.
Salah satu penumpang pesawat Airbus A320 itu, Origa, 28 tahun, membagikan pengalamannya ketika berada di pesawat yang sempat keluar dari jalur lintasan karena pilot dan kopilotnya tertidur akibat kelelahan.
Origa mengatakan kerap menggunakan transportasi udara untuk bepergian dari Sulawesi ke Jakarta. Pria asal Garut ini bekerja di Sulawesi, sedangkan istri dan anaknya menetap di Bandung.
Setiap satu atau dua bulan sekali, Origa selalu pulang ke rumahnya di Bandung untuk berjumpa dengan istrinya, Gita Haryu serta anaknya yang masih berumur satu tahun, Gibran Khaleed.
Rutinitas itu sudah ia lakukan sejak setahun yang lalu. Total, dia memperkirakan telah menaiki pesawat dengan rute yang sama hampir sepuluh kali. Saat insiden itu terjadi, Origa tidak mengetahui apa penyebab pesawat melintas melewati jalur.
Dia mengaku baru mengetahui setelah membaca kabar dari media sosial. “Jadi parno (paranoid atau takut) saja ternyata pesawat yang saya tumpangi setelah ditelusuri ada kasus seperti itu,” katanya saat dihubungi, Sabtu, 9 Maret 2024.
Dia mengatakan sempat tidak menaruh kecurigaan atas pesawat yang ditumpangi. Meski dia sadar pesawat itu melintas di jalur yang salah dan memutar, kala itu dia hanya berharap pesawat bisa mendarat di Jakarta tepat waktu karena harus mengejar keberangkatan travel Jakarta-Bandung.
“Saya hanya mengira di Bandara Soekarno-Hatta sedang crowded karena mungkin sedang ramai,” ujarnya.
Ketika mengetahui pesawatnya melintas di atas pantai selatan, Origa hanya memandangi jendela sekaligus mengabadikan momen dengan merekam. Dia juga tidak mendengar adanya informasi atau instruksi dari petugas pesawat, sesaat dan setelah kejadian.
Hari ini dia baru mengetahui dari media massa bahwa pesawat yang dia tumpangi keluar dari jalur penerbangan karena pilot dan kopilot tertidur.
KNKT Temukan Dugaan Kecerobohan
Laporan dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT menyebut faktor kelelahan menjadi penyebab pilot dan kopilot Batik Air ID-7623 tertidur saat penerbangan rute Kendari-Jakarta. Insiden itu terjadi pada 25 Januari 2024, ketika keduanya bertugas mengoperasikan pesawat Airbus A320.
KNKT mengungkapkan, insiden pilot dan kopilot Batik Air tertidur saat penerbangan disebabkan karena tidak ada panduan yang rinci terkait daftar pemeriksaan pribadi atau biasa disebut IM SAFE.
Daftar pemeriksaan pribadi itu menyatakan bahwa “Saya secara fisik dan mental aman untuk terbang, tidak terganggu oleh penyakit, obat-obatan, stres, alkohol, kelelahan, dan emosi”.
Sebab, daftar pemeriksaan itu penting dilakukan oleh perusahaan maskapai untuk memastikan awaknya dalam kondisi ideal sebelum penerbangan.
“Investigasi tidak menemukan panduan atau prosedur rinci bagi pilot terkait daftar periksa pribadi,” tulis KNKT terkait investigasi kasus Batik Air yang dikutip pada Sabtu, 9 Maret 2024.
KNKT menilai, tidak adanya daftar pemeriksaan itu membuat pilot dan kopilot Batik Air tidak dapat menilai kondisi fisik dan mentalnya dengan baik. Karena itu, KNKT merekomendasikan kepada Batik Air Indonesia untuk menyusun panduan daftar pemeriksaan pribadi itu.
Selain itu, menurut KNKT, maskapai penerbangan wajib mempertimbangkan faktor aeromedical yang berpotensi terjadi akibat aktivitas terbang. Sebab, kru pesawat diwajibkan untuk tetap bugar dalam bertugas dan berupaya menjaga kebugarannya.
KNKT juga merekomendasikan agar seluruh awak pesawat yang bertugas, memberitahukan secara terbuka kepada manajer masing-masing apabila ada kendala fisik dan mental. Hal itu perlu dilakukan supaya tidak mengganggu keselamatan penerbangan.
Kronologi Pilot dan Kopilot Pesawat Batik Air Tertidur
Pilot dan kopilot mulanya menerbangkan pesawat PK-LUV sebagai BTK6724 (ID-6724) dari Cengkareng ke Kendari pada dinihari. Selama persiapan penerbangan, kopilot memberi tahu pilot bahwa dia tidak mendapatkan istirahat yang cukup.
Pilot kemudian menawarkan kopilot tidur saat penerbangan ke Kendari. Kopilot baru terbangun sebelum pesawat mendarat di Kendari.
Pesawat mendarat di Kendari dan berlanjut menaikkan penumpang tujuan Kendari-Jakarta sebagai ID-6723 atau BTK-6723. Kali ini kopilot bergantian menjadi pilot penerbang (PF) dan pilot menjadi pilot pemantau (PM). Jumlah penumpang di dalamnya sebanyak 153 orang.
Pesawat terus menanjak hingga ketinggian jelajah 36.000 kaki. Pilot kemudian meminta izin istirahat kepada kopilot. Selanjutnya kopilot menggantikan pilot mengendalikan pesawat. Namun, tidak lama kemudian kopilot juga tertidur.
Sekitar 28 menit kemudian pilot terbangun dan menyadari kopilot ketiduran yang membuat pesawat keluar dari jalur penerbangan. Berdasarkan jalur penerbangan yang dirilis oleh KNKT, pesawat Batik Air itu keluar jalur hingga ke langit sekitar Cianjur atau Sukabumi.
Pilot lalu menanggapi panggilan dari pilot lain dan ACC Jakarta. Saat itu dia mengatakan bahwa mereka mengalami masalah komunikasi radio. Penerbangan kemudian dilanjutkan dan mendarat di Jakarta.