Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, elektabilitasnya masih kalah dengan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Hal itu terungkap dari hasil riset Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) terkait tingkat keterpilihan sejumlah tokoh di Pilpres 2024 mendatang.
Survei itu juga menunjukkan, sebagian besar pemilih partai Gerindra pada Pemilu 2019 tidak akan memilih Prabowo pada Pilpres 2024.
Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (SUDRA) Fadhli Harahab menilai, ada beberapa faktor penyebab beralihnya suara pemilih Gerindra kepada sejumlah tokoh lain di antaranya faktor seringnya ia mencalonkan diri tetapi tidak pernah menang.
“Barang kali pemilihnya juga bosan, pasangan calon yang diusung beberapa kali ikut kontestasi tetapi kalah melulu. Itu kalau kita bicara fakta politik kekuasaan,” ujar Fadhli, Rabu (30/12/2020).
Sedangkan, faktor lain menurut analis politik asal UIN Jakarta ini adalah masuknya Ketua Umum Gerindra ini ke dalam koalisi pemerintah. Dia mengatakan, banyak di tingkat grassroot pemilih Prabowo yang tidak setuju.
“Pemilih Prabowo lebih setuju kalau Gerindra berada di luar kekuasaan. Faktanya berbeda, Gerindra lebih memilih masuk dengan alasan rekonsiliasi sementara grassroot tidak,” jelasnya.
Menurut Fadhli, faktor kemunculan pemimpin muda yang memiliki prestasi. Hal ini barangkali menjadi salah satu pertimbangan pemilih Gerindra yang ingin ada regenerasi kepemimpinan nasional.
“Bisa disebut, masa atau zaman keemasannya (Prabowo) sudah habis. Pemilih Gerindra khususnya milenial barangkali lebih tertarik dengan pemimpin muda ikut kontestasi mendatang,” pungkasnya.