Survei Litbang Kompas terbaru menyebut hanya 15,1 persen warga yang yakin memilih sosok capres yang didukung Presiden Jokowi.
Berarti ada kesempatan bagi calon presiden yang diusung oposisi untuk menarik lebih banyak suara. Diketahui survei Litbang Kompas ini diselenggarakan pada 24 September-7 Oktober 2022 secara tatap muka.
1.200 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi. Survei berada di tingkat kepercayaan 95 persen, dengan margin of error penelitian sebesar kurang lebih 2,8 persen.
Terkait hal ini, pengamat Politik Rocky Gerung pun menyoroti hasil survei tersebut. Ia pun mengatakan bahwa ini adalah tanda-tanda bahwa endorsement power dari Presiden Jokowi sudah tidak ada.
“Biasanya presiden kalo mau lengser, dia ingin mewariskan melanjutkan yang disebut continuity tetapi ternyata lebih banyak challenge-nya ternyata,” ujar Rocky.
“Pertama bahwa daya pengaruh Jokowi ada orang yang justru di ujungnya dianggap masih mampu untuk dimintakan sisa-sisa tenaga untuk diwariskan itu ternyata nggak ada lagi. Jadi percuma kalau nanti orang datang lagi ke Pak Jokowi minta, nggak ada,” imbuhnya.
Selain power endorsment yang hilang, Rocky mengatakan munculnya antitesis Presiden Jokowi juga semakin melemahkan pengaruhnya.
“Jadi sebetulnya kesimpulan saya satu, tadi endorse berhenti, yang kedua orang butuh antitesis. Sebetulnya itu dalam politik itu yang penting,” jelasnya.
Rocky bahkan membandingkan Presiden Jokowi dengan seorang raja dari Yunani yang memiliki kutukan bahwa apapun yang dipegangnya bisa menjadi emas.
“Jadi sebetulnya Kompas ingin bilang Pak Jokowi Itu bukan Raja Midas karena semua yang dia tunjuk tidak jadi emas justru jadi loyang gitu,” katanya..
“Jadi hati-hati mereka yang minta di diasuh oleh Pak Jokowi, bukan jadi emas Anda bisa jadi loyang gitu,” imbuhnya.