Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) dan Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saling lempar tanggapan mengenai industri pengolahan nikel yang masih didominasi oleh tenaga kerja asing (TKA) asal China.
Awal mula JK dan Luhut ini dari JK yang mengkritik proses pengolahan nikel di Tanah Air. Sebagai negara yang diberkahi tambang nikel, pengolahannya justru didominasi China.
“Indonesia kaya nikel, tapi yang kerja semua China, dari daratan sampai tukang las. Kita bikin smelter, Insyaallah tahun depan smelter pertama milik nasional akan beroperasi,” kata pria yang akrab dipanggil JK di acara makan HUT Kalla Group di Hotel Kempinski, Jumat (29/10).
JK mengatakan, dirinya ingin pengembangan teknologi smelter dikuasai oleh anak-anak negeri. “Teknologi ke depan kita lakukan tapi tidak dengan otak dari luar, (melainkan) kemampuan diri sendiri,” sambungnya, dikutip dari kumparan.
Lalu, Luhut pun membantah soal klaim JK bahwa pekerja di industri nikel di Indonesia dipenuhi orang China. Dia berkata, memang pada awalnya pekerja China mendominasi di awal pekerjaan konstruksi.
Namun saat ini hal itu sudah tidak terjadi. Untuk membuktikan hal tersebut, Luhut meminta agar langsung mengecek ke lokasinya.
“Engga betul, waktu construction dulu awal-awal tahun 2014 ya, sekarang sudah banyak orang-orang Indonesia. Pergi saja ke sana,” kata Luhut saat ditemui dalam acara ‘Demi Indonesia Bersama GoTo’ di Ciputra Aartpreneur, Sabtu (29/10).
JK Respons Balik Luhut
Pihak JK pun akhirnya merespons kembali bantahan Luhut. Juru Bicara JK, Husain Abdullah, menyampaikan Kalla dan Bukaka akan berfokus menyerap ratusan tenaga kerja lokal dalam pembangunan proyek hidro serta smelter.
“Tenaga kerja lokal memang jadi prioritas Kalla dan Bukaka (perusahaan). Di mana terbukti mereka mampu, setelah proyek listrik hidro tersebut beroperasi dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden RI, Ir. Joko Widodo, 25 Februari 2022,” kata Husain dalam keterangan tertulis, Jumat (4/11).
Husain mengatakan bahwa Bukaka tetap memiliki pekerja asing, namun mereka beroperasi sebagai pihak supplier mesin yang bertugas menjaga kualitas mesin. Untuk barisan pekerja kasar, perusahaannya tetap akan memprioritaskan pekerja dalam negeri.
Husain juga menegaskan komitmen JK untuk merekrut tenaga lokal yang membedakan dengan pabrik nikel di Morowali yang dinilai masih dipenuhi TKA asing. Pihak JK menyayangkan dominasi TKA China di industri tersebut.
“Hampir semua pekerja konstruksi pabrik termasuk tukang las didatangkan dari China dan itu diakui sendiri oleh pak Luhut bahwa bahwa pembangunan sejak tahun 2014 seperti itu. Kalau kondisi sekarang, harus diakui sudah beda karena tahap operasional tentunya pekerja kasar tidak dibutuhkan lagi,” lanjutnya.
Salah satu bisnis yang JK miliki di Kalla Group yaitu ekosistem baterai kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV). Salah satu perusahaan yang dibangun Kalla Group adalah smelter produksi baterai EV yaitu nikel sulfat yang terletak di Palopo, Sulawesi Barat.