Ketua DPR sekaligus politikus PDI Perjuangan (PDIP) Puan Maharani yang kini tengah jor-joran mempublikasikan dirinya menjadi sorotan publik termasuk pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga.
Puan Maharani belakangan ini tiba-tiba saja berubah drastic. Padahal sebelumnya jarang muncul sebagai narasumber dalam pemberitaan di media, sekarang muncul setiap hari. Begitu juga dengan balihonya yang bertebaran di berbagai penjuru daerah.
“Puan sebelumnya tak muncul di media luar ruang, sekarang fotonya bertaburan di baliho dan spanduk. Aneka gambar Puan menghiasi semua kota besar di Indonesia. Perubahan Puan yang drastis dan seketika tentu memunculkan banyak pertanyaan. Apakah yang muncul di media, baliho, dan spanduk itu sosok Puan sesungguhnya?,” ujarJamil dikutip dari Sindonews.com, Minggu (1/8/2021).
Jamil juga menyontohkan, di pemberitaan berbagai media kini menjadikan Puan Maharani sebagai narasumber dalam berita yang informasinya cukup mendalam. Berita dengan tema yang sama serentak dimuat di berbagai media nasional Tanah Air.
“Bahkan arah pemberitaannya sudah banyak yang mengeritik pemerintah. Puan seolah pihak oposisi, bukan gerbong partai koalisi pendukung pemerintah,” ungkapnya.
Mantan Dekan Fikom IISIP ini mengatakan, perubahan itu sangat sulit dipahami oleh nalar normal. Akibatnya muncul praduga bahwa yang muncul dalam berita itu bukan sosok Puan yang asli, tapi ada sosok lain yang menyerupai politisi PDIP tersebut.
“Kalau praduga tersebut juga muncul di masyarakat, maka pemunculan Puan yang intensif di pemberitaan tentu jadi bumerang. Puan bukan dianggap sosok yang mumpuni, tapi sosok jadi-jadian yang tak jelas arahnya,” jelas Jamil.
Ketidakjelasan itu juga menyeruak bila melihat gambar Puan Maharani di baliho dan spanduk. Tampilan gambar yang berbeda-beda itu mengaburkan positioning putri Megawati Soekarnoputri yang akan ditanamkan ke benak masyarakat. Masyarakat akan bingung menilai sosok Puan sesungguhnya.
“Semua itu menjadikan sosok Puan yang aneh. Puan seolah jadi sosok yang kehilangan identitas,” kata Jamil.
Jamil juga menambahkan, kalau semua perubahan tampilan Puan itu sebagai settingan untuk mengantarkannya pada Capres 2024, maka upaya publikasi tersebut tampaknya mengalami kegagalan.
“Tim kreatif dan tim media Puan, seandainya ada, tampaknya gagal mengemas Ketua DPR RI. Kemasan yang vulgar membuat masyarakat melihat sosok Puan pada dunia lain,” pungkasnya.