Pemerintah Kota Padang terus berkomitmen dalam upaya mitigasi bencana melalui berbagai langkah konkret, mulai dari penguatan sistem peringatan dini hingga implementasi program sekolah tangguh bencana. Sinergi antara Pemkot dan berbagai pihak menjadi kunci dalam menekan risiko dan dampak bencana di Kota Padang.
Kalaksa BPBD Kota Padang, Hendri Zulviton, mengungkapkan bahwa strategi mitigasi bencana yang diterapkan Pemkot Padang melibatkan penguatan kebijakan dan kelembagaan, pengkajian risiko yang komprehensif, serta perencanaan terpadu. “Kerja sama dengan berbagai pihak dalam penanganan bencana sangat diperlukan, termasuk dengan BMKG, Kogami, dan masyarakat,” jelas Hendri dalam acara Sharing Session ‘Kota Padang Bertutur Rantai Peringatan Dini MKG’ di Gedung Bagindo Aziz Chan, Youth Centre, Kota Padang, Sumatera Barat, pada Selasa (6/8/2024).
Langkah-langkah konkret yang telah diambil oleh Pemkot Padang meliputi penguatan sistem peringatan dini melalui uji coba sistem setiap tanggal 26, pemasangan rambu-rambu informasi, penetapan zona aman tsunami, serta pengecatan marka blue line. Selain itu, kesiapan 22 sirene di berbagai titik di Kota Padang juga terus dipantau, sementara Padang Command Center 112 dioperasikan untuk layanan kedaruratan.
Hendri Zulviton juga menambahkan bahwa Kelompok Siaga Bencana (KSB) di tingkat kelurahan turut berperan dalam memberikan penyuluhan kebencanaan secara langsung kepada masyarakat. “Penyuluhan door to door oleh KSB memastikan informasi yang akurat sampai ke masyarakat,” tambahnya.
Sebagai bagian dari pengurangan risiko bencana, Pemkot Padang telah mengembangkan program Sekolah Tangguh Bencana (Satuan Pendidikan Aman Bencana) dan Kelurahan Tangguh Bencana. Dua kelurahan, Purus dan Lolong Belanti, telah diakui oleh UNESCO-IOC sebagai Kelurahan Siaga Tsunami, menjadikan Padang sebagai salah satu kota yang serius dalam upaya kesiapsiagaan bencana.
Peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana yang jatuh setiap tanggal 30 September menjadi momentum tahunan bagi masyarakat Kota Padang untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan terhadap bencana. “Selain itu, ‘Coffee Morning’ rutin setiap bulan dengan stakeholder dan insan kebencanaan juga diadakan untuk membahas isu-isu pengurangan risiko bencana,” tutup Hendri Zulviton.