Tempat prostitusi di Kawasan Cilodong, Kabupaten Purwakarta kini kembali ramai dikunjungi para pria hidung belang. Sebelumnya kawasan tersebut pernah dibasmi oleh Dedi Mulyadi saat ia menjabat sebagai Bupati Purwakarta.
Namun kini tempat prostitusi di Kawasan Cilodong tersebut kembali bergairah. Padahal, di Kawasan tersebut telah disulap menjadi sentra UMKM pedagang bunga hias, bahkan juga dibangun sebuah masjid megah yang terintegrasi dengan kawasan pertanian dan wisata bernama Tajug Gede Cilodong.
Namun, ketika pulang dari undangan wayang golek Dedi Mulyadi melintas ke jalur tersebut. Ternyata kawasan tersebut saat malam kembali gemerlap dengan sejumlah warung remang-remang dan wanita malam.
Saat Kang Dedi menyusuri berjalan kaki, sejumlah PSK yang sedang mangkal di warung tersebut berhamburan berlari ke gang-gang di sekitar lokasi. Ini marak lagi dan tak terkendali,” ujar Kang Dedi.
Di salah satu warung Kang Dedi bertemu dengan seorang PSK asal Subang. Ia mengaku sudah beberapa tahun nongkrong di tempat tersebut untuk mencari pria hidung belang. Tarifnya Rp 300 ribu untuk satu kali main.
Namun wanita tersebut mengaku sudah seminggu ini tidak ada pelanggan yang mampir. Ia pun lebih banyak diam sambil menenggak miras yang dibeli dari warung.
Wanita tersebut pun diberikan solusi oleh Kang Dedi. Wanita itu diberi sejumlah uang untuk modal usaha atau kerja dengan syarat tak boleh lagi mangkal di tempat tersebut. Dan secara berkala Kang Dedi akan mengecek dan menertibkan tempat tersebut.
“Teteh sekarang pulang. Mulai sekarang jangan lagi di sini. Lebih baik pulang kampung buka usaha di sana atau kerja lain,” ucap Dedi sambil memberikan uang tersebut.
Sesaat kemudian mata Kang Dedi tertuju pada sejumlah botol bekas minuman keras yang disimpan pemilik warung di kolong meja. Ia pun meminta segera dibereskan dan tak boleh lagi berjualan miras.
Kang Dedi Kembali menyusuri jalan dan menemukan seorang wanita muda yang juga berprofesi sebagai PSK. Wanita tersebut mengaku asal Garut dan baru tiga bulan berada di Cilodong.
Awalnya wanita berbaju merah tersebut mengaku hanya sebagai penjual kopi. Namun Kang Dedi merasa janggal melihat dandanan wanita tersebut.
“Ah masa jam setengah dua begini dandan. Terus semua ini warung berjejer bilang warung kopi. Kalau semua jualan kopi siapa yang beli?,” kata Dedi.
Akhirnya wanita tersebut pun mengakui bahwa ia seorang PSK. Ia berniat akan mengakhiri pekerjaan tersebut namun masih memiliki utang. Kang Dedi pun memberikan solusi dengan memberikan sejumlah uang agar wanita tersebut bisa mencari pekerjaan lain.
“Dulu rapi sekarang ramai lagi karena tidak ada yang mengendalikannya. Saya ingin membereskan ini karena dulu pernah dibereskan juga. Ini kan bangunan liar dan ada perdagangan wanita, bisa pidana,” kata Kang Dedi.
Meski begitu Kang Dedi tidak akan bertindak arogan dan memilih jalan persuasif. Ia akan melakukan pendataan dan memberikan solusi bagi setiap problem yang dihadapi mereka.
“Ternyata setelah saya tidak lagi fokus menyelesaikan problem sosial di sini, sekarang marak lagi bahkan dengan jumlah yang sangat lebih banyak. Dan saya akan tetap bereskan walaupun itu bukan kewajiban saya,” kata Kang Dedi Mulyadi.