Bharada Richard Eliezer kini tentu menjadi pusat perhatian publik, usai Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengumumkan penetapan Irjen Ferdy Sambo sebagai tersangka pembunuhan berencana Brigadir Yosua
Bharada Richard Eliezer, polisi berusia 24 tahun, masih bujang, sudah beberapa waktu ini bergabung dengan korps ajudan jenderal, dan ‘menempel’ pada Irjen Ferdy Sambo yang saat itu masih menjadi Kadiv Propam Mabes Polri.
Waktu berlalu dan Bharada Richard Eliezer yang belakangan dikenal dengan nama Bharada E, terseret pada isu yang menjadi perhatian nasional. Bahkan Presiden Jokowi memberi atensi.
Bharada Richard Eliezer, menjadi satu-satunya tertuduh yang menembak mati Brigadir Yosua pada Jumat 8 Juli, satu bulan lalu.
Bharada Richard Eliezer kala itu dengan lantang kepada penyidik mengaku terjadi tembak menembak, antara dia dengan Brigadir Yosua. Beberapa kali diperiksa, Bharada E tak berubah tetap pada keterangannya.
Keterangan dia, persis seperti yang dirilis Humas Mabes Polri pada awal-awal kejadian. Ketika itu, Yosua naik ke lantai dua di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo di Duren Tiga, Jaksel.
Di kamar itu ada istri Sambo, Putri Chandrawati. Yosua disebutkan hendak melakukan pencabulan, lalu Putri yang tertidur tersadar dan berteriak.
Yosua mengacungkan senjata api, lalu hendak kabur. Kemudian Bharada Richard Eliezer yang mendengar teriakan berlari dan memergoki Yosua.
“Terjadi tembak menembak,” kata Bharada E kepada penyidik.
Sikap teguh soal terjadinya tembak menembak ini juga disampaikan Bharada Richard Eliezer ke jenderal bintang tiga yang menemuinya dan memintanya jujur atas peristiwa itu.
Pendirian Bharada Richard Eliezer yang tak berubah itu bertahan beberapa minggu. Kata seorang penyidik, di kalangan tertentu sikap Bharada Richard Eliezer ini biasanya disebut sebagai Satya Haprabu, setia pada pimpinan atau atasannya.
Publik gaduh dengan kisah tewasnya Brigadir Yosua. Percakapan di warung kopi sampai di ruang perkantoran, dipenuhi drama kasus itu.
Teori konspirasi, desas desus bermunculan. Rangkaian cerita kasus penembakan itu yang dirilis Polri tak diterima publik. Banyak kejanggalan.
Keluarga Yosua juga angkat bicara ke publik, mulai dari adanya larangan membuka peti jenazah, hingga keanehan di tubuh ajudan yang sudah berdinas ‘mengawal’ Irjen Ferdy Sambo selama 1,5 tahun lebih ini.
Akhirnya Kapolri Jenderal Listyo Sigit membentuk Tim Khusus, ada Wakapolri Komjen Gatot Edy, Irwasum Komjen Agung Budi, Kabaintelkam Komjen Ahmad Dofiri, dan Kabareskrim Komjen Agus Andrianto.
Begitu tim khusus dibentuk, rangkaian cerita tewasnya Brigadir Yosua mulai berubah. “Kuncinya di pengakuan Bharada E,” sebut seorang penyidik.
Bagaimana Bharada E bisa berubah pengakuannya? “Timsus ini kan pengalaman mas, penyidik paham lah,” terang penyidik yang tak mau disebutkan namanya itu.
Tak ada kejahatan yang sempurna. Ada celah yang lupa diamankan. Celah itu yang dimanfaatkan Timsus. Mereka bergerak cepat ke Manado, Sulawesi Utara, tanah kelahiran Bharada E.
Timsus menjemput ibunda Bharada E, dibawa ke Jakarta. Kemudian, ibunda Bharada E dipertemukan dengan anaknya di salah satu ruangan di Bareskrim.
Tangis pecah saat ibu dan anak bertemu. Sang ibu yang amat khawatir kepada anaknya, meminta anaknya jujur. Bharada E berurai air mata mendengar permintaan ibunya.
“Akhirnya dia jujur, dia buka semua. Enggak ada tembak-menembak,” kata penyidik yang tak mau disebut namanya itu.
Pengakuan dari Bharada Richard Eliezer ini membuka kotak pandora dari kasus tewasnya Yosua. Tapi soal adanya pertemuan dengan orang tuanya ini ditepis tim kuasa hukum Bharada E, Deolipa Yumara.
“Belum,” kata dia, Senin (8/8).
Namun dia tak memungkiri orang tua Bharada E, berada di Jakarta. “Terakhir ngobrol ada di sini [Jakarta] tapi kayaknya mau pulang ke Manado,” tutur dia.
Soal tembak menembak yang kini terbantahkan juga diungkapkan Menko Polhukam Mahfud MD. Mahfud menilai, berkat perhatian publik yang menyoroti kasus ini dan keseriusan Polri, skenario kasus yang dulu dibuat mulai berbalik.
“Berkat media semua, berkat NGO, berkat kesungguhan Polri, berkat arahan presiden yang tegas, jadi yang dulu semua diskenariokan itu sudah terbalik semua. Dulu kan katanya tembak-menembak, sekarang kan nggak ada tembak-menembak, yang ada pembunuhan,” tuturnya kepada wartawan, Senin (8/8).
Pengakuan Bharada E, bak bola salju. 3 Jenderal bintang tiga menemui Kapolri, dan menyampaikan pengakuan ini. Hingga akhirnya Irjen Ferdy Sambo yang menjalani pemeriksaan di Bareskrim, pada Sabtu (6/8) malam dan diamankan di Mako Brimob dengan sangkaan melanggar etik.
“Tunggu episode selanjutnya,” kata seorang penyidik.
Kemudian, menyusul Bharada Richard Eliezerdi kasus tewasnya Yosua, Timsus Polri menetapkan Brigadir Ricky Rizal, sopir Putri juga sebagai tersangka.
Bharada Richard dijerat dengan Pasal 338 Jo Pasal 55 dan 56 KUHP. Sementara, Brigadir Ricky dikenakan Pasal 340 Sub 338 Jo Pasal 55 dan 56 KUHP.
Sebelumnya di kalangan perwira tinggi, selain Ferdy Sambo yang dicopot, juga ada bawahannya di Divisi Propam yang juga berpangkat jenderal ikut dicopot, keduanya Karo Paminal Divpropam Polri Brigjen Pol Hendra Kurniawan dan Karo Provos Divpropam Polri Brigjen Pol Benny Ali. Mereka dipindahkan ke Yanma Polri.
“Surat telegram dengan nomor ST nomor 1628/VII/KEP/2022 tanggal 4 agustus 2022,” kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo sambil membacakan satu per satu perwira yang dicopot, Kamis (4/8).
Yang menarik, yakni soal pengumuman tersangka baru. Menko Polhukam Mahfud MD sudah memberi kabar akan ada tersangka ketiga.
Siapa orangnya? Masih menjadi teka-teki, tapi setidaknya, Kabareskrim Komjen Agus Andrianto memberi jawaban kepastian.
Kabareskrim Polri, Komjen Pol Agus Andrianto mengatakan, penambahan tersangka itu baru dapat disampaikan usai penyidik melakukan gelar perkara, Selasa (9/8).
“Tunggu ekspose besok ya. Tunggu pengumuman Pak Kapolri dan Tim Khusus,” ujar Agus saat dikonfirmasi, Senin (8/8).
Tak lama kemudian, Mahfud menyampaikan tersangka baru itu tak lain sopir Putri berinisial K. “Tiga, Bharada E [Richard Eliezer], ajudan Bu Putri, dan sopir Bu Putri R [Ricky Rizal] dan K,” kata Mahfud saat dihubungi, Senin (8/8) malam.
Kasus tewasnya Brigadir Yosua ini yang paling membetot perhatian ya soal motif. Isu-isu liar bermunculan, salah satunya isu cinta segitiga.
Misteri motif ini yang memang akan menjadi pertanyaan publik. Jangan sampai muncul skenario lain yang malah membuat publik ragu.
Semua harus diungkap dengan tuntas, karena masyarakat akan menilai institusi Polri. Seorang penyidik yang tak mau disebut namanya sedikit saja memberi gambaran.
Dalam video CCTV terlihat semua rombongan baik keluarga Sambo dan para pengawal melakukan PCR di rumah kediaman pribadi.
Tak lama setelah PCR dilakukan, ada pergerakan orang dari rumah pribadi ke rumah dinas di Duren Tiga. “Ada satu video CCTV yang memperlihatkan rombongan Ibu, Bharada E, Ricky, dan Yosua ke rumah dinas,” ujar penyidik itu.
Tapi, berdasarkan rangkaian CCTV yang didapat di antaranya dari tetangga, Ibu atau Putri Chandrawatti tak lama di rumah dinas itu.
“Hanya 5 menit, lalu keluar lagi dikawal ke kediaman pribadi,” ujar dia. Tak ada Yosua menemani saat Putri kembali ke kediaman pribadi.
Keterangan sumber penyidik itu tak jauh beda dengan apa yang disampaikan Ketua Komnas HAM Taufan Damanik.
“Setelah itu kira-kira jam 17.01 atau berapa, mereka naik ke mobil, kelihatan juga, menuju ke rumah dinas itu yang kita sebut sebagai TKP. Enggak berapa lama, berapa menit kemudian Pak Sambo keluar (rumah pribadi) juga menuju tempat lain,” beber Taufan.
Taufan menjelaskan setelah itu terlihat kembali di CCTV, Putri kembali ke rumah pribadinya. Ia didampingi oleh beberapa orang.
“Nampak wajahnya (Putri) seperti menangis, didampingi ada satu dua orang yang di belakangnya,” kata Taufan.
Yosua akhirnya diumumkan tewas ke publik pada Senin 11 Juli.
Lagi-lagi apa motif penembakan dan pembunuhan seorang Yosua yang sampai melibatkan puluhan petugas polisi dengan sejumlah skenario.
“Tunggu saja keterangan dari Timsus Mas,” tutur seorang penyidik.
Menarik motif pembunuhan Yosua, semua itu akhirnya terbongkar. Kejujuran Bharada Richard Eliezer telah membuat terbongkarnya kejahatan Irjen Ferdy Sambo.