Kabar meninggalnya mantan preman Anton Medan, kini tersebar hampir di semua media online dan televisi. Tokoh yang selama ini dikenal sebagai salah seorang pendakwah keturunan China dan memiliki pesantren.
Anton Medan sebelum meninggal dikabarkan mengalami stroke dan penyakit diabetes. Hal ini dibenarkan oleh Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Ipong Hembing Putra.
Anton Medan yang juga mantan Ketua PITI ini dikenal juga dengan nama Ramdhan Effendi. Nama yang ia pakai usai menyatakan diri sebagai seorang mualaf.
Ipong mengatakan, almarhum menghembuskan napas terakhir di kediamannya di kawasan Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Sebelum berpulang, Anton Medan sempat dirawat di Rumah Sakit. Tapi, dirinya tidak merinci kapan pastinya Anton dirawat.
“(Meninggal) Di rumah tadi siang di kediamannya di Cibinong. Sempat dirawat di rumah sakit,” ujar Ipong.
Anton diketahui meninggal dunia di usia 63 tahun. Namun, hingga berita ini ditayangkan, informasi mengenai prosesi pemakaman Anton belum diketahui secara pasti.
Sebelum insaf dan menjadi mualaf, nama Anton erat kaitannya dengan dunia kriminal. Bahkan, sosoknya sempat dikenal sebagai preman kelas kakap yang paling ditakuti di era Presiden Soeharto.
Anton yang bernama asli Tan Hok Liang ini lahir di Tebing Tinggi, Sumatera Utara pada 10 Oktober 1957. Sosoknya dikenal sebagai perampok dan bandar judi dan cukup akrab dengan kehidupan di dalam penjara.
Sepanjang hidupnya, Anton mengaku sudah 14 kali keluar masuk penjara. Anton juga mengaku telah merasakan hidup dari balik jeruji besi sejak ia masih belia. Ia mulai merasakan kehidupan di penjara saat usia 12 tahun karena kasus pembunuhan.
“Saya membunuh karena kepepet, barang-barang saya dirampas. Akhirnya saya nekat membunuh,” ujar Anton pada 2013 lalu.
Ketika kerusuhan 1998, Anton ikut dituduh membakar rumah salah seorang pengusaha hingga ia dipenjara.
Anton sendiri telah masuk Islam pada 1992 dan mendirikan rumah ibadah yang diberi nama Masjid Jami’ Tan Hok Liang. Masjid itu terletak di area Pondok Pesantren At-Ta’ibin, Pondok Rajeg, Cibinong, Jawa Barat.
Pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, Anton pun sempat mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Pada 2020, Anton sempat muncul di depan publik saat sidang kasus video ikan asin yang melibatkan terdakwa Galih Ginanjar, Rey Utami dan Pablo Benua.
Kala itu, Anton menyebut kedatangannya untuk mendukung Pablo Benua sebagai sesama mualaf. Anton mengaku miris dengan masalah hukum yang menimpa Pablo karena ia menilai masalah itu tidak harus masuk ke ranah pengadilan.
Sebelum meninggal, Anton Medan ternyata sudah menyiapkan liang lahat untuk dirinya jika kelak meninggal. Liang lahat yang disiapkan Anton berada di Pondok Pesantren At-Taibin di Kampung Bulak Rata RT 2/8, Kelurahan Pondok Rajeg, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
Ponpes itu akan menjadi tempat peristirahatan terakhir pria yang kini menginjak usia 65 tahun. Lokasi yang nantinya menjadi tempat pemakanam Anton berada tepat di sebalah kanan Masjid Tan Kok Liong yang di desain dengan gaya bangunan Tionghoa.
Kuburan itu memiliki kedalaman sekitar 160 sentimeter dan panjang 2 meter yang saat ini dijadikan pendopo bagi tamu yang berkunjung ke pondok pesantren tersebut.
Selain pondok pesantren di lokasi tersebut yayasan mendirikan sekolah dengan sistem asrama. Dahulu yang tinggal di asrama sampai 500 orang.
Berdirinya Pondok Pesantren At-Taibin bermula ketika Anton Medan ingin menysiarkan Islam dengan membangun pesantren pada 2002 lalu.
Sekolah yang di dalamnya juga terdapat pondok pesantren bagi mantan narapidana dan mualaf Tionghoa ini berdiri di atas lahan seluas 1,6 hektare.