Ardhito Pramono Rilis Album Bernuansa Pop Indonesia Lama

- Advertisement -
Solois Ardhito Pramono telah resmi merilis album penuh perdananya bertajuk Wijayakusuma melalui label rekaman Aksara Records pada 13 Juni 2022 lalu.

Wijayakusuma menjadi kumpulan karya keenam darinya setelah lima album pendek beruntun Ardhito Pramono (2017), Playlist, Vol. 2 (2017), a letter to my 17 year old (2019), Craziest thing happened in my backyard (2020), dan Semar & Pasukan Monyet (2021).

Sejak Ardhito Pramono mulai dikenal pada 2013, repertoar musik miliknya berada di seputaran pop/jazz dengan nyanyian lirik bahasa Inggris. Karakter musik tersebut juga Ardhito tunjukkan lewat beberapa soundtrack film, lagu lepasan, hingga karya kolaborasi.

Ardhito Pramono

Namun untuk pertama kalinya, lewat delapan lagu dalam Wijayakusuma, Ardhito Pramono melahirkan karya sendiri dengan sentuhan Indonesia sebagai dasar utamanya.

“Gue melihat banyak sekali dampak kurang baik dari karya gue selama ini yang menggunakan bahasa Inggris,” ungkap Ardhito. “Misalnya, teman-teman musisi baru yang akhirnya ikut memilih menggunakan bahasa Inggris dalam karyanya. Gue tidak ingin bahasa kita lenyap digantikan oleh bahasa asing dalam sebuah pengkaryaan.”jelas Ardhito Pramono dalam siaran persnya.

Demi mencapai tujuan tersebut, Ardhito mendapat banyak arahan dari Narpati ‘Oomleo’ Awangga yang juga menulis beberapa lirik di Wijayakusuma.

Ardhito Pramono

Alhasil, Ardhito menulis lirik-liriknya dengan padanan aksara Indonesia yang beragam. Single pertamanya, berjudul sama dengan nama album, memuat pilihan kata yang jarang digunakan, dipadu dengan bahasa Jawa yang dinyanyikan oleh pelaku macapat bernama Peni Candra Rini.

Ada pula padanan yang tersusun cukup gamblang seperti “Berdikari” maupun “Rasarasanya”, hingga yang dibalut ambiguitas pada “Daun Surgawi” juga “Asmara”. Ardhito bereksplorasi dalam bercerita tanpa mengaburkan kisah lagunya.

“Album ini adalah keresahan, penyesalan, keindahan, dan hal-hal yang terjadi di beberapa tahun belakangan,” katanya. “Lewat album ini, sekiranya gue ingin melampiaskan dan memotret beberapa kejadian yang terjadi.”katanya

Ardhito Pramono

Elemen nusantara dalam Wijayakusuma juga Ardhito sematkan ke seluruh aransemen musik hingga caranya bernyanyi. Jika di karya-karya sebelumnya terpancar energi crooner ala Sinatra, Crosby, hingga Bennett, album ini justru pekat akan kualitas pop Indonesia periode empat hingga lima dekade silam. Wijayakusuma adalah cerminan eksperimen Keenan Nasution, Margie Segers, Chrisye, Rafika Duri, Dian Pramana Poetra, Rien Djamain, Utha Likumahuwa, hingga Candra Darusman. Ia berada di spektrum pop dengan kekayaan ala chamber, autentik milik Indonesiana, juga sarat alun selayaknya jazz.

Upaya eksplorasi ini Ardhito lakukan bersama produser Gusti Irwan Wibowo, Erikson Jayanto, dan Hezky Y.H. Nainggolan.

“Sepertinya album ini menjadi album yang 30 tahun sekali gue rilis,” kata Ardhito terkait pengalamannya menggarap Wijayakusuma. “Karena sejujurnya gue tidak tahu kapan gue bisamembuat lagu-lagu seperti ini lagi. Kesempatannya cuma sekali dalam 30 tahun. Seperti kebetulan yang terjadi ketika orang sedang bermain jazz, kebetulan itu tidak akan terulangkembali,” pungkasnya.

spot_img

Trending Topic

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Hot News

Game

PENTING UNTUK DIBACA