BKKBN Dalam rangka menciptakan penduduk yang berkualitas melalui perencanaan yang holistic, seperti pencegahan stunting sejak dini atau sejak di dalam kandungan.
BKKBN terus mendorong masyarakat di Indonesia untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas dengan perencanaan yang dilakukan.
Salah satunya BKKBN mengelar sosialisasi dan komunikasi, informasi dan edukasi atau KIE, program Bangga Kencana bersama mitra kerja di kota Pekalongan, Jawa Tengah.
Dalam Sosialisasi kali ini BKKBN mengundang beberapa Sekolah Luar Biasa (SLB) dan komunitas Difabel, Orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, guru, dan tamu undangan lainnya.
Acara BKKBN ini berlangsung di hotel Dafam 17 Juni 2022 dengan tema “Karena Anak Adalah Pembawa Harapan, Cegah Stunting Sejak Dalam Kandungan”.
Dalam kegiatan tersebut BKKBN mensosialisasikan program Bangga Kencana yang merupakan re-branding di tahun 2020 dari program sebelumnya yang bertujuan membentuk keluarga sehat, produktif, dan berkualitas menuju Indonesia Emas tahun 2045.
Sehingga dalam program tersebut memang ada beberapa perubahan mulai dari logo, slogan yang berubah dari “Ayo Ikut KB Dua Anak Saja Cukup”, menjadi “Berencana Itu Keren, Dua Anak Lebih Sehat”.
Direktur Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) BKKBN Pusat Ekas Sulistya usai memberikan sambutan menjelaskan melalui sosialisasi ini semua pihak diharapkan bisa bersama-sama menggali potensi dalam memberikan kontribusi yang dilakukan dalam mendukung suksesnya program Bangga Kencana.
“Dalam mewujudkan keluarga berkualitas dari siklus hidup dimulai dari menikah hingga langsia harus direncanakan. Sehingga berbagai kemudahan pun juga di upayakan dari Re-Branding ini.”kata Ekas Sulistya.
“Dua anak saja cukup, mungkin bagi bapak ibu tidak cukup. Saya katakana dua anak lebih baik, tetapi mungkin bagi bapak ibu tiga anak lebih baik dari pada dua anak. Oleh karena itu juga perlu di diskusikan lebih detil, itu perubahan yang terjadi, lagu mars keluarga berencana didalam syairnya mengajak untuk membuat keluarga yang berkualitas.
Kalau dulu namanya Keluarga Berencana, dan pernah berubah menjadi Program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga yang kemudian biar mudah di ingat menjadi proram Bangga Kencana. Dimana ada beberapa perubahan seperti logo dan slogan yang baru.
“Pada dasarnya Program Berencana itu adalah sebuah perencanaan yang holistic terhadap upaya mewujudkan keluarga berkualitas. Dari sisi siklus hidup dari persiapan menikah hingga lanjut usia. Berbagai kemudahan juga dilakukan dan diupayakan dengan Re Branding. Salah satunya kalau dulu ibu menggunakan pil KB tidak bisa menyusui, sekarang sudah bisa dan ASI nya lancar, dan juga alat kontrasepsi pun sekarang dengan mudah didapatkan.”kata Ekas
Konsultan ahli stunting BKKBN, dr. Hernalom Gultom memaparkan bahwa peran semua pihak, khususnya orang tua dalam mencermati pertumbuhan remaja dan memahami persoalan-persoalan yang dihadapi, terlebih disaat timbulnya dorongan seksual sangat penting. Sehingga perlunya orang tua atau guru bisa memahami kesehatan reproduksi remaja.
“Tidak ada manusia secara umum yang tidak bersinggungan dengan kesehatan reproduksi. Masalahnya adalah apakah kita mengerti ?. Satu hal, ketika anak perempuan beranjak dewasa dan mulai kedatanagn ‘tamu bulanan’ atau haid. Sebuah contoh adalah untuk membuat the atau kopi di ajarkan oleh orang tua, tetapi untuk bereproduksi tidak pernah diajarkan oleh orang tua, malah dibilang tabu atau dosa. Jadi disini bisa dilihat bahwa membuat the atau kopi diajarkan, tetapi membuat generasi yang berkualitas malah tidak diajarkan.”kata dr. Hernalom Gultom
Lebih lanjut dr. Hernalom Gultom Mengatakan bahwa yang pertama adalah orang tua yang bertanggung jawab tentang pembinaan si anak. Mulainya anak bergerak dan bangun itu awalnya dari rumah, oleh karenanya orang tua harus mulai meningkatkan pemahamannya tentang kesehata reproduksi anaknya.
“Tidak mungkin orang tua masih menggunakan paradigm lama, jadi orang tua harus memahami tentang adanya perubahan-perubahan yang terjadi kepada anak-anak mereka yang beranjak dewasa, bila lelaki mimpi basah dan perempuan kedatangan tamu bulanan atau menstruasi/haid.”ujar dr. Hernalom Gultom
“Orang tua dari awal sudah harus mempersiapkan dan mendukung. Kemudian orang tua memastikan bahwa kebutuhan anak dalam mengembangkan kesehatan reproduksi terpenuhi atau tercukupi. Kebutuhan tidak hanya dari segi fisik tetapi juga kebutuhan mental dan spiritual anak. Contoh adalah apa pendapat agama soal reproduksi dan hubungan sejenis maupun lawan jenis, inilah yang harus ditekankan oleh orang tua kepada anak-anaknya.”tutupnya.