Prof Hermawan Sulistyo yang akrab disapa Prof Kikiek mengingatkan tentang tragedi 1998 yang membuat sejumlah aktivis hilang dan belum ditemukan hingga kini.
Prof Kikiek pun menganggap pemerintah terkesan melupakan tragedi 1998 yang begitu banyak memakan korban jiwa.
Menjelang Pemilu 2024, Prof Kikiek meminta masyarakat menggunakan hak pilihnya secara bijak, memilih pemimpin yang bisa menyelesaikan persoalan pada masa lampau. Dia juga menyebut tragedi 1998 menjadi sisi kelam sejarah bagi Indonesia.
“Yang jelas jangan pilih penculik, yang lainnya silakan karena saya yang mengalami secara langsung,” ujar Prof Kikiek saat konferensi pers Refleksi Indonesia Merdeka bertajuk 98 Wujud Nyata Masa Kelam di Surabaya, Kamis (31/8) malam.
Setelah tragedi 1998, Prof Kikiek bergabung dalam Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF). Dia menginterogasi beberapa jenderal, termasuk Prabowo Subianto.
Dari 15 jenderal yang saat itu diinterogasi, hanya Prabowo yang berani marah menggebrak meja.
Sebagai ketua tim TGPF, dia mengaku memiliki kewenangan memasukkan yang terlibat tragedi 1998 ke penjara. Namun, dia tak melakukannya. Justru, memilih merekonstruksi bangsa daripada balas dendam.
Dia menggunakan empat kuadran sebagai penyelesaian pelanggaran HAM pada masa lalu itu.
“Dimaafkan, tetapi tidak dilupakan; dimaafkan dan dilupakan; tidak dimaafkan dan tidak dilupakan; serta tidak dimaafkan, tetapi tidak dilupakan,” ujarnya.
Secara tidak langsung, nama Prabowo disinggung dalam tragedi 1998. Prof Kiki menyebut yang terlibat dalam peristiwa masa lalu itu tak hanya dimaafkan, tetapi bisa bebas mencalonkan sebagai presiden.
“Di kita, bukan hanya dimaafkan di masa lalu malah nyapres, didukung pula, silakan tafsirkan sendiri,” jelas.
Maka, Prof Kikiek meminta kepada masyarakat mengecek betul track record masing-masing calon pemimpin.
“Harus tahu duitnya dari mana untuk maju sebagai calon presiden dan wakil presiden, siapa istrinya, dan siapa anaknya. Ini supaya masyarakat tahu profiling orang itu siapa sebagai calon pemimpin,” pungkasnya.