Ketika masuk bulan perayaan Tahun Baru Imlek, banyak sekali ornamen berwarna merah bermunculan, terutama di kawasan pacinan, termasuk juga di kantor, mall, atau rumah kerabat yang merayakan Imlek.
Ornamen berwarna merah pada tahun baru Imlek juga beragam. Mulai dari angpao, kue keranjang, barongsai, hingga lentera berwarna merah yang diletakkan di depan rumah menjadi ciri khas dari perayaan Imlek.
Tidak ada perbedaan antara Imlek dengan Tahun Baru Masehi dan Tahun Baru Hijriah yang dirayakan umat Islam. Nah, Imlek merupakan perayaan tahun baru bagi etnis Tionghoa.
Beragam tradisi dilakukan oleh etnis Tionghoa dalam merayakan Tahun Baru Imlek. Perayaan Imlek dilakukan selama 15 hari, mulai dari tanggal 1 bulan ke-1 hingga tanggal 15 bulan ke-1 menurut kalender lunar.
Sejarah Imlek
Di Cina, sebelum Dinasti Qin, tanggal perayaan Imlek belum pasti. Pada masa Dinasti Xia, awal tahun dilaksanan pada bulan ke-1, Dinasti Shang pada bulan ke-12, Dinasti Shang pada bulan ke-11, dan pada masa Dinasti Han, ditetapkan bulan 1 pada perhitungan kalender Cina sebagai awal tahun dan dilakukan hingga saat ini.
Asal usul Imlek tentu berasal dari Tiongkok dan juga dikenal dengan Hari Raya Musim Semi. Perayaan datangnya musim semi dimulai dari tanggal 1 bulan ke-1 hingga tanggal 15 bulan ke-1 yang dikenal dengan Cap Go Meh.
Selama 15 hari tersebut, orang-orang yang merayakan Imlek melakukan beberapa ritual sembahyang. Di Indonesia sendiri memiliki berbagai cara dalam melakukan perayaan Imlek. Hal identik yang pasti dilakukan adalah berkunjung ke rumah saudara, berbagi angpao, dan makan kue keranjang.
Kenapa Tahun Baru Imlek Identik dengan Warna Merah?
Ornamen khas saat perayaan Tahun Baru Imlek adalah warnanya yang serba merah. Ternyata, Toppers, ada asal-usul dibalik itu semua, loh!
Berdasarkan legenda, dahulu ada seekor naga yang bernama Nian yang tinggal di gua dan turun saat musim dingin untuk mencari mangsa saat ia kelaparan. Ia memangsa penduduk desa dan hewan ternak.
Suatu hari, ada penduduk yang melihat Nian lari ketakutan setelah bertemu anak kecil yang memakai baju berwarna merah. Penduduk mempercayai bahwa Nian takut dengan warna merah dan keramaian.
Sehingga setiap di akhir tahun, penduduk meletakkan lentera dan gulungan kertas berwarna merah di depan rumah. Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian. Hal-hal inilah yang kemudian berkembang menjadi tradisi perayaan musim semi/Imlek.
Tahun Baru Imlek juga bertepatan dengan musim hujan. Kalau biasanya kita bermalas-malasan saat hujan turun, berbeda dengan orang-orang yang merayakan Imlek. Mereka akan berbahagia saat turun hujan saat Imlek, karena hujan disimbolkan dengan sumber rezeki.
Ada beberapa tradisi dan mitos yang berkembang dalam perayaan Imlek, seperti tidak boleh menyapu rumah saat perayaan Imlek karena mitosnya adalah kita menyapu seluruh rezeki kita. Jadi, kalau mau beberes rumah, sebaiknya dilakukan sebelum Imlek.
Mitos lainnya adalah orang yang belum menikah tidak boleh memberikan angpao. Konon katanya, kalau belum menikah dan memberikan angpao, nanti lama bertemu jodoh.
Nah, itulah, Toppers, sejarah dan mitos mengenai perayaan Imlek.