Kerja Nyata Gubernur Sulawesi Selatan, Prof. HM. Nurdin Abdullah M.Agr terbukti membangun Sulsel dan terbaik se-Asia.
Setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya. Begitulah ungkapan Asdar Akbar, President FOSSNA for Pilpres 2024 saat diskusi politik dengan topik “Kerja Nyata” di Black Canyon Coffee baru-baru ini.
Menurut Asdar, politik itu dinamis yang menggabungkan antara kepastian dengan ketidakpastian dan politik selalu cair setiap saat didalam ruang yang luas ataupun ruang yang sempit dimana kepentingan hadir sebagai keniscayaan.
Secara gamblang, Jenderal Lapangan Bintang Top Sulsel 2019 ini menjelaskan bahwa sukses dalam dunia politik itu tidak boleh diharapkan datang secara tiba-tiba, akan tetapi harus dirancang dengan setumpuk taktik dan strategi dalam jarak yang panjang.
Seperti Prof HM Nurdin Abdullah. Ia melakukan perjalanan panjang membangun kepribadian, SDM, membuktikan baktinya membangun dirinya lebih luas sampai akhirnya tokoh masyarakat bersama warga Butta toa berkunjung ke Makassar dan menjemputnya, mengajaknya ke Bantaeng untuk mendukung serta menjadikannya sebagai Bupati Bantaeng pada tahun 2008 silam.
Perjalanan panjang menjadi Bupati di Kabupaten kecil seperti Bantaeng inilah, Prof HM Nurdin Abdullah tak mau kehilangan momentum. Jabatan Bupati itu dimanfaatkan dengan baik dalam masa yang panjang selama 10 tahun. Beliau tekun, sabar, ikhlas bersungguh-sungguh membangun Bantaeng yang dahulunya adalah daerah tertinggal sampai akhirnya menjadi daerah maju.
“Dengan Kerja Nyata NA, secara terus menerus melakukan inovasi, promosi hingga capaian prestasi direbutnya baik ditingkat nasional maupun internasional”, tutur Asdar.
Dinamika politik begitu cepat dan dinamis. Saat pemilihan Gubernur Sulsel digelar pada 2018 kemarin, Prof HM Nurdin Abdullah terpilih sebagai pemenang dan menjadi Gubernur SulSel untuk periode 2018-2023 dengan jargon “Kerja Nyata NA”.
Saat ini, jelang tiga tahun kepemimpinannya, Prof HM Nurdin Abdullah dengan jargon “Kerja Nyata” terus bergerak membangun Sulsel. Sejumlah pembangunan spektakuler dibuatnya, sehingga mendapatkan penghargaan nasional serta pengakuan sebagai Gubernur terbaik Se-Asia pada awal 2021.
Di tahun 2020 kemarin, suhu politik kembali terlihat memanas disaat negara sedang berperang melawan Covid-19. Momentum pilkada serentak terlihat aneka ragam opini dan asumsi bermunculan. Baik di media sosial, maupun perbincangan sekelompok orang di warkop-warkop yang ada disetiap sudut kota.
“Ada yang mengatakan pilkada serentak itu 2022, ada pula yang mengatakan pilgub serentak itu 2023 dan pilpres 2024”, ucap Jenderal Lapangan Bintang Top Sulsel 2019 kepada awak media.
Dalam konteks ini, sudah seharusnya setiap calon menyiapkan segalanya untuk mempromosikan diri didepan atau dibelakang itu tak menjadi soal. Sebab, hukumnya sama “NO Pidana”.
Karenanya, pergerakan calon harus aktif dan massif memainkan irama politik berkualitas mengikuti dinamika politik yang berkembang.
Dibutuhkan sikap tegas. Bergerak secara senyap maupun bergerak terang-terangan dan calon tersebut tak boleh ragu atau menunggu bulan akan jatuh kebumi, akan tetapi harus mahir mengendalikan isu dengan menggunakan seluruh perangkat media yang ada.
Begitulah seni dalam berpolitik, yaitu seni mengaduk-aduk dengan berbagai racikan isu guna mempopulerkan diri agar dikenal dan pysikologi publik ikut terpengaruh.
Implikasinya, tentu ada yang positif, ada pula yang negatif. Itulah hukum “dialektika”. Perkara kita diam, Kita gerak tetap saja ada yang kritik.
Karena itu, kita jangan “baperan” bila ada yang ingin maju di Pilkada 2022, 2023 atau Pilpres 2024. Jangan pula kita kehilangan akal sehat bila ada yang di promosikan jagoannya sebagai capres dan cawapres 2024, sebab demokrasi kebebasan berfikir dan berpendapat dijamin oleh UUD.
“Kerjanya Nyata dan Nyata Kerjanya”
#Anak Kampung Masuk Kota.
#Jenderal Bintang Top Sulsel.
#President FOSSNA For PILPRES 2024.
Penulis : Asdar Akbar
Editor : IndeksNews Sulsel