Keamanan vaksin Pfizer terhadap lansia kian dikhawatirkan oleh Norwegia, setelah 29 orang meninggal di negara Skandinavia itu. Sedangkan sebelumnya dinyatakan 23 orang meninggal akibat menggunakan Pfizer.
Kondisi yang dialami warga Norwegia ini kian mencemaskan bagi negara lain yang akan memakai Pfizer untuk menangkal virus Corona mulai cemas, termasuk Australia.
Sekalipun, penyebab kematian yang sebenarnya memang belum terungkap dan sedang diinvestigasi secara intensif.
Norwegian Medicines Agency (NOMA) melalui keterangan tertulisnya menyebut semua kematian tersebut setelah pemberian vaksin Pfizer. Namun belum diketahui apakah ini akibat vaksinasi, atau kondisi medis bawaan pasien.
“Reaksi umum terhadap vaksin termasuk demam dan mual, yang mungkin menyebabkan hasil yang fatal untuk beberapa pasien yang lemah,” ujar dokter kepala Norwegian Medicines Agency (NOMA), Sigurd Hortemo.
Sementara, Australia sendiri telah menyepakati pembelian 10 juta dosis Pfizer, di antara vaksin lainnya. “Kami memprosesnya dengan kewaspadaan tinggi,” ujar Menteri Kesehatan Australia, Greg Hunt.
“Pada titik ini, tidak ada perubahan, akan tetapi kami akan mengikuti nasihat dari regulator medis,” tambahnya, Senin (18/1/2021).
Otoritas Therapeutic Goods Administration menyatakan tengah bekerja dengan mitra regulator di Eropa untuk menentukan apakah perlu dikeluarkan peringatan yang spesifik tentang risiko Pfizer pada lansia yang sudah lemah atau mengalami penyakit parah.
Di Australia, penghuni pantai jompo dan para lansia akan menjadi salah satu penerima Pfizer tahap pertama. Negeri Kanguru itu kemungkinan akan menyetujui penggunaan Pfizer pada akhir Januari ini untuk digunakan mulai bulan Februari.
“TGA ini memiliki otoritas penuh untuk membuat rekomendasi apapun yang mereka yakini,” kata Greg.
Sebagian pakar kesehatan di Australia meyakini Pfizer aman digunakan. “Mungkin hanya kebetulan, bahwa orang dengan masalah kesehatan yang kronis menyerah pada penyakit parah mereka daripada karena vaksin itu,” ujar pakar penyakit menular, Profesor Sanjaya Senanayake.